1

1.2K 93 2
                                    

Welcome.

"Keluar kau Pengecut sialan!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keluar kau Pengecut sialan!!." Teriak seseorang di ruang yang sangat berantakan. Bisa di bilang telah terjadi suatu pertengkaran di sana. Orang itu tak hanya satu, Tapi lebih. Kita sebut saja Sekumpulan Mafia.

Terdapat seseorang di belakang meja. Ya, Orang itulah yang mereka cari. Terdapat satu Pria dewasa, Dan dua Anak kecil yang berusia sekitar 9 Tahun. Kemungkinan besar Pria itu adalah Ayah dari kedua anak tersebut. Istri Pria itu sudah mati akibat terkena peluru salah satu Mafia. Kini Ia harus bisa menyelamatkan kedua Anak kembarnya itu, Kedua Anak tersebut memandangi sang Ayah sembari tersenyum. Mereka masih tak mengerti dengan apa yang terjadi, Mereka tak tau jika Mereka sedang di incar. Kenapa Mereka tak berisik seperti Anak pada umumnya? Jawabannya karena Ayah mereka menyuruh mereka untuk diam.

"Papa, Kenapa Kita harus bersembunyi?." Bingung salah satu Anak tersebut.

"Nak, Kita sedang bermain Petak Umpat. Yang berhasil di tangkap akan kalah, Oleh karena itu kita harus bersembunyi agar menang." Sang Ayah berbohong. Melindungi Anaknya adalah tugas seorang Ayah, Ia tak mau jika Anaknya akan trauma karena kejadian menakutkan seperti ini.

"Aku akan menghitung sampai Sepuluh, Jika Kau tak keluar, Maka Aku tak akan segan segan menembak ke segala arah. Bagaimana jika Peluru ini menembus tubuh mungil Putramu? Kau tidak mau bukan? Maka Keluarlah!." Mereka mengancam. Segerombolan orang itu tentu tak akan main main dengan ucapannya, Mereka serius. Apalagi di keadaan seperti ini.

"1.."

Sang Ayah panik, Ia tengah kebingungan sekarang. Bagaimana agar Ia dan Anaknya selamat dalam waktu yang dekat, Ia tak mau kehilangan Anaknya. Mafia itu hanya mengincar Keluarganya saja, Bukan Dirinya. Mengapa? Karena Keluarga adalah barang berharga bagi setiap orang, Pasti Sakit rasanya kehilangan salah satunya.

"3.."

Waktu terus berjalan, Angka itu terus menerus bertambah. Keringat mulai berjatuhan, sang Ayah berusaha berfikir secepat mungkin agar kedua Putranya selamat. Namun sayangnya di waktu seperti ini akan sulit, Tak ada cara lain selain menyerah. Haruskah Ia melerakan sang Putra setelah Istrinya?.

"6.."

Sang Ayah mendengus nafasnya pasrah. Sepertinya Ia akan benar benar menyerah untuk yang kedua kalinya. Sebenarnya Ia tak ingin menyerahkan Anaknya, Tapi di sisi lain Ia juga tak punya pilihan selain menyerah. Sekarang keputusan hanya ada di tangan Putranya.

"7.."

"Papa kenapa?." Tanya seorang Anak melihat Ayahnya Meneteskan Air mata.

Sang Empu menoleh ke arah kedua Anak Mungilnya. Kedua matanya melihat wajah lucu serta lugu sang Anak, Bisakah Ia melihat itu lagi?. Ia sudah memutuskan. Ia akan memilih untuk menyerahkan Anaknya. Maaf, Hanya itu yang ada di benaknya sekarang.

"Chenle, Kamu pergi ke Pintu belakang ya. Pelan pelan jangan lari, Jangan sampai ke tahuan Oke?."

Sang Anak dengan wajah polosnya hanya bisa mengangguk, Ia akan Melakukan perintah sang Ayah. Sementara Anak di sebelahnya hanya menatap Chenle dengan sangat dalam. Ia sudah terbiasa bermain Petak Umpat, Entah kenapa kali ini Ia merasa ada yang berbeda. Ia tak mau kehilangan, Lebih tepatnya Ia tak mau berpisah.

KEMBAR - CHENLE JISUNG ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang