Aku masih terdiam terpaku di depannya yang masih terdiam kaku, tidak menanggapi reaksi apapun yang aku ciptakan di depannya. Dia masih diam tanpa ekspresi, dan seolah mengijinkan aku menjadi satu-satunya tokoh dalam pementasan drama. Drama patah hati.
Aku mencintainya. Sumpah demi apapun aku jatuh cinta padanya, walau aku tahu aku terlalu takut dan naïf untuk mengakuinya, lalu seolah membiarkannya terlarut dalam hipotesis tak berdasarnya.
Dia sempurna dengan segala macam atribut yang diinginkan lelaki sebagai seorang pendamping hidup. Sukses, mapan, pintar mengurus rumah dan memasak, serta tidak segan keluar dari pekerjaan yang dicintainya demi keluarganya kelak. Iya, dia sosok yang aku inginkan. Tapi lagi-lagi aku terlalu naïf dan takut mengambil sebuah komitmen. Aku masih merasa terlalu muda dengan umur duapuluh delapan tahun untuk membangun sebuah keluarga.
“Nikmati saja, Bim. Lagian seperti yang kamu bilang, bisa jadi aku dan kamu sama-sama belum siap untuk rumah tangga.”
Aku meringis saat mengingat kata-katamu dulu yang sarat dengan nada miris saat aku mengatakan bahwa aku tidak bisa melangkah lebih jauh dari sebuah status sahabat. Apa dia marah? Tidak sama sekali. Dia memaklumi walau sinar matanya penuh dengan kesedihan.
Dia yang selalu ada untukku, tidak peduli sibuk atau tidak, setiap kali aku menghubunginya, dia pasti akan datang untukku. Dia yang selalu merawatku saat aku sakit, dan dia pula yang tidak pernah mengeluh saat aku mengetuk pintu apartemennya pada pukul satu pagi hanya untuk meminta makan. Iya, hanya dia wanita satu-satunya yang rela berada di sampingku tanpa ikatan.
“Bim, petinya mau ditutup. Kamu mau bilang sesuatu?” suara Tante Marta –ibunya- membuyarkan lamunanku dan aku hanya mengangguk sebagai jawabannya.
Aku berjalan mendekat dan mengusap wajahnya yang pucat. Ku bungkukan badanku berusaha sedekat mungkin dengan telinganya. “Aku mencintaimu, Felisha Amadina. Aku tahu ini terlambat, tapi aku benar-benar mencintaimu. Maafkan ketidakjantananku untuk mengakui ini semua.”
Aku tahu air mata ini tidak sopan dengan meluncur begitu saja di pipi. Aku mencium keningnya dan mengusap kedua pipinya yang sudah terasa dingin. “Maaf.”
Aku mundur dan seolah mempersilahkan orang-orang menutup peti matinya. Mataku tertutup berusaha menahan airmata yang terus mengalir di pipiku tanpa tau rasa malu. Anggap saja ini air mata penyesalan karena secara tidak langsung, akulah yang menyebabkan dia meninggal.
Masih aku ingat dengan sangat jelas perkataannya satu hari sebelum aku menemukannya mengambang di bath up kamarmandinya dengan pil-pil penenang yang tersebar di sekelilingnya.
“Aku memilih mundur, Bim.”
“Mundur apa?”
Dia tersenyum miris. “Mencintaimu. Aku sudah tidak sanggup. Aku memilih pergi.”
Aku meremas tanganku untuk meredakan emosiku. Bukankan ini miris? Kepengecutanku sudah merenggut nyawa seorang wanita yang ternyata ku cintai? Apa kau akan hidup lagi kalau aku mengatakan dengan jelas kalau aku mencintaimu, Fel?
“Aku mencintaimu Felisha. Sangat mencintaimu.” Bisikku lagi dengan mata tertutup.
Sebuah hembusan angin yang beraroma strawberry –persis seperti aroma tubuh Felisha setiap kali ku peluk- menerpa wajahku.
“Aku juga mencintaimu, Bim…”
Aku membuka mataku dan mataku kalap mencari sosoknya. Mataku terpaku melihat bayangannya yang ada di samping peti matinya yang kini sedang di tutup dan di paku. Ia melihatku dengan wajah pucatnya dan tersenyum manis.
“Felisha…” Desisku. Dia hanya memandangku dan tersenyum miris sembari menggeleng ke arahku. Aku kembali menutup mataku, rasanya terlalu sakit melihat ‘sosoknya’.
“Jangan bersedih. Ini bukan karenamu. Ini karena kebodohanku, Bim.”
Lagi. Hembusan angin itu kembali datang. Aku membuka mataku saat tante Marta menepuk lenganku dan mengajakku ke area pemakaman. Aku hanya mengangguk dan menatap tempat disebelah peti matinya. Sosoknya sudah tidak ada.
“Bahagia disana, Fel. Tunggu aku disana.”
-o0o-
Sorry abis kalo ini absurd. ditulis dalam waktu setengah jam tanpa di baca ulang. maaf kalo ada typo or more. :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Storage
RomanceShort Story slash cerita pendek slash oneshot. Ini kumpulan draft novel gagal yang akhirnya dipaksa jadi cerita pendek... atau... cerita pendek yang muncul sebelum tidur... Enjoy, Cupcakes :)