Triple updates!!
Jangan lupa vote dan komen, ya.
••••
Yoza menggandeng tangan Difya dengan lembut menuju poli umum. Ayres juga sudah menghubungi Gilang dan Gilang bilang langsung masuk ke ruangannya saja.
Tok tok
"Masuk."
Ceklek
"Lang." Ayres memanggil dan menarik Difya masuk.
"Difya kenapa?" tanya Gilang sambil tersenyum. Dia mendudukkan Difya di kursi dan berjongkok di depan keponakannya itu.
Difya tersenyum dan menggeleng. "Gak kenapa-kenapa, tapi ayah sama bunda ajak ketemu paman. Paman rindu ya sama Difya?" tanya gadis itu tercengir.
Gilang mengangguk, dia melirik Yoza yang berdiri bersama Ayres di belakang Difya.
"Oh iya, hari ini hari apa ya, paman lupa?" tanya Gilang memancing Difya berbicara.
Difya tertawa. "Hari Rabu, masa lupa."
Gilang tersenyum, jawaban Difya benar dan itu membuat Yoza dan Ayres merasa sedikit lega.
"Oh hari Rabu, iya nih paman lupa. Kalau tanggalnya?"
Difya berpikir. "Tanggal 21," jawab Difya membuat Yoza kembali bersedih. Padahal tadi Difya menjawab tanggal 2 dan sekarang malah tanggal 21.
"Hayo coba tebak tanggal ulang tahun bunda," kata Gilang masih setia dengan senyumnya meski dia merasa jantungnya berdegup kencang dan risau.
Difya menoleh ke arah Yoza, lalu gadis itu menggeleng. "Gak tau, lupa Difya."
Gilang mengelus kepala Difya lalu berdiri mendekati Yoza dan Ayres. "Kita rujuk ke Neurolog aja, ya. Gue minta tolong dokter sarafnya langsung, ini bukan ranah gue," kata Gilang berusaha tenang.
"Difya kenapa?" tanya Yoza dengan air mata yang menggenang, dia bahkan bertanya tanpa suara karena menahan isakan.
"Kita coba periksa lebih lanjut dulu, Za. Gue takut ambil kesimpulan sendiri, lo tunggu di sini sama Difya. Ayo, Res."
Gilang keluar bersama Ayres. Setelah menyesuaikan jadwal bersama dokter tujuan mereka, mereka membawa Difya menuju ruangan dokter itu.
"Mau pulang ya, bun?" tanya Difya.
Yoza menggeleng. "Kita ngobrol sama temannya paman dulu, mau?" tanya Yoza.
Difya menggeleng. "Mau pulang aja, bunda."
"Kita masuk sebentar ya, sayang. Dokternya ganteng, loh." Ayres mencoba membujuk Difya.
"Oke, sebentar aja." Kata Difya setuju.
Ceklek
Gilang membuka pintu ruangan itu, seorang dokter seumuran Gilang tersenyum menyapa mereka.
"Halo, Difya," sapa dokter itu.
Difya tersenyum. "Halo dokter."
Difya duduk bersama Yoza di kursi sedangkan Gilang dan Ayres berdiri di belakang mereka.
Dokter bernama Ridho itu tersenyum kepada Difya, mencoba beberapa pertanyaan ringan kepada Difya. Bahkan dia juga mengajak Difya untuk melakukan beberapa pemeriksaan agar bisa mendapat hasil yang lebih efektif.
Setelah hampir satu jam berada di sana, Difya sudah merasa sangat bosan. Gilang mengajak Difya untuk beristirahat di ruangannya saja sedangkan Yoza dan Ayres masih menunggu hasil di ruangan dokter Ridho.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPLETS D [END]
Roman pour AdolescentsSQUEL MIYOZA & ADORE U Masa remaja tiga anak kembar yang memiliki kepribadian sangat berbeda. Saling bertolak belakang dengan keunikan masing-masing. Bagaimana kehidupan ketiga remaja kembar itu? Mari kita arungi cerita tentang kehidupan mereka. ...