LIMA BELAS

25.2K 2.9K 227
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya.

••••

Kring!

"Ayo kantin."

"Let's go!" seru Difya segera berdiri dari duduknya.

Sindi mengangguk dan berjalan keluar bersama Difya dan Rts. Mereka segera pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah berontak meminta makan.

"Tapi gue pengen ke toilet," kata Sindi.

"Yah, gue udah laper," balas Rts.

"Perlu gue temani?" tanya Difya.

"Kalian pergi aja, gue yang pesan makan, gimana?" tanya Rts.

Sindi dan Difya mengangguk lalu mereka berpisah di sana, sepertinya Sindi benar-benar sudah tidak tahan untuk buang air. Bahkan belum sampai di depan pintu besar toilet, Sindi sudah berlari meninggalkan Difya yang tertawa geli melihatnya.

Saat Difya hendak masuk, dia bertemu dengan Jendral yang baru saja keluar dari toilet laki-laki.

"Toilet?" tanya Jendral. Difya mengangguk dengan senyumnya.

Jendral tersenyum tipis. "Jangan lupa makan siang," kata Jendral mengacak rambut Difya sebelum pergi dari sana.

Difya membekap mulutnya menahan teriakan, dia bahkan sampai memejamkan matanya saking senangnya. Bagai mendapat sebuah sayap, Difya tengah terbang menyapa awan di langit biru yang cerah.

"Lo kenapa?" tanya Sindi yang terheran melihat tingkah Difya.

"Habis di baperin pangeran surga," jawab Difya tersenyum lebar.

Kening Sindi mengerut, namun dia tidak bertanya lebih karena sudah merasa lapar dan takut Rts mengamuk jika mereka terlalu lama di toilet. Keduanya kembali ke kantin, sepanjang jalan Difya tidak mengatupkan bibirnya, dia masih setia tercengir seperti orang gila dan itu membuat Sindi sedikit tidak nyaman.

Saat sampai di kantin, ternyata Rts sudah duduk bersama Ditya, Paska, Dipta dan Restu.

"Lama banget?" tanya Rts.

"Ya gimana lagi urusan alam," kata Sindi menjawab.

Difya duduk di samping Dipta, tidak bersuara namun dia malah memeluk lengan Dipta dengan manja.

"Kenapa?" tanya Dipta merasakan keanehan dari adiknya. Difya menggeleng dengan senyumnya. "Makan."

Gadis itu mengangguk, dia mulai memakan makanannya. Hingga tanpa sadar matanya bertemu dengan Jendral yang juga berada di kantin. Laki-laki itu tengah duduk bersama teman-temannya, mata Jendral menatap tepat kearah Difya membuat gadis itu langsung mengalihkan pandangannya.

Jendral tersenyum tipis melihat tingkah Difya yang jelas saja terlihat gelagapan karena bertatapan dengannya.

"Makan Difya," suara Dipta terdengar dingin, matanya menatap datar objek yang tadi di tatap Difya.

Merasa di tatap, Jendral membalas tatapan Dipta yang cukup membuatnya tidak nyaman, tapi Jendral jelas tidak akan kalah, dia bisa membalikkan posisi hingga Dipta merasa terintimidasi. Dapat dia lihat bahwa Dipta tengah menghela napas berat lalu kembali fokus pada makanannya.

"Dia yang kelihatannya paling susah," cetus Nusa pada Jendral.

Jendral mengangguk. "Kayaknya dia gak suka sama gue," balas Jendral.

"Jangan nyerah, pepet terus," ujar Juan. "Kalau gue lihat-lihat Dipta tu dewasa banget, dia pasti bisa ngerti lah."

"Yoi, asikin aja," timpal Juno.

TRIPLETS D [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang