Untitled Part 6

45 28 15
                                    

Sudah satu minggu sejak kejadian polaroid yang melibatkan Nayra, Adis, Aksa beserta teman-temannya. dan sejak itu pula Nayra lebih sering digoda dengan teman-teman cowok itu. seperti halnya sekarang ini, saat Nayra, Adis dan juga Alina berjalan memasuki kantin yang bertepatan dengan segerombolan Aksa yang juga memasuki kantin namun pada pintu yang berbeda.

"Neng Nayra, sapa abang dong. kiw kiw" teriak Ragas dari tempatnya.

Nayra bergidik, gadis itu lantas mencari tempat duduk yang sekiranya jauh dari tempat Aksa dan teman-temannya.

"Nay, lo pesen apa?" Tanya Adis.

Nayra berfikir sebentar, "kaya biasanya aja, Dis"

Adis mengangguk, "Oke". Lalu tatapannya jatuh pada Alina yang menunduk sembari memainkan handphone nya. "Lo?"

"Samain" jawab Alina singkat. Adis hanya mengangguk kemudian berjalan menuju kedai salah satu dikantin untuk memesan makanan.

Ya memang seperti itulah karakter Alina, dingin, cuek, dan bodoamat. Tapi dia pinter, cantik pula. Jadi tak heran jika kapten basket SMA sebelah menjadikan gadis itu sebagai pacarnya.

"Nay, gue nanti pulang bareng sama Devan. Jadi sorry, gue ga bisa nganter lo ke Gramed" ucap Alina.

Nayra meletakkan ponselnya ke meja, ia beralih menatap Alina yang juga tengah menatapnya. Nayra mengangguk, sudah lumrah hal seperti itu terjadi.

"Sans aja kali Lin" ucap Nayra seraya terkekeh pelan.

"Gue mau nanya, punya pacar emang enak ya?" Tanya Nayra.

Alina mengernyitkan dahinya heran. "Bukannya lo sama Gavin dulu juga pacaran?" Tanya Alina balik.

Nayra mendengus, lantas mengendikkan bahunya. "Gue nggak tau, hubungan gue sama Gavin dulu bisa dibilang pacaran apa engga"

"Nggantung?" Tebak Alina.

"Engga juga, tapi kaya emm"

"Tanpa status?" Tebak Alina lagi.

"Ngga tau lah, intinya hubungan gue sama dia dulu itu ngga jelas" ucap Nayra.

Alina hanya mengangguk pelan, tak ingin bertanya lagi. Ia juga tau hubungan seperti apa yang sahabatnya itu jalani dengan masa lalunya. Hubungan aneh, tidak jelas, tanpa status, tapi..

"Makanannya dateng ciwi-ciwiku" ucap Adis sembari membawa nampan dan meletakkannya di meja.

"Ini buat Nayra, ini buat Alina, dan ini buat gue" ucap Adis seraya menaruh satu persatu mangkuk bakso kehadapan sahabtnya.

"Makasih Adis, sayang banget sama babu" ucap nayra menatap Adis dengan senyumnya yang cukup menyebalkan.

Adis berdecak pelan, sedikit kesal. Tapi tak apa.

Gadis itu hendak duduk, namun tatapannya tanpa sengaja menangkap basah seseorang yang sepertinya menatap ke arah mejanya. Adis mengikuti arah pandang orang tersebut dannternyata, Nayra. Ya, orang itu menatap Nayra.

Menyadari satu hal, lantas Adis menyunggingkan senyum menggodanya pada Nayra.

"Nay, lo di lihatin tuh sama kak Aksa" ucap Adis menyenggol lengan gadis yang tengah menikmati kuah baksonya itu.

"Hah?" Tanya Nayra.

"Ck, lo dilihatin sama kak Aksa tuh"

Nayra mengernyit, kemudian ia mengedarkan pandangannya menuju arah yang ditunjukkan oleh Adis.

Di pojok sana, Nayra melihat Aksa yang mungkin sedang menatapnya? Nayra tidak bisa menebak pandangan cowok itu.

"Dis, lo bisa pindah duduk di sebelah gue sini nggak?" Tanya Nayra, gadis itu menatap penuh harap pada sahabatnya.

PRA-AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang