"Nay, itu bukannya si ulet bulu ya?"
Nayra beralih menatap Adis dengan alis tertaut.
"Itu, disana, di tengah lapangan" ucap Adis seraya menunjuk ke arah lapangan.
Nayra mengikuti arah jari telunjuk Adis yang mengarah pada segerombolan cheerleaders SMA Saraswati.
Tunggu, cheerleaders? Nayra seketika paham apa yang dimaksud dari perkataan Adis.
Sherin, gadis itu? Ya, sebelumnya Nayra sudah tau jika Sherin adalah anggota cheerleaders SMA Saraswati, tapi? Tapi kenapa cewek itu sekarang menjadi ketua cheerleaders?
"Sejak kapan tuh ulet bulu jadi ketua?" Tanya Adis dengan nada tak suka.
"Helen kakinya cedera"
Nayra dan Adis kompak menatap Alina dengan pandangan seolah menuntut jawaban.
"Gue cuma tau kalau Helen kakinya cedera, selebihnya gue ngga tau" ucap Alina lagi.
Nayra kembali melihat ke arah lapangan, dimana seorang cewek di terbangkan tinggi-tinggi kemudian ditangkap kembali, begitu seterusnya. Dalam hati Nayra hanya bisa berkata, semoga lo jatoh.
Katakanlah jika Nayra jahat, tapi lebih jahat mana dengan seseorang yang sudah dianggap sebagai sahabat sendiri tapi dengan tidak tahu malunya merebut sumber dari kebahagiaannya. Ya, seperti itu.
Jadi, jangan salahkan Nayra jika Nayra mendoakan gadis bernama Sherin itu agar terjatuh atau cedera kaki. Jujur saja Nayra muak melihat wajah menyebalkan gadis itu, wajah yang sok polos tapi hobinya gonta ganti pacar. Bukan gonta ganti, tapi dengan tidak tau malunya cewek itu memiliki cowok lain disaat dirinya sendiri sudah memiliki kekasih. Argh, terlalu sulit di ucapkan dengan kata-kata. Intinya Nayra benci dengan gadis bernama Sherin itu.
Namun hingga pertunjukan cheerleaders itu berakhir, tidak ada kejadian apa-apa yang menimpa gadis bernama Sherin tersebut. Bahkan gadis itu tengah menyunggingkan senyum lebarnya bersamaan dengan ia diangkat setinggi-tingginya serta kedua tangannya diangkat ke atas.
Nayra menatap wajah cewek itu kesal, namun secara tak sengaja Sherin juga tengah menatapnya kemudian menyunggingkan senyum remeh.
Aish, rasanya Nayra ingin melemparkan sepatunya ke arah cewek itu.
"Anjir, sombong banget tuh cewek. Kenapa ga jatoh aja sih" cibir Adis kesal.
Nayra sangat setuju dengan kalimat yang baru saja Adis lontarkan.
Suara drum kini mulai bersahutan, dari masing-masih kubu sudah mulai meneriakkan yel-yel kebanggaan mereka saat para tim basket memasuki area lapangan. Dentuman drum kian mengeras disertai dengan suara aba-aba ketua ultrass melalui toa yang mereka bawa.
Nyanyian-nyanyian serta yel-yel kian beradu cepat saat kedua tim basket mulai berebut bola. Bahkan tak sungkan para anggota ultrass saling merangkul tak peduli itu cewek ataupun cowok, bendera maupun banner yang sudah mereka siapkan juga turut menjadi kemeriahan pertandingan hari ini.
"Eh eh gais, foto yuk" ajak Adis sembari merangkul pundak kedua sahabatnya. "Nay Nay, polaroid lo siniin" ucapnya lagi.
Nayra memberika polaroid berwarna tosca itu pada Adis, kemudia ketiga cewek itu berpose beberapa kali dengan latar keseruan anak ultrass.
"Ih, ini lucu" teriak Nayra semangat.
Gadis itu lantas memencet sebuah tombol guna mencetak foto tersebut di sebuah lembar polaroid. Tak lama sebuah lemabr foto keluar dari pokaroidnya yang langsung di sambar oleh Adis dan di kipas-kipaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRA-AKSARA
Fiksi RemajaJika mendengara kata "PRA-AKSARA" hal pertama yang terlintas di fikiran kalian apa? Apakah manusia purba? atau zaman dimana belum mengenal tulisan? sejarah? atau bahkan manusia monyet? eitsss, bukan ya PRA-AKSARA disini adalah orang. Loh? lah? kok...