Cahaya redup berpendar dalam sebuah kamar yang gelap. Berpadu dengan angin dingin yang berhembus menerpa tubuh polos tanpa busana yang kini saling berpeluk.
Di atas tempat tidur itu, tampak dua anak adam tengah asik bercumbu. Kedua belah bibir mereka tak hentinya saling memagut, melumat dan saling menggigit. Keduanya tanpa tahu malu mendesah, terpejam nikmat
Sentuhan serta remasan diberikan membuat yang berada di bawah semakin bergerak resah.
Mata setajam elang itu menatap penuh puja pada remaja yang kini tengah mengatur napasnya. Keduanya bersitatap begitu lama seolah menyelami hati masing-masing.
"Aku tidak akan menyesalinya."
"Karena aku, mencintaimu."
"Aku sangat mencintaimu, Jongin-ah."
"Ha!"
Mata Jongin terbuka lebar bersama kesadaran yang membawanya kembali ke dunia nyata. Wajahnya dipenuhi peluh dengan napas yang tersengal, pertanda bahwa remaja itu baru saja mengalami mimpi yang sangat buruk.
Dengan gerakan pelan Park Jongin bangkit untuk duduk, ia menumpuk bantalnya dan bersandar pada kepala ranjang mencari posisi nyaman. Tangan si cantik merambat dan menyentuh permukaan dada yang sesak, mencoba merasakan degup jantungnya yang menggila. Syukurlah, itu hanya mimpi.
Dengan gusar Jongin menoleh ke arah balkon kamarnya yang terbuka, diluar sana terlihat rinai hujan turun cukup deras. Ini masih sore, mengapa ia harus bermimpi seperti itu? Sungguh mimpi yang buruk. Jongin begitu takut membayangkannya.
Ia sangat ingin melupakan kejadian traumatis dari pikirannya. Namun suara yang ada di dalam mimpi tadi, benar-benar dikatakan oleh Sehun padanya kemarin, dan itu adalah nyata.
Jongin memejamkan matanya erat, merasakan suhu tubuhnya yang panas akibat demam. Entah ini efek obat yang dimasukkan paksa pada tubuhnya tempo hari, atau pikirannya yang terus menerus dipaksa bekerja. Jongin tidak tahu.
Air matanya tanpa bisa ditahan mengalir pelan di wajahnya yang pucat. Jongin menangis, entah untuk apa dan siapa. Jongin merasa sendirian sebab tidak bisa menceritakan beban pikirannya. Ia tidak bisa mengadu pada siapapun.
Ketukan pintu tiba-tiba terdengar. Jongin segera menghentikan tangis.
"Jongin…" Park Chanyeol memanggil dari balik pintu.
"I-iya Dad!" Jongin segera menjawab dan mengusap wajahnya dengan tergesa-gesa.
"Daddy masuk ya?"
Tidak seperti sang ibu, ayahnya itu selalu meminta izin jika ingin memasuki kamar anaknya.
"Iya!"
Jongin memperhatikan pintu dibuka lalu sang ayah menyembulkan kepalanya dengan senyum kecil.
"Sudah bangun sejak tadi?" tanya pria yang masih memakai pakaian formalnya itu. Jongin tebak ayahnya baru saja pulang dari kantor dan langsung naik ke kamarnya.
"Baru saja," jawab Jongin pelan dan membalas senyum ayahnya.
Chanyeol mendudukan diri di tepi ranjang anaknya, kemudian pria itu memanjangkan tangan untuk memeriksa suhu tubuh Jongin.
"Masih demam, kita ke rumah sakit saja bagaimana?"
"Tidak mau Dad..." Jongin merengek.
Mendengarnya Park Chanyeol hanya bisa menghela napas. Pria itu memandang putra sulungnya yang kini memberengut padanya. Wajah Jongin terlihat pucat sekali, membuatnya semakin khawatir saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑻𝑯𝑬 𝑻𝑾𝑰𝑵𝑺 ; 𝑺𝒆𝒌𝒂𝒊 𝑭𝒕 𝑪𝒉𝒂𝒏𝒃𝒂𝒆𝒌 BL
FanfictionPerasaan asing itu tidak seharusnya singgah di hatinya. Seiring berjalannya waktu menumbuhkan rasa yang lebih kompleks dari sekadar kakak beradik. Dirinya sadar apa yang ia rasa adalah sebuah kesalahan. Maka dari itu ia memilih untuk mundur. Mengub...