Selama hidupnya, tidak pernah terbayangkan oleh Sashi kalau ada waktu dimana dia melakukan pekerjaan dapur. Dimulai dari mencuci peralatan masak, bantu-bantu memasak, lalu menyusun hasil masakan di meja makan. Semuanya berhasil Sashi lakukan walau dengan gerakan kaku dan canggung. Beruntung tadi mama Langit cukup sabar mengajarinya dari mulai hal-hal kecil, jadi Sashi tidak terlalu buat masalah tadi.
"Apakah kamu tidak bisa tidur?"
Suara Langit yang muncul tiba-tiba mengejutkan Sashi yang tadinya tengah melamun di salah satu kursi taman belakang rumah Langit. Sashi tersenyum dan mengangguk, lalu sedikit menggeser tubuhnya agar Langit bisa duduk. Mengingat hanya ada satu bangku di taman keluarga Langit, mau tidak mau dia harus berbagi dengan pria itu.
"Maaf, sudah membuatmu menghadapi keluargaku sendiri tadi." Kata Langit dengan kepala yang sedikit menengadah ke atas.
Sashi menoleh ke Langit, melihat pria itu sebentar kemudian tersenyum. "It's oke. Bukankah pak Langit bilang kalau pak Langit ada meeting tadi. Belum lagi hp-nya pak Langit yang kehabisan baterai."
Sashi tidak ingin sarkas, dia percaya Langit memang sesibuk itu seharian ini sehingga tidak sempat memeriksa hp-nya. Langit baru tau kalau Sashi disini saat tidak mendapati Sashi diapartemennya dan melalui telepon apartemen dia menghubungi Sashi. Dan karena jarak apartemen Langit jauh dari rumahnya, mama Langit meminta keduanya untuk menginap. Apalagi ketika dosennya itu sampai jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, membuat keduanya tidak bisa untuk bilang tidak.
Membiarkan hening dan dinginnya agnin malam menemani, Sashi ikut memandang langit malam, sama seperti yang Langit lakukan. Rasanya begitu tenang dan santai setelah seharian ini dia merasa tegang karena takut membuat kesalahan di depan keluarga Langit. Beruntung semua orang di keluarga pria itu ramah dan santai, jadi Sashi tidak begitu tertekan berinteraksi dengan mereka.
Bicara soal keluarga Langit, Sashi baru tau kalau ternyata pria itu bukanlah orang biasa. Langit ternyata adalah keturunan dari Aditama group. Dia pikir selama ini Aditama dibelakang nama Langit hanya nama keluarga biasa. Setelah Shashi melihat foto keluarga besar Langit, saat itulah dia sadar kalau dia salah selama ini. Pertama kali Sashi melihat foto keluarga Langit, Sashi langsung mengenali kakek pria itu karena dia pernah bertemu diperayaan ulang tahun perusahaan keluarganya.
Kalau tentang keluarga utama Langit, Sashi sudah tau kalau Langit itu anak sulung dari 4 bersaudara. Langit punya 2 adik laki-laki kembar dan seorang adik perempuan yang jarak umurnya tidak jauh dari satu dengan yang lain. Ketiganya sudah bekerja di pada bidang yang katanya mereka minati masing-masing. Seperti Jupiter, anak kedua yang bekerja di bidang otomotif dan memiliki showroom mobil-mobil import. Lalu Mars yang bekerja sebagai dokter bedah di rumah sakit ternama dan Venus, bekerja sebagai florist sekaligus pemilik EO. Sashi langsung tau EO yang dimaksud Langit karena saat ini perusahaan adik Langit itu sedang naik daun. Jasanya sering digunakan oleh teman-temannya yang berasal dari keluarga berada, sosialita, selebgram dan artis-artis. Untuk mama Langit, Permata hanyalah ibu rumahtangga biasa yang ikut pergi kemanapun suaminya sedang pergi.
Kalau hanya menggunakan gambaran Langit yang terbayangkan Sashi mengenai keluarga Langit adalah keluarga kaya kebanyakan. Keluarga yang tidak terlalu akrab satu sama lain karena semuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Apalagi papa mama Langit yang katanya selalu sibuk di luar negeri untuk mengurus cabang perusahaan mereka disana. Tapi semua bayangan itu terbantahkan saat Sashi ikut makan dari satu meja yang sama dengan keluarga Langit. Sashi bisa merasakan kehangatan dan keakraban keluarga Langit dari cara setiap anggota berinteraksi. Berbeda dari Langit yang pendiam dan sulit didekati, ketiga adik Langit lebih mirip dengan mama mereka yang ramah dan mudah bersosialisasi.
