chapter : 1

1K 203 50
                                    

"Jangan nolak, itu udah tradisi di keluarga kita."

Rasanya Jeffrey ingin bangkit dan pergi meninggalkan ruang keluarga ini. Sekarang usianya menginjak 1.700 tahun, dan sudah tradisi keluarga Nicole jika memasuki usia 1.700 tahun, mereka akan menyamar jadi manusia dan menemukan cinta sejatinya yang akan ia ajak untuk hidup bersama selamanya.

"How about William? Dia lahir di tahun yang sama kayak gua. Kenapa cuma gua?"

John menghela nafas dan menepuk pundak Jeffrey. Dari semua saudaranya, hanya John lah yang bisa membujuk dan menenangkan Jeffrey.

"William juga nyamar jadi manusia di hari ulang tahunnya. Sekarang masih February, dan ini ulang tahun lo, jadi lo harus nyamar jadi manusia karena ini udah jadi tradisi keluarga kita."

"Tapi lo tau sendiri bang, gua ga bisa jatuh cinta. Terus apa gunanya gua nyamar jadi manusia?"

Sewaktu kecil, Jeffrey itu anak yang bandel. Dirinya sering mendapat hukuman dari ayahnya karna tingkah nakalnya.

Ketika sang ayah sudah lelah dengan tingkah Jeffrey, dia memberikan hukuman dengan membekukan hati Jeffrey hingga membuat dirinya sulit bahkan tidak bisa jatuh cinta jika tidak ada yang meluluhkan hatinya. Itulah alasan Jeffrey menolak untuk menyamar jadi manusia, karena Jeffrey tau kalau semuanya akan sia-sia.

John menghela nafas lagi, memang butuh waktu untuk membuat Jeffrey mengerti. "Gua tau, semuanya juga tau. Tapi apa lo ga mau mencoba Jeff? Gapapa lo ngerasa sia-sia, yang penting lo udah nyoba. Daripada lo berdiam diri dan biarin hati lo membeku selamanya. Lo ga iri ngeliat abang-abang atau adik-adik lo bakal punya keturunan nanti?"

"Waktu usia kita menginjak 3000 tahun, kita harus pindah dari sini dan hidup bersama keluarga masing-masing. Terus nantinya lo mau gimana? Hidup sendirian?"

Itu yang Jeffrey takutkan. Walau terdengar aneh, Jeffrey benci sendirian. Ia tidak bisa membayangkan kalau ia akan menghabiskan waktu sendirian selamanya.

"Inget bang, kesempatan ini itu pertama dan terakhir. Waktu lo juga cuma hari ini, kalau hari sudah berganti dan lo masih belum nyamar jadi manusia, mau sekuat apapun lo berusaha lo ga bakal bisa buat nyamar jadi manusia lagi." Hilmi adik bungsu nya menimpali.

Semua ucapan saudaranya bagai mendorong Jeffrey untuk setuju. Tapi jika di dengar-dengar, ucapan mereka benar semua. Dan mau tidak mau ia harus setuju.

"Okay, gua setuju. Tapi nanti sore aja, gua mau mempersiapkan diri." Jeffrey bangkit dahulu sebelum yang lainnya membuka mulut.

Semua pun bernafas lega, mereka saling mendoakan Jeffrey agar dia berhasil menemukan gadis yang bisa melelehkan hati beku nya.

•••

"Bolos lagi?"

Jenna mendengus sebal saat mendengar suara itu. Ia pun berbalik dan tersenyum manis membuat papa nya jengah.

"Bolos lagi?" Dia mengulang pertanyaan yang di lontarkan padanya.

"Jawabannya, iya." Jawabnya tidak merasa bersalah sama sekali.

Surya menghela nafas, ia pun bangkit dan menghampiri anak gadis nya, walau Jenna udah ga gadis lagi. "Jenna, papa udah kerja keras supaya kamu bisa sekolah disana. Biaya sekolah kamu juga nggak sedikit nak. Walaupun kamu terlahir di keluarga yang sangat berkecukupan, tapi kamu juga ga bisa seenaknya."

"Sekarang papa tanya, tujuan papa sekolahin kamu itu apa?"

Jenna diam sebentar, mikir jawabannya. "Buat belajar?"

"Nah! Sekarang papa tanya, kamu belajar supaya apa?"

"Supaya pintar lah! Gitu aja nanya."

"Nah itu kamu udah tau. Terus kenapa ngga belajar dan malah sering bolos?"

Jenna diam lagi, kini ia mengetuk dahi nya dengan jari telunjuk nya. "Karna Jenna males, bosen, ga suka belajar!"

"Tau apa dampaknya kalo malas belajar?"

"Udahlah pa, nanya mulu!" Jenna langsung meninggalkan Surya dan memilih masuk kedalam kamar.

Surya menggelengkan kepalanya heran lalu kembali duduk di sofa, bersamaan dengan itu, istrinya datang dengan membawa secangkir kopi.

"Anak kamu tuh!"

"Siapa?" Tanya Dara, mama Jenna.

"Ya siapa lagi kalo bukan Jenna! Emang kita punya anak lagi?"

Dara ber oh ria. "Ya kirain siapa."

"Ada-ada aja kamu."

••••

Sore ini Jeffrey dan sembilan saudaranya sudah berada di Sungai darah, satu-satunya tempat untuk menuju bumi.

Sebelum Jeffrey pergi dan menceburkan diri ke dalam sungai darah, ia harus menghisap darah kelinci karna semasa di bumi, dirinya pasti sulit untuk menghisap darah lagi.

Mengelap darah yang tersisa di sudut bibirnya, Jeffrey menatap satu persatu saudaranya yang berdiri di belakangnya.

"Janji sering-sering jenguk, terutama lo bang!"

John terkekeh, ia pun mengangguk yakin. Sementara Jasper, Malvin dan Hilmi memeluk Jeffrey bersamaan. Karna yang bisa menjenguk Jeffrey hanyalah vampire yang sudah pernah ke bumi dan sudah menemukan cinta sejatinya pastinya.

"Walau lo ngeselin, tapi gua bakal kangen sama lo bang. Cepet-cepet ketemu pendamping lo ya, biar lo balik lebih cepet."

Jeffrey tersenyum tipis menatap Malvin. Malvin itu satu-satunya adik yang terang-terangan menunjukkan kasih sayang padanya. Namun karna hati beku Jeffrey, Jeffrey jarang menanggapi Malvin bahkan sering mengabaikan nya.

Theo menyenggol lengan William, "Ga ikut meluk juga?"

"Ga usah, lagian gua juga bakal nyusul ke bumi."

Sudah saatnya Jeffrey pergi karna hari semakin gelap. Jeffrey tersenyum lebar untuk pertama kalinya di hadapan saudara-saudaranya dan melambaikan tangannya.

"Doain gua." Kata terakhirnya sebelum menceburkan diri di sungai darah.








TO BE CONTINUED




chapter pertama mereka belum ketemu dulu, next chapter baru deh

5 komen? sabi lanjut chapter 2, aku punya stok 7 chapter 😎


Fall in love with Vampire Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang