Berontak pun rasanya percuma, Nayra terus-terusan menghela nafas pasrah saat Aksa terus menggeretnya. Gadis itu merasa kewalahan untuk menyeimbangi langkah lebar kaki Aksa.
"Ih, kak, pelan-pelan" keluh Nayra.
Aksa pun tersadar atas ucapan Nayra, jujur saja cowok itu lupa jika ukuran tubuhnya dan tubuh Nayra sangat berbeda jauh. Sontak ia pun berhenti dan membuat Nayra menabrak punggung lebarnya.
"Aduh" keluh Nayra seraya memegangi jidatnya.
"Sorry" ucap Aksa.
Nayra menatap cowok itu dengan pandangan yang sulit di artikan, membuat Aksa mengernyit pelan.
"Kenapa?" Tanya Aksa.
"Gapapa" jawab Nayra singkat.
Saat ini kedua remaja itu tengah berhenti ditengah koridor, membuat beberapa pasang mata yang berada disekitar sana menatap mereka dengan pandangan yang berbeda-beda.
Diam, tidak ada yang berbicara sampai beberapa saat hingga ponsel Nayra berdering, menandakan ada sebuah pesan yang masuk.
Gadis itu lantas membuka ponselnya, dan terlihatlah notifikasi pesan dari mamanya.
"Kak, aku duluan ya. Mama udah didepan" ucap Nayra.
Gadis itu hendak meninggalkan Aksa, namun lengannya sudah terlebih dahulu dicekal oleh cowok jakung itu.
Nayra menoleh, menatap cowok itu malas.
"Besok gue jemput"
Nayra mengangkat sebelah alisnya, "emang kak Aksa tau rumahku dimana?" Tanya Nayra.
Cowok itu terkekeh pelan, "bukan Aksa namanya kalau alamat rumah lo aja gue ngga tau" ucap cowok itu seraya menyunggingkan senyum remeh.
Ia lanymtas pergi, namun sebelum itu ia sempatkan untuk mengacak asal ppuncak kepala Nayra.
Gadis itu hanya diam melongo, menatap kepergian Aksa dengan heran.
"Aneh banget jadi cowok" ucap Nayra seraya bergidik. Seketika gadis itu teringat sesuatu dan berlari menuju ke gerbang depan sekolah. Persetan dengan orang-orang yang menatapnya aneh, sedangkan mamanya pasti sudah menunggunya di depan. Dan ya, benar saja, mobil putih milik mama Nayra itu sudah berhenti dan menepi rapi di pinggir jalan di dekat halte.
Gadis itu buru-buru masuk, tak lupa mengambil sebelah tangan mamanya dan mengecupnya pelan.
"Lama banget, ngapain aja?" Tanya Ratih seraya menyimpan kembali ponsenya.
Nayra menyengir lebar, menampilkan rentetan gigi putihnya yang rapi dan matanya yang menyipit, melengkung layaknya bulan sabit.
"Biasa ma, ada urusan"
"Urusan atau ketemu pacar?" Goda Ratih.
"Mama apaansih, orang Nayra ngga punya pacar juga"
"Iya iya, yang ngga punya pacar" goda Ratih lagi. Wanita itu mulai menyalakan mesin mobilnya, dan melajukannya menjauh dari area SMA Ganesha.
"Lagian kamu sih, kenapa ngga nyari pacar aja? Biar mama atau mang Ujang ngga capek-capek buat antar jemput kamu ke sekolah" ujar Ratih.
Nayra mendelik, menatap mamanya tak percaya. "Ish, mama bisa-bisanya ya?" Ucap Nayra. "Jadi mama nyuruh aku nyari pacar atau ojek?" Lanjut Nayra.
"Kalau bisa sekalian yang ngerangkap jadi ojek, ojek pribadi maksudnya" ucap Ratih seraya menaik turunkan alisnya, bermaksud menggoda anaknya lagi.
"Ah, gatau lah" ucap Nayra, gadis itu melipat tangan didepan dada. Kesal, tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRA-AKSARA
Teen FictionJika mendengara kata "PRA-AKSARA" hal pertama yang terlintas di fikiran kalian apa? Apakah manusia purba? atau zaman dimana belum mengenal tulisan? sejarah? atau bahkan manusia monyet? eitsss, bukan ya PRA-AKSARA disini adalah orang. Loh? lah? kok...