"Apakah pak Langit juga tidak bisa tidur?" Tanya Sashi akhirnya karena ternyata dia merasa canggung berduaan dengan Langit dalam keadaan diam-siaman seperti tadi,
Langit menoleh, "Tidak, aku belum tidur tadinya karena harus memeriksa laporan keuangan. Aku keluar untuk menyegarkan pikiran dulu sebelum tidur." Jelas pria itu.
"Ooo..." Bibir Sashi membulat. "Mau aku buatkan teh? Mungkin pak Langit bisa lebih rileks dengan meminumnya."
Sebelah alis Langit terangkat.
Senyum sombong Sashi tercipta melihat itu. "Pak Langit ragu aku bisa membuatnya?" Tanya Sashi seolah membaca pikiran Langit. Kemudian ditepuknya dadanya pelan dengan bangga, "Aku tadi sudah diajarin tante Permata cara ngebuatin teh favorite pak Langit, jadi percaya deh sama aku, aku pasti bisa buat yang enak."
Langit mengulum senyumnya, menatap Sashi beberapa saat sebelum menjawab, "Terimakasih, tapi kamu tidak perlu membuatnya karena aku memang hanya butuh udara segar saja." Tolak Langit halus.
Sashi menganggukkan kepalanya kecil, lalu ikut mengalihkan kembali tatapannya ke depan. Namun saat teringat pembicaraannya dengan Permata di supermarket, diam-diam Sashi melirik Langit.
'Violet.' Sashi menyebut nama itu dalam hatinya.
Entah kenapa sejak Permata menyebut nama itu, Sashi penasaran dengan sosoknya. Padahal Permata sudah bilang kalau Violet itu hanyalah sepupu Langit, tapi entah kenapa malah sangat mengganggunya.
Sashi ingin bertanya pada Langit, tapi dia ragu. Apakah bertanya seseorang yang dekat dengan mereka termasuk ikut campur kehidupan salah satu pihak? Walau Langit hanya mengatakannya satu kali, Sashi sangat tau kalau itu adalah aturan yang paling utama dalam hubungan mereka. Dan kalau melihat kepribadian Langit lagi, pria itu bukanlah seseorang yang mau dicampuri urusannya.
Tapi Sashi penasaran, bolehkah dia bertanya?
"Pak Langit, apakah aku boleh tahu Violet itu siapa?" Sashi akhirnya bertanya setelah mengumpulkan keberaniannya.
Untuk sesaat Sashi bisa melihat tubuh Langit berubah kaku, sebelum kemudian pria itu mengalihkan tatapannya pada Sashi.
Dan saat itu juga Sashi menyesali keputusannya untuk bertanya tentang Violet karena untuk pertama kalinya Langit melihatnya dengan sangat dingin. "Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak mencampuri urusan satu sama lain." Kata Langit begitu dingin dan pergi meninggalkan Sashi yang terkejut dan termangu.
Sashi tidak menyangka kalau Langit akan bereaksi sampai seperti ini, saat dia hanya bertanya siapa Violet. Padahal pria itu bisa saja mengabaikannya atau mengalihkannya pembicaraan mereka. Kenapa Langit harus semarah itu padanya?
'Apakah aku memang tidak boleh tau sedikitpun tentang Violet?' Sashi melipat kaki, memeluknya dan menopangkan dagunya disana.
Tapi ternyata Sashi terlalu kesal untuk melanjutkan menikmati malam, moodnya rusak. Lebih baik dia istirahat agar hati dan pikirannya kesal pada Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE BE MY SUGAR ***** (REPOST)
ChickLit(21+) Menjadi sugar baby? Dengan semua yang dimilikinya, Sashi tidak pernah berpikir akan pernah melakukannya karena selama ini Sashi bisa mendapatkan apapun tanpa melakukan apa-apa. Tapi apa jadinya kalau sesuatu memaksa Sashi untuk melakukannya? T...