Tomato

82 14 3
                                    

🍅
01.11

Allo sebelumnya makasih udah mau mampir dan nungguin cerita ini.
.
.
.

Aisyah berjalan bersama Dika di lorong sekolah, hari ini adalah jadwal lomba basket. Aisyah sedikit ragu kemudian Dika menggengam tanganya dengan erat seolah menyalurkan keberanian untuk Aisyah.

"Jangan buat aku malu, tunjukan pada Vico kalau dia salah menilaimu." ucap Dika memandang lekat Aisyah.

"Okeh kak." jawab Aisyah antusias.

"Ayok bocil kita pergi." ucap Dika menarik lembut tangan Aisyah.

Ketika lomba dimulai Dika tak henti hentinya menatap lekat wajah Vico yang terus menatap Aisyah. Aiss temakan api cemburu rupanya si Dika.
Aisyah dengan gesit dan cepat mengambil bola dari lawan membuat semua orang terpana melihat Aisyah saat ini.

"Sial, gadis itu semakin mahir!" umpat Salsa dengan nada kecil.

Dika sangat senang melihat Aisyah menjadi pusat perhatian ketika itu.
Pertandingan dilanjutkan, kali ini semua peserta harus berhasil memasukan bola ke ring dengan jarak yang lumayan jauh. Bagi peserta yang tidak bisa memasukan bola dari jarak tersebut maka pasangan laki-lakinya harus push up disitu.
Banyak para peserta yang gagal membuat pasangan nya push up berkali-kali termasuk Salsa dan Daniel tapi Aisyah sangat cepat bahkan Dika hanya tersenyum menatap Aisyah yang sangat cepat itu.

Setelah selesai Dika menghampiri Aisyah dan memberikanya minuman.

"Tidak sia sia gua ngajarin lu." ucap Dika mencubit gemas Aisyah.

Aisyah tersenyum hangat, Salsa yang mungkin tidak terima dirinya kalah dengan Aisyah akhirnya menghampirinya.

Plak..

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi Aisyah membuat semua orang terkejut melihatnya.

"Lu, apa yang lu lakuin Sal?" tanya Dika kemudian menatap wajah Aisyah.
"Gak apa apa kan cil?  Mana yang sakit?" tanya Dika menatap pipi merah Aisyah akibat di tampar.

"Dika lu gak perlu lindungi dia!" amuk Salsa kemudian hendak memukul kembali Aisyah, beruntung Dika memeluk tubuh kecil itu membuatnya terlindungi dari tangan Salsa.

Daniel yang melihatnya segera memeluk Salsa dan membawanya menjauh. Dika melepas pelukan nya menatap wajah syok Aisyah saat ini. Aisyah menatap wajah Dika, kepalanya sedikit membiru akibat pukulan Salsa tadi.

"Maaf kak." lirih Aisyah menatap kening Dika.

"Tidak perlu minta maaf bocil." Dika sedikit menunduk untuk menghibur minon nya kemudian mencuil hidung tenggelam Aisyah.

Daniel menghempaskan tangan Salsa disana, memperhatikan Salsa dengan kesal.

"Lu ngapain nampar Aisyah?" tanya Daniel.

"Karena gua kesel."

"Jangan aneh aneh deh, bentar lagi sesi kedua lomba. Jangan sampai gua di diskualifikasi gara gara lu!" ancam Daniel kemudian pergi.

Wira menjauh dari kerumunan dan mengangkat telpon yang lumayan penting.

"Masukan semuanya ke dalam kapal,  kemudian lakukan dengan baik, jangan sampai kalian tertangkap polisi." ucap Wira disebrang telpon.

"Baik bos!" sahut orang disebrang telpon.
Kemudian Wira tersenyum smrik menatap kosong nya lorong kampus.

"Dika, maaf yah." gumam Wira dengan tersenyum.

Khanaya terbangun dari tidur panjanganya dilihat Tharn yang setia tidur disampingnya. Tangan itu terulur membelai lembut rambut kekasihnya kemudian tersenyum ringan.
Merasa ada yang mengelusnya, Tharn terbangun menatap Khanaya dengan wajah lelahnya.

"Mau sampai kapan sih sakit? Buruan sembuh dong sayang." ucap Tharn membelai pipi gemasnya.

"Aku merasa bersalah Tharn!"

"Jangan dipikirkan yah, semuanya akan berlalu cepat." ucap Tharn kemudian mencium kening Khanaya.

Sedangkan Thanaya dan Khan sedang ada di markas Kilking masih mencari bukti kasus mereka yang belum terpecahkan.
Khan berkali kali mencoba membobol situs wab yang menurut mereka mencurigakan, mungkin saja mereka mendapat sebuah petunjuk disana.

Khan juga membobol data kantor polisi yang tidak bisa mereka ketahui langsung dari polisi.

"Thanaya aku mendapatkanya, kematian orang tuamu." ucap Khan kemudian Thanaya bergerak dan mendekat.

"Sial kenapa kepolisian tidak ingin memberitahu tentang kasus orang tua ku." ucap Thanya kesal.

"Jika kasus orang tua mu diperpanjang, semua orang akan mengajukan keberatan Thanaya. karena orang tuamu itu detektif." jelas Khan yang membuat Thanaya sedikit tenang.

Mereka kembali melanjutkan aktivitasnya. Kembali ke kampus semua pasangan berkumpul mereka duduk saling membelakangi.

Lomba kedua adalah seberapa tau kamu dengan pasanganmu?
Ketika mc bertanya tempat favorit. Aisyah menjawab gunung untuk Dika sedangkan Dika menjawab pantai untuk Aisyah.

Aisyah tersenyum dia memang suka sekali dengan pantai sedangkan Dika sudah menduga jika Aisyah menyukai pantai.

Dika dan Aisyah duduk berdua setelah lomba.

"Kenapa kamu suka pantai?" tanya Dika.

"Aku merasa tenang ketika melihat air laut, kakak sendiri kenapa suka mendaki?" tanya balik Aisyah.

"Sama sepertimu,  aku juga merasa tenang jika melihat ketinggian. Aku malah phobia air laut." jelas Dika.

"Oh yah, aku juga phobia tinggi." ucap Aisyah.

"Kata mama ku, carilah gadis yang bisa menghilangkan phobiamu." lanjut Dika.

"Phobia bisa hilang kok kak, asalkan kakak berani menghadapi phobia itu sendiri." ucap Aisyah mendapat senyuman dari Dika.

"Bagaimana jika akhir semester aku mengajakmu mendaki dan kamu mengajak ku melihat air laut." ucap Dika.

"Boleh, tapi kepantai dulu baru ke gunung!" ucap Aisyah diiringi anggukan Dika.

"Deal!" mereka berjabat tangan.

Bersambung
Jangan lupa comen dan vote jangan lupa senyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Little MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang