TUJUHBELAS

7.5K 238 1
                                    

Melihat bagaimana Kaira tetap menanggapinya serius walau dia terlihat menghindarinya, ada keinginan untuk menyebut siapa nama orang yang dimaksud walau masih ada ragu di dalam hatinya. "... pak Langit." Ucap Sashi pelan. Entah apa yang diharapkannya, antara ingin Kaira mendengarnya atau mendengarnya.

Dengan tampang kebingungan Kaira melihat Sashi. "Pak Langit?!?" Tanyanya merasa salah dengan pendengarannya. "Ada apa dengan pak Langit?"

"..." Sashi menghindari Kaira dengan pura-pura sibuk memakan mie ayamnya.

"..." Melihat tingkah Sashi, Kaira diam memproses kenapa Sashi menyebut nama dosen mereka, sampai Kaira berhasil menarik benang merah pada . "Oh shit, orang yang lo suka itu pak Langit!" Kaira histeris. Dia melupakan baksonya, fokusnya kini tertuju sepenuhnya pada Sashi. Dia bahkan sampai meninggalkan makanannya dan duduk di depan Sashi, seolah apa yang akan Sashi ceritakan bisa membuat Kaira kenyang.

"No, i didn't say i liked him. Gue hanya nanya mungkin nggak? Please bedain," Bola mata Sashi berputar malas.

Kaira terkekeh, "Lo emang nggak bilang, tapi elo bingung. Itu artinya elo punya pikiran itu,"

Wajah Sashi semakin datar.

Bukannya peduli dengan kekesalannya Sashi, Kaira malah mengedip-ngedipkan matanya, tanda kalau dia ingin segera mendengar cerita lengkapnya Sashi.

"Jadi, tolong ceritain bagaimana ceritain bagaimana lo bisa suka ama pak Langit? Tolong jangan gunain alasan yang sama dengan orang lain karena gue yakin bukan itu alasan lo menyukai pak Langit. Udah lewat beberapa bulan dia datang ke kampus kita dan lo, sedikitpun kelihatan tertarik ke dia, saat cewek-cewek di kampus kita menggila karena dia." Kata Kaira lalu melipatkan tangannya di depan dadanya.

Bibir Sashi mengerucut, tidak bisa membantah sama sekali apa yang Kaira katakan. Menggaruk lehernya yang tidak gatal, Sashi menatap lama Kaira dan memutuskan untuk bercerita pada sahabatnya tersebut. Walau begitu dia tidak menceritakan semuanya karena ada beberapa bagian yang disembunyikannya.

"Jadi karena sesuatu hal yang nggak bisa gue kasih tau alasannya, beberapa waktu belakangan ini gue tinggal bareng ama pak Langit."

"Wait a minute." Tangan Kaira memberi isyarat untuk Sashi berhenti. "Tinggalnya elo sama pak Langit ini, nggak ada hubungannya sama elo yang tiba-tiba pengen kerja itukan?"

Bolamata Sashi bergerak menghindari Kaira, beberapa detik setelah dia melakukan itu Sashi mendengar hela berat napas Kaira.

"Hah... lo udah cukup dewasa untuk tau apa yang lo lakukan, sekarang kembali ke cerita."

Ini salah satu sifat Kaira yang sangat Sashi suka, sahabatnya itu tau kapan harus berhenti bertanya kalau lawan bicaranya terlihat enggan untuk bicara.

"... intinya selama 2 minggu tinggal bersama bersama pak Langit, gue harus bilang kalau nyaman tinggal sama dia. Selain karena pak Langit tidak pernah melakukan sesuatu yang menurut gue mengganggu, dia juga ngedengarin gue. Dia ngebantu gue kalau dia melihat gue kesusahan dan dia juga mau ngertiin gue yang nyebelin."

"..."

Sashi sudah menyelesaikan ceritanya, sekarang yang dilakukannya adalah menatap Kaira yang diam belum menanggapinya. Melihat reaksi Kaira yang berbeda dari awal dia bercerita, Sashi tidak heran sama sekali. Sahabatnya itu mungkin mengkhawatirkannya mengingat Kaira atau dia menerima kartu nama Danik dari Shanny. Hubungannya dengan Langit mungkin tidak seillegal yang ada dibayangkan kepala Kaira, tapi Sashi tidak ingin menjelaskan pada Kaira. Walau tidak ada hubungan sex diantara dia dan Langit, tetap saja hubungan mereka berdasarkan uang. Dan sejauh ini Sashi selalu menempatkan posisi Langit sebagai sugar daddynya, begitupun sebaliknya.

"Sash, kalau mikir hungan lo ama pak Langit sejujurnya gue nggak mau komentar apapun soal perasaan lo. Gue takut salah kasih pikiran yang ngebuat elo salah sangka, tapi kalau elo emang udah mikir hubungan lo ama pak Langit nggak seberbahaya itu, menurut gue rasa suka lo ke pak Langit itu mungkin dan wajar saja. I mean, He treats you well, compared to the men you've been close to, pak Langit jelas lebih segalanya. Oh iya gue juga ingat banget Karen pernah bilang kalau 'orang kayak kalian' emang cenderung menyukai pria yang jauh lebih dewasa."

Orang kayak kalian yang Kaira maksud adalah anak yang kurang kasih sayang dari orangtuanya. Karen, salah satu dari teman mereka pernah konsultasi ke tenaga profesional karena merasa aneh pada dirinya yang cenderung menyukai pria yang umurnya jauh lebih tua darinya. Lalu apa yang Karen dapatkan dari hasil konsultasinya, dia mengatakan sama seperti yang Kaira katakan kepadanya.

Untuk beberapa saat Sashi dan Kaira terdiam, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sambil menyuapkan mie ayam ke dalam mulutnya, pikiran Sashi sibuk memproses apa yang Kaira katakan padanya.

'Menyukai pria dewasa ya...'

Sashi tidak yakin apakah pemikiran ini cocok untuknya atau tidak karena dia sendiri tidak pernah memasukkan pria dewasa menjadi syarat tipe idealnya. Makanya Sashi bisa pacaran dengan laki-laki yang seumuran atau bahkan lebih muda darinya. Dari semua laki-laki yang pernah dekat dengannya, hanya Arda saja yang jarak umurnya jauh dari Sashi.

Hufffttt... Sashi menghela napasnya.

"Ngomong-ngomong, apa elo punya rencana untuk melakukan move ke pak Langit? Lo bilang dia nggak dalam relationshipkan?"

Kepala Sashi mengangguk. "Yes he is not in relationship. Tapi untuk apakah gue akan melakukan move atau nggak, jawabannya nggak." Jawab Sashi yakin.

"Kenapa nggak?" Tanya Kaira lagi.

Sashi kembali menghela, dia berdiri untuk meletakkan mangkoknya yang sudah kosong ke nakas ranjang Kaira.

"Karena mungkin saja dia menyukai seseorang."

"Violet?"

"..."

"Hmm mungkin saja dia menyukai Violet." Jawab Sashi sambil tersenyum tipis dan menunjukkan raut yang meminta Kaira berhenti membicarakan mengenai hal ini.

Sashi pikir Kaira akan mengikuti keinginannya, karena Kaira sudah kembai ke meja belajar dan sibuk dengan baksonya.

"Mungkin dia menyukai seseorang, tapi dia tidak memiliki atau dimiliki siapapun kan? Bukankah itu artinya lo masih punya peluang? Gue pikir nggak ada salahnya berusaha memiliki sesuatu selama sesuatu itu belum ada yang punya." Kaira tersenyum pada Sashi sebelum benar-benar kembali sibuk menikmati baksinya, membiarkan Sashi yang terdiam dan tidak bisa membalas apapun.

===000===

PLEASE BE MY SUGAR ***** (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang