Helaan nafas panjang Grace hembusan begitu kelasnya selesai, begitu semua temannya meninggalkan kelas Grace masih tetap di tempatnya, ia merasa berat untuk kembali ke apartemen Kakaknya mengingat tadi pagi saja Kakaknya masih tidur di sopa bersama wanita itu, keduanya tampak pulas sampai tidak menyadari ke perginya.
"Grace, apa kamu tidak ingin pulang?" tanya Khui, teman dekat Grace. Keduanya bertemu begitu Grace masuk universitas
"Iya Hui, aku akan pulang segera," jawab Grace lemas sembari memasukan semua barang ke dalam tasnya
"Kalau begitu aku pergi dulu Grace." pamit Khui melambaikan tangan dan berlalu pergi meninggalkan Grace
"Baiklah aku harus tetap pulang." hela Grace pasrah, lagi pula ia tidak tahu akan pergi ke mana
Selang beberapa waktu Grace tiba di apartemen ia langsung mengakses pintu dan masuk ke dalam. Suasana di dalam tampak sepi tidak terlihat siapapun di sana membuat Grace menghela nafas lega, ia berjalan ke arah kamarnya. Namun, serentak langkahnya terhenti bersama dengan suara aneh yang di dengarnya.
"Shh...Kau selalu begitu nikmat Artha." racauan itu terdengar nyaring di telinga Grace, membuat gadis itu dengan berani perlahan membuka pintu
"Lebih cepat Artha, aku akan sampai Shh.." Grace hanya bisa membekap mulutnya begitu melihat dua orang di hadapannya
"Kau selalu banyak bicara, Diva." sahut Clia, yang mempercepat gerakan tangannya
Grace merasakan setetes air yang terasa hangat mengalir di pipinya tanpa perintah, ia juga merasa hatinya begitu sesak melihat hal itu. Tidak tau apa yang terjadi pada dirinya, tapi Grace merasa benar benar terluka melihat hal itu, yang seharusnya Grace tidak perlu merasa sedih atau kecewa, karena itu urusan Kakaknya. Dalam keadaan bingung Grace menutup pintu cukup keras, dan berlalu pergi.
Wanita itu tampak sangat menikmati sentuhan Kakaknya, walau Grace tidak melihat Clia juga menikmatinya, tapi tetap saja sudah pasti keduanya menikmatinya. Kala Grace akan kembali pergi dari apartemen tiba tiba tangannya di tanah seseorang.
"Grace.." hanya nama Grace yang mampu Clia ucapkan, wanita itu menatap Grace dengan tatapan tidak terbaca
"Lepas, aku ingin pergi!" pinta Grace tegas, menarik tangannya dari cengkraman Clia, tapi cengkramanya terlalu kuat
"Cuaca saat ini sedang tidak bagus, bagaimana jika badai datang dan kau ke dinginan lagi Grace." peringat Clia melarang Grace pergi
"Lalu aku harus dia di sini melihat semua kegilaan itu dan mendengar suara suara gila itu!" teriak Grace murka
Clia menarik paksa Grace ke dalam pelukannya, walau Grace memberontak Clia tetap mendekapnya sampai gadis itu tenang dan menangis di pelukannya. Clia hanya bisa terus memberikan Grace menangis menumpahkan semuanya, karena Clia tau Grace pasti sangat marah.
"Aku sesak melihatnya, hati ku terasa terluka, tapi aku tidak tau apa alasan perasaan itu." kata Grace yang masih terisak dalam pelukan Clia
"Kakak minta maaf, sudah membuat mu merasa tidak nyaman berada di sini. Sebaiknya kita makan dulu ke pantri."
Clia membawa Grace ke pantri menghangatkan masakan, dan menyiapkannya. Begitu selesai Clia membereskan urusannya dengan Ziva, sampai wanita itu mau pulang akhirnya.
"Dia sudah pergi, memangnya dia siapa?" banyak pertanyaan yang Grace katakan begitu Clia kembali
"Sudah. Bukan siapa siapa, hanya orang dari masalalu," jawab Clia yang hanya di angguki Grace
"Aku tau di pacar mu, Kak. Kalau saja Mama dan Papa tahu di balik ke sempurna Kakak itu ada busuknya." ujar Grace sinis, berlalu dan sedikitpun tidak menyentuh makanan
Grace masuk ke dalam kamar itu, kamar yang baru saja menjadi saksi bisu ke hancuran hatinya, Grace menarik semua yang ada di atas tempat tidur dan melemparkannya, Grace meluluh lantakkan apa yang ada di sana, begitu Clia melihatnya wanita itu langsung menahan Grace dan menarin gadis itu dalam dekapannya.
Clia melepas pelukannya dan menatap Grace."Aku tidak pernah merasa sempurna di mata siapapun Grace!" tegas Clia, mengingat perkataan menyampaikan Grace sebelumnya
"Ku rasa itu hanya menurut mu saat ini, tapi aku yakin kau merasa sangat sempurna, karena selama menjadi kebanggaan!" sinis Grace penuh emosi
"Kau benar aku memang busuk, karena pernah memiliki hubungan dengan seorang wanita dan banyak wanita!" teriak Clia lepas kendali membuat tubuh Grace gemetar dan mundur dari dekat Clia
"Aku tidak ingin peduli tentang itu, tapi sungguh aku tidak sangka kau menipu Mama dan Papa." kecewa Grace
"Dengan diam aku menjaga perasaan mereka, alasan ku berhubungan dengan wanita itu hanya untuk mengalihkan pikiran ku dari mu," balas Clia, membuat Grace menatapnya tidak percaya
Tatapan mata itu begitu penuh ke serius dan dalam, selama ini Grace tidak pernah melihat tatapan setulus itu dari pria yang pernah mengutarakan isi hatinya. Namun, kali ini Grace melihat tatapan tulus itu dari sinar bola mata indah milik Clia, membuat Grace tidak bisa lepas dari lekat tatapannya.
"Aku mencintai mu, Grace. Sangat mencintai mu, tapi semuanya terasa tidak mungkin sebab itu aku berusaha bersikap buruk pada mu, membuat mu membenci ku."
"Di balik semua sikap ku itu, ada rasa yang begitu sakit ku rasakan Grace, karena aku tidak akan pernah bisa merasakan balas dari perasaan ini."
"Ku harap kau mengerti, dan melupakan semua yang terjadi demi orang tua kita." Grace memutuskan tatapan dan berlalu pergi.
...
Ahh perasaan aku sama nih kaya perasaan Grace hancur dan kacau, berasa mau cerita tapi gak ada temen ya sudahlah.
Eh kok curhat.
Makasih yang udah setia baca cerita absurd ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister, I Love You [GxG]
Romance"Kak kok ciumnya di bibir? kan bisa di pipi atau di kening." - Gracesia Rylla Antonio "Yang di cium kok nawar, terserah Kakak dong mau nyium di mana." - Cliantha Ylla Antonio "Ihss Kakak nyebelin!" -Gracesia Rylla Antonio Mungkin tidak jika cinta me...