Proposal

345 23 2
                                    

Seorang gadis terduduk di bawah rerimbunan pohon, berusaha bersembunyi dari sengatan matahari yang mulai menggila di awal musim panas tahun ini. Dihelanya nafas entah keberapa kalianya saat melihat beberapa orang berlalu lalang di depannya, berikut dengan tawa mereka yang selalu terdengar –mungkin untuk menyambut musim panas- dan sedikit banyak itu membuatnya iri.

Dibuka nya lagi buku catatan yang sudah ada di genggamannya. To-do list yang sudah ia tulis sendiri –yang menurut beberapa temannya sangat tidak diperlukan- tapi pada akhirnya malah membuat dirinya terbebani. Terkadang ia membenarkan apa perkatan orang disekitarnya bahwa hidup seharusnya di isi dengan spontanitas dan sedikit rencana. Toh kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi kalau tangan Tuhan sudah ikut campur. Sebaik apapun rencana yang sudah di susun bisa porak poranda dalam sekejap kalau Tuhan sudah memutuskan hal lain untuk umatnya.

Tapi itulah yang tidak bisa dia lakukan. Karena ia yakin, ia bisa berkompromi dengan Tuhan seandainya ada satu dari rencananya melenceng dari harapan.

Di raihnya pulpen dari dalam tasnya dan mulai menulis sesuatu disana. Yah, paling tidak kalau Tuhan mau merubah sedikit dari rencananya, ia bisa mengajukan ‘proposal’ lain tentang rencana hidupnya.

-o0o-

“Katakan, siapa yang paling ingin kau protes untuk segala sesuatu yang terjadi dalam hidupmu?”

Gadis itu menoleh dan membenarkan letak kacamatanya, menatap lawan bicaranya dengan kernyitan di dahinya. “Tuhan.”

“Kenapa?”

“Kurasa hidup yang kujalani sekarang karena aku adalah puppet-Nya. Dan seharusnya aku bisa meminta scenario yang lebih baik lagi untuk hidupku. Sayangnya, apa yang terjadi dalam hidupku bukan seperti sebuah e-book novel yang bisa ku download di internet.”

Gadis itu meraih sebuah buku yang tergeletak di meja dan membukanya lebar demi lembar, “Dan mungkin karena hal itu, aku berusaha menulis sesuatu di dalam sebuah buku yang ku harap itu adalah hidupku, dengan kehidupan sempurna dan seorang pangeran tampan berkuda putih.”

“Kalau apa yang kau harapkan tidak terkabul?”

“Mungkin di kehidupan selanjutnya? Nanti, saat aku mati dan bisa bertemu Tuhan, aku akan mengajukan buku ini sebagai proposal kehidupanku selanjutnya.”

-o0o-

StorageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang