LIMABELAS

8K 268 1
                                    

Ketika bangun dari tidurnya pagi ini, satu hal yang baru Sashi sadari kalau moodnya sama sekali tidak membaik. Dia masih tersinggung dengan sikap dingin yang diberikan Langit padanya kemarin malam. Bilanglah Sashi childish atau baperan, tapi egonya memang setersinggung itu dengan sikap dingin Langit. Padahal dia hanya bertanya Violet itu siapa, Langit tidak perlu bersikap semenyebalkan itu menurutnya. Beruntung Langit bangun terlambat, jadi Sashi tidak perlu berpura-pura sedang baik-baik saja dengan Langit di depan keluarga pria itu.

"Jadi, kapan kamu akan ke rumah tante lagi?" Tanya Permata sambil mengantarkan Sashi yang akan pulang bersama Langit.

Disebelahnya ada Venus yang dalam beberapa saat sudah sangat akrab dengannya karena mereka memiliki kesamaan hobby. Mereka bahkan sudah saling bertukaran kontak barusan karena katanya Venus ingin lebih dekat dengannya.

"Nanti aku cari waktu ya tante. Aku lagi skripsian, jadi sedikit lebih sibuk."

Permata mengangguk mengerti. "Iya nggak papa yang penting kamu ngeluangin waktu aja." Jawab wanita paruhbaya itu tersenyum.

Melihat itu Sashi mengalihkan tatapannya dengan menunduk. Ternyata bohong pada orang yang kita tau tulus dan berharap pada kita itu sesulit itu. Sashi tidak ingin membayangkan sekecewa apa Permata nantinya kalau dia dan Langit mengakhiri hubungan ini. Atau yang paling buruk, mama Langit mengetahui kebohongan mereka. Permata sudah pasti tidak hanya kecewa padanya, tapi juga marah karena bagaimanapun wanita itu pasti merasa dipermainkan.

"Ya udah kalau begitu aku pulang duluan ya tante." Pamit Sashi lalu masuk ke mobil yang di kursi kemudinya sudah duduk Langit.

Pria itu sudah pamit duluan tadi, saat Sashi membantu Venus membersihkan piring kotor bekas sarapan mereka. Walau terlahir dari keluarga yang berada dan terpandang dan berada, Langit dan saudanya sepertinya dididik untuk mandiri oleh orangtua mereka. Berbanding tebalik dengan Sashi yang tidak tau apapun yang berhubungan dengan pekerjaan rumahtangga.

Sebelum mobil berjalan, Sashi menyempatkan diri untuk melambaikan tangannya pada Permata yang terus berdiri di tempat yang sama. Sampai dia tidak bisa melihat sosok mama Langit itu lagi dari mobil dan saat itulah Sashi langsung menyandarkan tubuhnya di punggung kursi mobil dan memejamkan matanya. Bukannya apa-apa untuk sekarang rasanya sangat canggung kalau dia hanya berduaan saja dengan Langit. Jadi lebih baik kalau dia berpura-pura tidur. Ego Sashi terlalu besar untuk jadi pihak yang mengalah pada Langit saat dia tau kalau dia tidak salah.

Drrrt...drrrt...

Sashi membuka matanya dan mengambil hp-nya yang bergetar disana, dilihatnya nama yang muncul dilayarnya.

"Halo Kai," sapanya pada orang di seberang sana.

"..."

"Ah mobil gue ya?" Sashi menggaruk pelan keningnya, memikirkan jawaban untuk pertanyaan Kaira. "Kalau di rumah lo aja gimana? Gue akan kesana pakai taxi." Katanya lagi.

"..."

"Okay see you." Pamit Sashi sebelum menyentuh tombol merah pada layar handphonenya.

"Apakah kamu mau bertemu dengan temanmu?"

Saat Sashi sudah mengembalikan hp-nya ke sling bag, Langit tiba-tiba saja bersuara. Sashi melirik, "Hm aku akan bertemu dengan Kaira." Jawabnya dengan ogah-ogahan.

"Apa mau aku antar?"

Sashi sudah cukup terkejut dengan Langit yang duluan bicara kepadanya dan sekarang pria itu menawarinya bantuan, apakah itu artinya Langit tidak marah lagi padanya?

"Tidak. Tidak perlu." Tolak Sashi. "Pak Langit cukup menurunkan aku di persimpangan jalan sebelum menuju apartemen." Katanya sebelum kembali keposisi pura-pura tidurnya.

Sashi tau apa yang dilakukannya ini menunjukkan betapa egois dan tidak dewasanya dia karena Langit sudah biasa saja, tapi Sashi malah tetap menunjukkan permusuhan. Mungkin sebagian menganggap Sashi berlebihan, dia tidak peduli karena Langit harus tau dia tidak semudah itu memaafkan orang. Jadi Langit harus tau kalau dia tidak boleh memperlakukan Sashi seenaknya.

'Ah tapi siapa kamu boleh marah. Apakah kamu lupa kalau Langit sudah membayarmu?' katanya berbicara dalam hati.

Well yeah Sashi sudah dibayar oleh Langit, dia tidak boleh banyak bertingkah. Sebaik apapun Langit memperlakukannya, seharusnya dia tidak boleh melupakan posisinya seorang sugar baby. Sampai sekarang sepertinya Sashi masih terlalu memperlakukan dirinya dengan sangat tinggi, sehingga dia lupa siapa dia sekarang. Padahal Sashilah yang mengambil keputusan untuk menjual dirinya untuk uang, seharusnya dia sadar diri.

Tangan Sashi mengepal, kesal dengan dirinya sendiri.

Tidak ingin memikirkan keputusan yang tidak bisa dibatalkannya atau mungkin tidak ingin diubahnya, Sashi merasa butuh waktu untuk menjernihkan pikirannya. Selain itu Sashi juga sepertinya harus memikirkan untuk mulai dewasa, baik secara sikap dan pikiran. Kalau tidak melakukannya sekarang, Sashi akan terus memanjakan egonya yang akan membuatnya jatuh dan jatuh lagi dikesalahan yang sama.

"Aku turun disini saja. Boleh?" Tanya Sashi melihat pinggiran jalan yang cukup lenggang.

"Apa kamu yakin? Akan sulit buatmu untuk mendapat kendaraan umum kalau kamu menunggunya disini."

Sashi melihat keluar sebentar dan menjawab, "Tidak apa-apa. Toh aku akan menggunakan ojek online." Balasnya tanpa keraguan sama sekali.

Sambil menunggu Langit menghentikan mobilnya di pinggiran jalan yang benar-benar kosong, Sashi membuka seatbeltnya dan memastikan dompet dan hape-nya ada di dalam sling bag-nya. Cukup dengan 2 benda itu, Sashi tidak perlu khawatir kemanapun dia pergi nantinya.

Klak

Sashi membuka pintu mobil Langit, setelah mobil Langit berhenti sempurna di depan sebuah pohon taman yang langsung berhadapan dengan jalan.

"Apakah sikapku kemarin malam membuatmu marah?" Tanya Langit saat sebelah kaki Sashi keluar dari mobil.

Gerakan Sashi berhenti seketika, sampai beberapa detik dia terdiam. Kemudian tanpa melihat Langit dia menjawab, "Tidak, aku tidak marah." Sebelum menutup mobil, Sashi menyempatkan diri menatap Langit. Katanya, "aku tidak marah karena seharusnya aku tidak marah. Benar kata pak Langit kalau kita tidak seharusnya mencampuri urusan satu sama lain." Sashi kemudian tersenyum tipis, "pak Langit tenang saja, mulai hari ini aku akan selalu mengingat siapa aku, siapa pak Langit." Katanya lagi sebelum menutup pintu mobil Langit.

Tidak ada niat Sashi menyindir Langit melalui perkataannya barusan, Sashi hanya mengatakan apa yang harusnya dia lakukan. Entah Langit menangkapnya seperti apa, tapi yang pasti dia tidak ada niat menyudutkan pria itu. Sashi hanya ingin membuatnya kembali clear supaya dikemudian hari hubungan mereka tetap baik dikemudian hari.

===000====

PLEASE BE MY SUGAR ***** (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang