EMPAT BELAS

25.3K 2.9K 300
                                    


Jangan lupa vote dan komen, ya.

••••

Tok tok

Ceklek

Pintu kamar Difya terbuka, kamar bernuansa kuning yang di rangkai sedemikian rupa oleh pemiliknya terlihat sangat nyaman untuk di tempati.

"Boleh bunda masuk?"

Difya menoleh kearah Yoza yang berdiri di depan pintu, gadis itu mengangguk mengizinkan. Yoza tersenyum tipis dan mendekati Difya yang duduk di kasurnya sambil memeluk boneka monyet kesayangan.

"Difya."

"Iya, bunda."

"Difya marah sama bunda?"

Gadis itu menggeleng cepat. "Difya gak marah."

"Difya, bunda pasti buat Difya kecewa, ya?"

Gadis itu kembali menggeleng, dia menatap bundanya dengan pandangan menyesal, air matanya menggenang di pelupuk mata.

"Difya jahat ya, bunda? Mulut Difya pasti jahat. Bunda marah gak sama Difya? Difya pasti nyakitin hati bunda."

Yoza menggeleng. "Bunda gak marah."

"Bunda, Difya takut. Bunda tau kalau Difya itu penakut, Difya gak mau di tinggal. Difya tu manja, cengeng, nyebelin, bodoh juga--"

"Difya gak bodoh--"

"Difya egois, maunya menang sendiri. Semua yang Difya mau harus di penuhi, bahkan Difya harus buat abang jauh dari anak kucingnya karena Difya gak suka."

"Nak, jangan--"

"Karena Difya gak bisa apa-apa makanya Difya gak mau di tinggal, bunda. Gak mau jauh dari mas sama abang, gak mau di tinggal bunda sama ayah. Nanti kalau Difya sendirian, pasti Difya gak bisa hidup. Difya nyusahin."

Yoza membekap mulut Difya, sudah cukup, Yoza tidak sanggup mendengar anaknya berbicara seperti ini.

"Difya anak bunda yang paling cantik, Difya yang paling istimewa. Difya gak jahat, gak nyebelin, gak bodoh, Difya gak nyusahin, nak. Jangan ngomong gini, bunda sedih," lirih Yoza meneteskan air matanya.

Air mata Difya ikut menetes, dia menangis dalam diam. Menunduk dan membiarkan rambutnya menutupi seluruh wajahnya.

"Difya harus tau, dulu bunda juga gak bisa apa-apa. Gak bisa nyuci baju, gak bisa masak, bunda juga nyusahin orang-orang di sekitar bunda. Bunda bertingkah, selalu nyusahin nenek sama Kakek karena harus keluar masuk rumah sakit. Bunda buang-buang banyak uang, bunda nakal, bunda jadi perusuh di sekolah. Bunda juga bukan orang baik, nak."

"Tapi bunda pintar, bunda selalu juara," ujar Difya terlihat menyedihkan. "Difya takut, bunda. Difya suka nangis tengah malam cuma mikirin sebenarnya kelebihan Difya ini apa? Kenapa Difya gak pintar kayak mas sama abang? Kenapa otak Difya bodoh banget? Difya suka bertingkah bodoh, bunda. Difya pelupa, suka gak bisa mikir keras."

Yoza memeluk anaknya. "Difya gak bodoh, jangan ngomong gitu bunda gak suka. Semua orang punya kelebihan dan kekurangan, Difya gak boleh membandingkan diri sendiri sama orang lain ataupun saudara sendiri."

"Tapi Difya suka kesel sama diri Difya sendiri, kenapa Difya cengeng banget, kenapa Difya suka banget egois."

Yoza hanya menangis saja, dia pikir anak perempuannya yang sangat suka tersenyum ini bahagia, dia pikir Difya tidak pernah merasa kurang, tapi ternyata anaknya tengah terpuruk dalam pemikiran-pemikiran buruknya sendiri.

TRIPLETS D [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang