03. Kuil dan pulpen

155 26 5
                                    

Nathan berada di kelas satu, sekolah menengah pertama , tepatnya di kelas 1-c . karena sekolah mereka sekolah swasta itu kebanyakan yg berada di sekolah adalah anak orang kalangan atas karena bagaimanapun sekolah swasta memiliki biaya bulanan yg lumayan tinggi . sehingga sudah pasti sistem kasta diterapkan disekolah tersebut .

Nathan tipe anak yg acuh serta pendiam tidak pernah berbicara jika tidak di tanya atau diajak bicara terlebih dahulu entah turunan sang ayah atau karena kebiasaan, dan karena itu jg ia tidak memiliki teman dekat .

Terlebih karena penampilannya yg mencolok, seperti yg pernah di jelaskan rambut coklatnya panjang bahkan bagian belakang menutupi leher jg bagian depan yg menutupi kaca mata bulat yg ia kenakan terlihat cupu dan lemah sehingga tak ayal jadi sasaran ejekan.

Hanya saja nathan seakan tidak perduli, mau mereka mengejek atau menggodanya nathan tidak perduli asalkan tidak berlebihan, toh ia hanya ingin lulus sekolah dengan baik tanpa masalah, apa lagi membuat sang ayah repot .

" hei bule mana PR matematika mu, sini aku pinjam "

Seorang pemuda yg jelas seumuran dan teman sekelas, menendang pelan meja yg di tempati nathan, senyum meremehkan terpatri beserta tawa dari teman teman yg lain seakan sengaja menertawai nathan, ditambah dengan panggilan yg mulai menjadi kebiasaan nathan mendengarnya 'bule' karena nathan memiliki rambut asli yg nyaris pirang

" dia peringkat dua dari bawah benarkah kau ingin menconteknya?"

" tidak masalah yg penting mengerjakan PR"

Dan tanpa banyak bicara nathan mengeluar
Kan PR matematikanya diatas meja yg tentu langsung di ambil, hanya saja di pukulkan terlebih dahulu di kepala nathan , yg tentu saja nathan menghindar sehingga hanya mengenai bahu .

" wow"

Suara teriakan dan kelas mendadak heboh seolah mengejek, bagaimana bisa bocah kutu buku ini berani melawan.

"reflek mu cukup bagus"

" pergi dan kerjakan PR mu "

Suara datar Tanpa intonasi apapun, bahkan nathan tidak perduli dengan mereka yg ribut, mengoloknya.

sedangkan si pemuda yg meminta PR merasa tersinggung ia di lawan, karena selama ini nathan tidak pernah melawan.

" bule... bule kutu buku kamu berani melawanku hah...."

Ia berdiri sombong tepat disamping meja dengan senyuman miring tidak lupa tiga anak lain di belakangnya yg seolah menjadi pengawal untuk mengancam agar nathan merasa takut, tapi sedikitpun ia tidak terusik malah masih fokus membaca buku pelajaran .

" wali kelas datang "

" kita kedatangan murid baru "

" perempuan apa laki laki ?"

suara intrupsi yg cukup keras mengalihkan orang orang yg mengganggu nathan , malah mereka tertarik dengan pemberitahuan 'murid baru' yg tadi di katakan

Kelas kembali ribut membahas murid baru

" aku harap perempuan dan dia cantik "

"cantik, untuk apa, menjadikannya pacar ?"

" belum tentu dia jg mau dengan mu "

Suara tawa yg ramai kembali memenuhi kelas .

" sayang sekali harapan mu tidak terkabul murid barunya laki laki "

" ah serius ?"

"aku tadi melewati ruang guru dan melihatnya , "

"apa dia tampan "

Single dadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang