DUA

36.9K 3.9K 198
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya.

••••

"Semuanya sudah siap?" tanya seorang senior yang menggunakan almamater OSIS.

"Sudah, kak."

"Sudah makan?"

"Sudah, kak."

"Kita kumpul di lapangan lagi, kakak sebagai pamong kalian mengingatkan untuk tidak terlambat."

"Oke, kak."

Para murid baru berjalan menuju lapangan, Difya berjalan bersama Sindi. Mereka sesekali menatap beberapa sudut sekolah untuk menghapal tempat.

"Bukannya gak boleh bawa hp, ya?" bisik Sindi pada Difya.

"Emang gak boleh, emang siapa yang bawa?" tanya Difya balik. "Katanya gak boleh main hp selama kegiatan."

Sindi menunjuk dua orang senior yang menggunakan almamater, sama seperti panitia lain. "Lihat tu, malah selfie-selfie sendiri. Kan katanya gak boleh melakukan kegiatan di luar jadwal kegiatan itu sendiri."

"Pasti itu senior hits," ujar Difya lagi. "Eh, udah ayo buruan. Entar kita telat."

Keduanya berlari menyusul teman-temannya. Saat sampai, mereka kembali berbaris di lapangan. Setelah rapi, mereka semua duduk di lapangan atas perintah. Terlihat beberapa senior tengah memeriksa barisan, lalu tak jauh dari sana ada dua orang siswa baru yang terlambat.

"KENAPA TERLAMBAT?" tanya salah satu senior laki-laki dengan suara yang keras.

"Ma-maaf kak, kita dari toilet."

"BUKANNYA SUDAH DI INGATKAN UNTUK BERKUMPUL TEPAT WAKTU?"

"Ma-maaf, kak."

"INI TEMAN SIAPA?" tanya senior itu pada seluruh barisan. "Kamu di kelas mana?"

"Kelas anggrek, kak."

"KELAS ANGGREK BERDIRI SEMUA."

Seluruh siswa yang ada di barisan kelas anggrek berdiri. Ternyata Ditya dan Paska ada di kelas itu, Dipta dan Difya bisa melihat bagaimana kusutnya wajah Ditya.

"Kenapa kalian tidak memperhatikan teman kalian?" tanya seorang panitia perempuan. "Mana ketuanya?"

"Sa-saya, kak."

"KAMU SEHARUSNYA BISA MEMPERHATIKAN TEMAN-TEMAN KAMU, JANGAN CUMA PIKIRIN DIRI SENDIRI."

"Maaf, kak."

"MANA RASA KEKELUARGAANNYA?"

"Ma-maaf, kak."

Seluruh barisan menunduk, si ketua yang di pilih secara singkat itu tengah berdiri dan berhadapan dengan dua senior laki-laki.

"BIAR ADIL, SEMUANYA PUSH UP 20 KALI."

Terdengar suara tidak terima dari beberapa siswa, dan suara Ditya terdengar jelas.

"Kalau mau di hukum, ya hukum yang terlambat, dong."

"SIAPA YANG NGOMONG ITU?"

"Saya," kata Ditya santai.

Seluruh atensi teralihkan, Dipta dan Difya menatap suram pada Difya. Padahal sudah di ingatkan untuk tidak membuat rusuh, tapi sekarang Ditya dengan santainya menatap para senior itu.

"Ngomong apa kamu?" tanya senior perempuan.

"Saya bilang, kalau mau menghukum, silahkan hukum yang salah. Kami ini sudah tepat waktu, kalau ada yang harus di hukum ya cuma mereka berdua. Itu baru namanya adil," jelas Ditya membuat orang yang ada di sana menatapnya dengan pandangan berbeda.

TRIPLETS D [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang