Bermodalkan 2 koper dan 5 kotak besar, Sashi pindah ke apartemen Langit. Dia merasa tidak perlu memindahkan barang-barangnya ke tempat dosennya itu. Selain membayangkan kamar yang disiapkan Langit untuknya tidak akan cukup menampung semua, Sashi juga malas kalau harus bolak balik pindahan.
Ayolah, hubungannya dengan Langit bukanlah hubungan permanen. Ada saat mereka akan mengakhiri hubungan tidak jelas ini.
Langit tidak mungkin selamanya membutuhkannya dan Sashipun tidak ingin lama-lama menjadi wanita bayaran. Sebelum memutuskan menemui Danik, Sashi sudah berjanji untuktidak menjadi sugar baby begitu dia mampu membiayai dirinya. Makanya Sashi memutuskan untuk membawa barang yang pasti dipakainya saja. Dia baru akan memindahkan semua barang-barangnya saat dia mendapatkan tempat tinggalnya sendiri nanti.
"Udah pak, disini saja." Minta Sashi pada kurir yang membantunya mengangkat-angkat barangnya.
Kurirnya mengangguk dan mengambil beberapa lembar uang jasa angkat barang dan juga tip yang diberikan Sashi.
Sebenarnya Sashi bisa saja memindahkan barang-barangnya sendiri karena memang jumlahnya sesedikit itu. Tapi dia memutuskan menggunakan jasa pindahan karena terlalu malas untuk bolak balik penthousenya. Walau lokasi penthousenya dengan apartemen Langit tidak jauh, Sashi malas kalau harus bolak balik.
Mendudukkan dirinya di depan pintu apartemen Langit, Sashi menatap pintu tersebut lama. Sekarang dia menyesal datang saat Langit ada diapartemennya, saat pria itu memperbolehkannya datang ketika dia tidak disana.
"Such a pain." Keluhnya kemudian menekan doorbell apartemen Langit.
Tidak menunggu perlu menunggu lama, seseorang membukakan pintu untuknya. Tapi Sashi tidak segera masuk karena Langit berdiri di depan jalan masuk, melihat ke arah barang-barangnya.
"Kamu masuk dulu, biar barang kamu saya bantu angkatkan." Kata pria itu kemudian menarik kedua koper Sashi. "Ini kamar kamu disini. Kamu bisa periksa apa yang kurang, nanti saya coba lengkapi." jelas Langit kemudian keluar setelah meletakkan kedua koper Sashi.
Sashi mengangguk, meletakkan sling bag-nya dan mulai memeriksa kamar barunya.
Walau jauh lebih kecil dari kamarnya yang ada dipenthusenya, harus Sashi akui kamar ini termasuk lengkap dan besar untuk ukuran kamar tamu. Dilengkapi dengan walk in closet dan kamar mandi yang lengkap dengan shower room, kamar ini terasa seperti kamar utama.
"Apakah ada yang salah atau ada yang kurang?" Tubuh Sashi berputar, didapatinya Langit tengah bersandar dengan lengannya di tiang pintu kamar mandinya.
Kepala Sashi menggeleng. "Nggak, semuanya cukup." Jawabnya yang dibalas anggukan oleh Langit.
"Baiklah, kalau begitu saya mandi dulu. Saya akan ke restoran, mungkin baru pulang jam 8 nanti. Kamu tidak apa-apakan kalau langsung saya tinggalkan?"
Untuk kedua kalinya kepala Sashi menggeleng. "Nggak, nggak papa." Jawabnya. "Kalau pak Langit mau pergi, silahkan pergi saja." Lanjutnya mempersilahkan Langit.
Semakin cepat Langit meninggalkannya, maka semakin cepat juga Sashi sendiri. Walau sudah diberi kebebasan untuk menganggap apartemen ini sebagai tempat tinggalnya sendiri, tetap saja tempat ini bukan tempatnya. Lagipula ini adalah pengalaman pertamanya tinggal ditempat orang lain yang tidak ada hubungan sama sekali dengannya, jadi dia benar-benar tidak tau harus bersikap seperti apa.
"Baiklah-baiklah, sebaiknya kita mulai dengan berganti pakaian agar lebih santai." Kata Sashi jelas pada dirinya sendiri karena memang hanya ada dia disana.
Mengganti pakaiannya dengan kaos kebesaran dan hotpants, Sashi kemudian menggulung rambut panjangnya ke atas. Cepolannya Sashi biarkan berantakan karena dia memang menggulungnya hanya agar rambutnya tidak mengganggu saat dia menyusun barang-barangnya. Namun saat dia selesai dengan penampilan siap kerjanya yang dilakukan Sashi malah berdiri di depan barang-barangnya. Sashi bingung harus merapikannya yang mana terlebih dahulu karena ternyata barang yang dibawanya tidak sesedikit itu.
Knock...knock..knock.
Ketukan di pintu kamarnya yang sejak awal terbuka menarik perhatian Sashi.
"Saya mau ke restoran sekarang, apakah kamu membutuh sesuatu?" Tanya Langit yang muncul dengan kemeja hitam dengan dalam kaos putih dan jeans hitamnya. Terlihat sangat santai, namun cukup rapi untuk bekerja dihari Sabtu.
Sashi sudah akan bilang dia tidak, saat perutnya menjawab lain dan sangat lantang untuknya.
KRUYUUUKKK...
Wajah Sashi mememerah, rasanya dia ingin menangis saja. Mengangkat kepalanya yang tadi langsung tertunduk melihat perutnya ketika berbunyi, Sashi melihat Langit dengat mata yang memerah dan panas. Dan rasa malu itu semakin menjadi-jadi saat yang didapatinya adalah tatapan datar Langit. Aan lebih baik kalau pria itu tertawa, mengejeknya atau bereaksi apapun yang bisa membuatnya bisa membela diri.
"Aku akan siapkan makanan makan siang buatmu sebelum aku berangkat ke restoran." Ucap Langit lalu pergi begitu saja.
Hancur sudah.
Hancur sudah imagenya dimata Langit. Buktinya pria itu sudah tidak menggunakan 'saya' lagi ketika mengalamatkan dirinya. Dengan menggunakan 'aku' bukankah itu artinya pria itu memandangnya lebih 'kecil' sekarang? Padahal sejak awal dia ingin menunjukkan dirinya yang anggun, berkelas dan dewasa pada Langit. Berharap Langit tidak macam-macam padanya dan akan memperlakukannya seperti wanita dewasa. Kalau setelah ini Langit memperlakukannya seperti 'bocah', Sashi tidak akan menyalahkan pria itu. Karena hanya 'bocah' yang perli diperhatikan dan diperlakukan lebih.
Sashi tau kalau reaksinya mungkin dianggap lebay untuk sebagian orang, tapi percayalah menjadi salah satu keturunan Kanaka dan mengalami trauma broken home sejak kecil, membuat Sashi ingin menunjukkan pribadi flawless pada semua orang. Itulah kenapa ketika sedikit saja dia melakukan hal yang salah atau memalukan, Sashi akan langsung bereaksi atau berpikir berlebihan.
"Akhhh..." keluh Sashi sambil mengacak kesal rambutnya.
Dengan langkah yang diseret, Sashi menuju dapur apartemen dosennya tersebut. Disana didapatinya Langit tengah membersihkan sayur-sayuran dan juga salmon. Tidak ingin dianggap wanita manja dan tidak mandiri, walau kenyataannya dia memang begitu, Sashi menawarkan bantuan pada Langit.
"Mmm... pak Langit, ada yang bisa aku bantu?"
Langit menggeleng, "Tidak perlu. Aku hanya akan membuat masakan sederhana. Selain itu disini hanya ada satu apron biar aku yang melakukan semuanya, kamu duduk saja disana."
Baiklah, kalau sudah dijawab begitu Sashi tidak bisa melakukan apapun lagi. Dia hanya akan menurut saja karena tidak ada gunanya dia membantah. Dari yang dilihatnya Langit adalah tipe pria dominan, persis seperti papanya. Jadi kalau Sashi mau membantah, sebaiknya dia menyiapkan argumen-argumen kuat yang bisa melawan pria tersebut.
Ya walaupun Sashi tidak ada rencana untuk membantah Langit.
Dalam bayangannya didepan nantinya, Sashi dan Langit tidak akan memiliki hubungan sedekat itu untuk mereka sering berdebat. Tidak ada dalam pikirannya Langit akan mempunyai hak untuk melarangnya atau dia yang mempunya kewajiban yang meminta ijin dari Langit.
"Iyakan? Mereka tidak akan sejauh itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE BE MY SUGAR ***** (REPOST)
ChickLit(21+) Menjadi sugar baby? Dengan semua yang dimilikinya, Sashi tidak pernah berpikir akan pernah melakukannya karena selama ini Sashi bisa mendapatkan apapun tanpa melakukan apa-apa. Tapi apa jadinya kalau sesuatu memaksa Sashi untuk melakukannya? T...