Jangan lupa vote dan komen, ya.
••••
06.45
"Sudah siap?" tanya Dipta.
Difya mengangguk. "Siap," jawabnya semangat.
"Let's go!" seru Ditya menghidupkan mesin motornya.
Pagi ini mereka akan bersekolah kembali, setelah libur satu hari, Difya akhirnya kembali sekolah dengan banyak pertimbangan.
Tidak perlu memerlukan waktu yang lama, mereka sudah sampai di sekolah, Difya berjalan di tengah-tengah kedua kakaknya seperti biasa. Dipta dan Ditya mengantar adik mereka hingga masuk ke dalam kelas.
"Jangan keluar sebelum mas atau abang yang jemput," kata Dipta.
Difya mengangguk patuh.
"Sin, gue titip Difya, ya," kata Ditya pada Sindi.
Gadis itu mengangguk mantap. Setelah itu Dipta dan Ditya keluar, Sindi menatap Difya yang diam di tempat duduknya.
"Difya," panggil Sindi.
"Apa, Sin?" tanya Difya.
Sindi hanya tersenyum tipis, dia hanya mencoba mengetes Difya. Takut jika gadis itu melupakannya, ternyata Difya tidak separah itu. Saat Dipta menghubungi dia dan Rts, mereka sangat terkejut mendengar penjelasan Dipta, mereka kira Difya benar-benar tidak ingat apapun.
"Pagi," sapa Rts baru datang.
"Pagi."
Rts menatap Difya sebentar lalu berjalan menuju kursinya. "Udah pr?" tanya Rts. Sindi mengangguk begitu juga dengan Difya.
"Gue udah, dong." Difya terlihat pamer.
Rts merotasikan matanya malas. "Mana, coba gue lihat," katanya.
Difya menyodorkan buku tugasnya dengan senyum miring. "Gue ingat, semalam waktu gue cek group kelas gue baru ingat kalau ada pr, terus di bantu kerjain sama mas Dipta," ujar Difya.
Sindi mengangguk pelan, Rts hanya diam. Sebenarnya dia masih belum percaya, dia tidak meragukan Dipta tapi jelas dia tidak akan percaya begitu saja. Sekarang Difya terlihat sangat baik-baik saja, apa mungkin dokter salah mendiagnosis.
"Aduh," ringis Difya.
"Kenapa?" tanya Sindi cepat.
"Mau pipis," jawab Difya tercengir. Sindi dan Rts mendengkus pelan, dia pikir kenapa Difya sampai mengaduh seperti itu.
"Ayo gue temenin," kata Sindi.
Difya mengangguk cepat.
"Gue juga, deh." Rts ikut berdiri. "Bel masih beberapa menit lagi, masih banyak waktu."
Ketiga gadis itu keluar, namun Sindi dan Rts berada di belakang. Mereka membiarkan Difya berjalan di depan, mungkin terdengar jahat karena tidak percaya, tapi mereka sama-sama butuh bukti agar bisa menyadarkan diri sendiri.
"Difya mau kemana?" tanya Sindi menahan tangan Difya.
"Toilet dimana?" tanya Difya terlihat linglung.
"Ke sebelah sini," ujar Sindi menarik difya menuju toilet. Rts hanya diam mengikuti, sampai di toilet Difya segera menyelesaikan urusannya.
"Dia beneran lupa," lirih Sindi.
"Tugas kita buat jaga dia," balas Rts.
Saat Sindi dan Rts tengah berkaca, tiga kakak kelas mereka juga masuk ke sana. Dan kebetulan sekali mereka adalah Sherina, Amanda dan feby.

KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPLETS D [END]
Teen FictionSQUEL MIYOZA & ADORE U Masa remaja tiga anak kembar yang memiliki kepribadian sangat berbeda. Saling bertolak belakang dengan keunikan masing-masing. Bagaimana kehidupan ketiga remaja kembar itu? Mari kita arungi cerita tentang kehidupan mereka. ...