Jangan lupa vote dan komen, ya.
••••
"BUNDAAAAAAA!"
"BUNDA RATUUUU!"
"JANGAN TERIAK-TERIAK!"
"BUNDA JUGA TERIAK!"
"Astaghfirullahaladzim, ini kenapa, sih?" tanya Ayres yang tengah duduk di meja makan.
Terdengar derap langkah cepat menuruni tangga, Difya dan Ditya berlari mencari orang tuanya. Di belakang mereka ada Dipta yang berjalan santai.
Brukk
Tubuh Yoza di hantam dua anaknya, Yoza sampai terbatuk karena serangan mendadak itu.
"Kenapa?" tanya Yoza.
"KITA LOLOOOOOSSSSS!"
Yoza melirik Ayres yang tersenyum miring. "Jelas lolos, kalau gak lolos, ayah datangi Jendral. Lagi pula kalian itu sudah masuk kategori lolos seleksi," ujar Ayres.
"Udah dong, bunda mau siapin makan malam," kata Yoza berusaha melepaskan diri.
Ditya dan Difya melepaskan Yoza lalu duduk di kursi masing-masing. Dipta yang melihat Yoza sudah bebas segera mendekat dan mengecup pipi Yoza singkat lalu ikut duduk bersama saudaranya yang lain.
"Berarti kita boleh keluar dong malam ini," cetus Ditya kegirangan.
Ayres mengangguk. "Bawa mobil aja, ayah kasih izin asal mas Dipta yang nyetir."
Senyum Ditya semakin lebar, tidak masalah siapapun yang menyetir yang penting mereka dapat izin keluar.
"Di antar aja gimana?" tanya Yoza sedikit khawatir, meski dia tahu jika Ayres sudah lama mengajari Dipta menyetir.
"Masa di antar sih, bunda. Kita mau ngumpul geng, loh. Bukan mau belajar kelompok," sungut Difya menyuap sepotong kentang ke mulutnya.
"Dipta bakal hati-hati," kata Dipta mencoba membuat Yoza percaya dia tahu jika bundanya tengah khawatir.
Yoza menghela napas berat. "Makannya di habisin," kata Yoza lalu berjalan keluar dapur.
Keempatnya menoleh. "Bunda khawatir, gak apa-apa nanti ayah yang ngomong."
Mereka melanjutkan makan malam tanpa Yoza, sebenarnya Yoza percaya pada Dipta, tapi yang nama seorang ibu tidak akan tenang jika anaknya pergi mengendara padahal belum legal umur. Sebenarnya ini juga tidak layak di contoh, tapi Ayres sedikit bandel dan tetap mengajarkan Dipta mengendara.
Hingga ketiga anak itu sudah siap, mereka langsung berpamitan pada Ayres dan Yoza. Sedari tadi Yoza hanya diam memperhatikan anak-anaknya.
"Kita berangkat ya, bunda ratu," kata Ditya memeluk Yoza. "Tenang, abang bakal jaga Difya."
"Difya gak nakal, janji." Difya ikut memeluk Yoza.
"Langsung pulang setelah selesai, jangan keluyuran," kata Yoza mengingatkan .
"Berangkat ya, bunda. Jangan khawatir, mas bakal jaga mereka," kata Dipta memeluk Yoza. Dipta tersenyum melihat bundanya mengangguk. Dia mengecup kening Yoza sebelum mengucap salam. "Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Hati-hati."
"Ingat pesan ayah, setelah selesai langsung pulang. Jangan ngebut, mas."
"Iya, yah."
Mereka segera masuk ke dalam mobil, Difya menemani Dipta di depan. Sedari tadi tak henti-hentinya Ditya tersenyum, seakan hendak menemui sang pujaan hati, Ditya merasa hatinya berbunga-bunga.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPLETS D [END]
Ficção AdolescenteSQUEL MIYOZA & ADORE U Masa remaja tiga anak kembar yang memiliki kepribadian sangat berbeda. Saling bertolak belakang dengan keunikan masing-masing. Bagaimana kehidupan ketiga remaja kembar itu? Mari kita arungi cerita tentang kehidupan mereka. ...