Bandara internasional Tokyo malam ini sedikit lenggang kala Jongin berjalan menuju terminal penjemputan bersama keluarganya.
Sejak keluar dari pesawat, si sulung Park itu hanya diam dan menunduk membuat saudara kembarnya yang sedari tadi mengikuti di belakang menatap khawatir. Tanpa mereka semua tahu, jika bibir pemuda manis itu bergetar dibalik masker dan menyembunyikan matanya yang memerah di balik tudung hoodie yang dikenakan.
Sampai di lobby penjemputan, Jongin berdiri di samping sang ayah. Menjauh dari Sehun yang berdiri di sebelah papanya.
Park Chanyeol terlihat mengeluarkan ponsel, pria itu bermaksud menghubungi seseorang. Namun belum sampai menempelkan benda pipih tersebut ke telinga, seseorang berlari kecil menghampiri mereka.
"Maaf, apa Tuan sudah menunggu lama?" tanya seorang pria berjas hitam dengan bahasa jepangnya. Ia adalah salah satu sopir yang bekerja di kediaman kakek Park.
"Tidak," jawab Chanyeol singkat.
Pria tersebut mengangguk dan segera mengambil satu troli berisi empat koper dari tangan Chanyeol. "Mari tuan," katanya mempersilahkan. Pria itu lebih dulu memimpin jalan menuju sopir lain dan juga dua mobil yang sudah menunggu.
Baekhyun lebih dulu masuk di mobil yang pertama, pria carrier itu terlihat lelah, mungkin juga sangat mengantuk mengingat ini sudah tengah malam. Sehun tanpa diperintah sudah lebih dulu memasuki mobil ke dua, duduk didepan seperti biasa.
Sejenak Jongin hanya terdiam, ia tidak mau satu mobil dengan saudaranya. Remaja itu melirik sang ayah yang sibuk dengan ponsel, mungkin membalas pesan seseorang. Jadi tanpa banyak berpikir ia segera memasuki mobil pertama dan memposisikan tubuhnya untuk tidur di kursi belakang. Kepalanya berada di pangkuan sang ibu dan menyembunyikan wajahnya disana.
"Loh, Sayang!" Baekhyun terkejut mendapati anaknya yang tiba-tiba masuk, "kenapa tidak bersama Sehun?" tanya sang ibu.
"aku mual Pa," jawab Jongin.
Suara Jongin terdengar sengau. Baekhyun segera meraih wajah putranya, sedikit memaksa karena Jongin tidak mau membuka tudung hoodie miliknya.
Setelah berhasil membuat Jongin menatapnya, Baekhyun dikejutkan dengan wajah anaknya yang berlinangan air mata.
"Kau kenapa? Sakit?" tanya Baekhyun cemas.
Namun bukan menjawab, Jongin malah berbalik dan menyembunyikan wajahnya di perut sang ibu.
"Jongin-ah! Beritahu papa, ada yang sakit?” Baekhyun bertanya lagi. Tentu saja dia sangat cemas mengingat si sulung baru saja sembuh dari sakit. Namun Jongin memaksa ikut pergi ke Jepang meski sudah dilarang.
Jongin hanya menggeleng, kemudian isak tangis lirih terdengar.
Baekhyun mengusap rambut anaknya. Wajah pria cantik itu terlihat kebingungan.
"Jongin kenapa?" tanya Chanyeol dari luar mobil. Wajah pria dewasa itu juga tampak cemas.
"Jongin mual." Baekhyun menjawab seperti yang dikatakan anaknya tadi.
Chanyeol menatap anaknya khawatir kemudian mengangguk. “Baiklah, lebih baik kita bergegas sekarang,” katanya. Ia lantas beralih masuk di mobil belakang bersama si bungsu.
Kedua mobil sedan itu melaju perlahan lalu menambah kecepatan ketika memasuki jalan tol.
Di dalam mobil, Baekhyun menunggu Jongin yang masih sesegukan menumpahkan tangisannya. Dengan lembut ia mengusap pipi tirus Jongin lalu menyisir rambut hitam putranya itu ke belakang.
"Sudah! Berhenti menangis. Katakan ada apa?" Baekhyun bertanya sekali lagi. Dan beruntung kali ini si manis Jongin mau membuka mulutnya.
"Se-hun jahat padaku, dia membenci-ku, Pa." Jongin mendongak. Berbicara dengan terisak-isak. Suaranya bahkan sudah serak.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑻𝑯𝑬 𝑻𝑾𝑰𝑵𝑺 ; 𝑺𝒆𝒌𝒂𝒊 𝑭𝒕 𝑪𝒉𝒂𝒏𝒃𝒂𝒆𝒌 BL
Fiksi PenggemarPerasaan asing itu tidak seharusnya singgah di hatinya. Seiring berjalannya waktu menumbuhkan rasa yang lebih kompleks dari sekadar kakak beradik. Dirinya sadar apa yang ia rasa adalah sebuah kesalahan. Maka dari itu ia memilih untuk mundur. Mengub...