Malaikat di Antara Rinai

8 0 0
                                    



Hujan baru saja mengguyur sebagian kotaku. Petir sahut-menyahut dengan kilat menyala yang membuatku takut. Deru mobil yang mengebut sesekali mencipratkan genangan air ke tubuhku. Aku berjalan mencari tempat berteduh. Langkahku terseok. Kaki kanan yang patah akibat kecelakaan tempo hari, membuatku tak sanggup untuk berlari. Tubuhku gemetar. Seharian sudah lambungku jauh dari mengenyangkan.

Kulihat ada sebuah warung tenda di ujung jalan. Beberapa pengunjung tampak menikmati semangkuk bakso yang asapnya mengepul. Tak ada alasan bagiku menunda langkah untuk tiba di sana. Aroma bakso itu makin mengintimidasi penciumanku. Malangnya, baru saja tiba di depan tenda, sang pemiliknya segera mengusirku. Gontai langkah menerima perlakuan semacam itu. Tak terasa rinai bening yang keluar dari netraku berlomba dengan air hujan. Seolah bersembunyi di baliknya agar tak ada yang tahu deritaku.

Tiba-tiba aku terjatuh. Segera tersadar apa yang terjadi barusan. Sebuah lubang yang tertutup air hujan--yang awalnya kupikir ia bagian dari jalan beraspal--ternyata selokan. Lengkap sudah hariku. Basah kuyup dan bau comberan. Derasnya arus membuatku hanya mampu berpegangan pada sisi selokan. Aku berusaha bangkit, tetapi apa daya, kekuatan tubuhku bak terserap seluruh gravitasi alam. Kulihat di kejauhan tampak siluet seseorang sedang berjalan mendekat. Payung hitam yang melindungi dari hujan tak membiarkanku melihat wajahnya. Tepat ketika ia melewatiku, langkahnya pun terhenti. Ditolongnya aku keluar dari selokan. Ternyata, ia penghuni rumah di seberang jalan.

"Kau pasti lapar. Mari ikut denganku," katanya dengan wajah berbinar. Setiba di rumahnya, ia segera menuju dapur dan memberiku makan.

"Maaf, aku hanya punya ini. Semoga kamu suka dan bisa membuatmu kenyang," ucapnya tulus.

"Terima kasih, Tuan. Apa yang Anda berikan sudah lebih dari cukup untukku. Meskipun hanya sepotong kepala ikan, sudah membuatku kenyang. Terima kasih juga telah menyelamatkanku dari selokan." Aku hanya mengeong sebagai tanda terima kasihku untuknya

RUANG BAWAH TANAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang