sembilan

1.4K 196 45
                                    

Di ruangan yang sedikit berantakan, khas kamar anak laki-laki, Park Sehun duduk di lantai bersandar pada tempat tidurnya. Kedua matanya terpejam merasakan angin malam yang berhembus melewati pintu balkon kamar yang terbuka seluruhnya. Ia menikmati suasana hening itu seorang diri. Tangan kanan pemuda itu kembali meraih botol berwarna hijau untuk meminum isinya.

Sebut saja Sehun sudah gila sebab ia berani membawa minuman beralkohol ke rumah. Ia memang sudah kecanduan. Menyadari toleransi tubuhnya dengan alkohol yang cukup tinggi, Park Sehun menjadi penggemar dari minuman itu sejak ia pertama kali mencobanya. Sehun menyukainya, sensasi yang ditimbulkan minuman itu membuatnya melupakan hal-hal yang memberatkan pikirannya. Cukup membantu saat tidak ada yang bisa diandalkan untuk menyelesaikan masalah hidupnya.

Seperti sekarang. Kepalanya sangat berisik. Suara-suara yang mengatai dirinya menjijikkan ini sungguh sangat memuakkan.

Hampir tiga minggu berlalu, Sehun sudah melakukan segala yang disarankan oleh psikiater itu. Tetapi justru yang terjadi adalah gejolak dalam dirinya semakin tidak bisa dikendalikan. Bahkan Sehun jadi sering bermimpi melakukan seks dengan kakaknya sendiri. Semua itu membuat dirinya putus asa.

"Arghh!"

Sehun mengerang kecil dan menjambak rambutnya sendiri. Ini sungguh sulit, sangat sulit untuk membuang perasaannya. Sehun putus asa. Psikiater itu tidak berguna.

Kamar pemuda itu nyaris seperti bar akibat aroma alkohol menguar dimana-mana. Akan menjadi masalah besar jika orang tuanya tahu hal ini. Bersyukurlah karena Daddy-nya masih berada di luar negeri sedang papanya harus menginap di Bucheon ke rumah kakek neneknya untuk urusan penting.

Berdua saja dirumah dengan Jongin adalah sesuatu yang buruk dikarenakan pikirannya yang sedang tidak sehat ini.

Sehun kembali meminum sojunya hingga tandas. Cukup satu botol saja, ia harus berhenti sebelum mabuk.

Tok tok tok! Tiba-tiba suara ketukan terdengar, sedikit brutal.

"Sehun!!"

Sehun menoleh ke arah pintu. Itu Jongin yang memanggilnya. Hah. . . kenapa harus datang sekarang, batinnya. Ia tidak mungkin menghilangkan bau alkohol ini dengan cepat.

"Sehunna. . . kau mau es krim?"

Kembali terdengar suara si kakak dan Sehun tetap setia dengan keterdiaman. Biarlah Jongin mengira dirinya sudah tidur. Lebih baik tetap menghindarinya jika dirumah. Sehun meyakinkan diri lalu menyumpal kedua telinganya menggunakan earphone.

Sedang diluar Jongin masih menatap pintu kamar Sehun, menunggu sahutan tapi tidak terdengar suara apapun. Tidak mungkin sudah tidur kan?

Saat akan kembali mengetuk suara bibi Jung menghentikannya.

"Tuan muda, jadi makan es krim?"

Jongin menghela napas, menatap bibi Jung, dengan lemas ia menggeleng.

"Aku mau ke kamarku saja," ujar remaja itu lalu berjalan memasuki kamarnya sendiri dengan lesu.

Jongin kesepian. Orang tuanya tidak ada dan Sehun malah mengurung diri, "huh! Semua orang menyebalkan!" Jongin meraih ponsel dan berbaring di tempat tidur, ia akan mencoba menelpon papanya saja.

Jemarinya bergerak lincah di permukaan layar lalu menempelkan benda pipih itu ke telinga. Jongin menunggu sampai suara lembut papanya terdengar di seberang sana.

"Ya.. Halo, Jongin!" sapa Baekhyun dengan suara yang makin membuat Jongin rindu.

"Pa. . . hiks!" Anak itu otomatis terisak.

𝑻𝑯𝑬 𝑻𝑾𝑰𝑵𝑺 ; 𝑺𝒆𝒌𝒂𝒊 𝑭𝒕 𝑪𝒉𝒂𝒏𝒃𝒂𝒆𝒌 BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang