8. Kita?

0 1 0
                                    

-Pada malam yang mulai menampakkan sinar purnama, aku ingin bertanya. Apakah ini rencana semesta untuk aku dan kamu menjadi 'kita?'-

-Long Last Time

🥀🥀🥀

Mendengar perkataan Satria, seketika Netha menghentikan langkahnya, menoleh kearah Satria yang sedang mengalihkan pandangannya. Apa tidak salah?

"Hah? Apa, Kak?" Gadis itu masih tidak percaya.

Satria menghembuskan nafas berat.

'oke oke! Gue nyerah!'  Dewa batin Satria berseru.

Satria menoleh kearah Netha, untung saja cahaya yang dihasilkan remang-remang jadi tidak akan terlalu terlihat jika wajah Satria memerah. Malu.

"Jangan disini. Kita cari tempat lain." Ajak Satria kembali menarik gadis itu pergi

Mereka kembali berjalan, sekitar sepuluh menit kemudian mereka baru berhenti. Mereka berdua berhenti disalah satu warung sate pinggir jalan.

"Mang!" Satria berseru memanggil penjual sate.

"Ooh!! Iya,Le!! Apa kabar kamu ini?!" Mang Ujang balik menyapa dengan suaranya yang renyah.

Satria mengulas senyum. Senyum yang jarang sekali, atau bahkan tidak pernah Netha lihat.

"Baik, Mang! Mang Ujang gimana?" Satria balik bertanya.

"Loh, Mang Ujang mah selalu baik, Le! Selalu sehat!" Mang Ujang menjawab dengan semangat.

Satria terkekeh kecil.

"Loh? Tumben nggak sama Bayu? Biasanya kan kesini bareng Bayu!"

"Bayu masih ada urusan, Mang!"

Netha terdiam, menyimak pembicaraan mereka.

"Oalah begitu toh! Ini teh siapa? Cantik juga! Pinter kamu milihnya, Le. Namanya siapa?" Tanya Mang Ujang yang tertuju kepada Netha.

"Iyalah, Mang! Siapa dulu yang milih! Enggak saya kasih tahu namanya siapa! Ntar sama sama Mang Ujang dipepet!" Satria menjawab diselingi candaan.

Mang Ujang tertawa. "Ya enggak lah, Le! Mang Ujang mah sadar diri!"

"Hahaha iya Mang iya! Pesen yang kayak biasanya ya, Mang!" Ujar Satria seraya berlalu masuk kedalam kedai Mang Ujang, tetap menggenggam tangan Netha.

"Iya, Le! Ditunggu ya!"

Satria mengambil tempat duduk lesehan, mereka duduk berseberangan yang hanya dibatasi oleh meja. Netha menatap sekeliling.

"Lo nggak suka disini ya?" Satria bertanya tiba-tiba kala melihat respon Netha.

"Suka. Suka banget malah. Tapi, Netha takut buat Sesil khawatir." Netha menjawab menatap Satria.

"Khawatir?" Ulang Satria.

Netha mengangguk pelan. "Iyakan Netha berangkatnya tadi bareng Sesil." Netha menjelaskan.

Long Last TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang