Kamu mendorongnya refleks. Wajahnya nampak dingin. Kamu menatapnya ngeri. Tatapannya tajam menatapmu.
Kamu langsung berdiri, mengenakan tas selempang coklat kulit milikmu. "Terimakasih atas tehnya, kurasa aku akan mencari sendiri jalannya"
Kamu berlalu melewatinya dengan jantung yang ingin copot rasanya. Sangwoo tak menahan mu. Namun saat sampai di kamar yang terhubung dengan basemen di dalam komik, kamu meliriknya. Tata letak ruangan itu terlihat sama persis seperti di komiknya.
"Kau sangat lelah kenapa pergi? Bahkan melirik kamar orang terang-terangan begitu"
Kamu menengok ke belakang, Sangwoo sudah berdiri tepat di belakang.
"Sejak kapan dia berjalan? Suara langkahnya tak terdengar. Apa aku yang tuli?!"
Kamu membungkuk kecil lalu kembali melanjutkan jalanmu.
.
.
.
.
.
Setelah keluar dari rumah itu, kamu mencari setiap lampu jalan, tempat terakhir kamu memasuki dunia komik ini.
Di setiap lampu jalan yang kamu temui, kamu berhenti tepat dibawah pencahayaannya. Melakukan hal yang terakhir kali kamu lakukan saat berada di bawah sorotan lampu jalan. Kamu terus melakukan cara yang sama di tiap lampu jalan yang kamu temui. Berharap jika melakukan hal sama kamu akan kembali.
Kamu berhenti, mengistirahatkan tubuh mu karena sudah berlari kesana-kemari mencari lampu yang membuatmu lintas dimensi. Baterai ponselmu sudah hampir habis, kepanikan masih berlanjut dan keputus asaan perlahan datang menghampiri.
Kamu tidak mengenali kawasan ini, karena ini dunia komik dan bukan daerah yang familiar untukmu. Hanya ada satu tempat yang sangat kamu kenal tiap sudutnya, yaitu rumah seorang pembunuh dalam komik ini. Rumah itu menjadi tempat utama yang terus digambarkan dalam komik. Jika masuk sekali saja kedalam sana, kau tak akan bisa keluar dengan selamat. Setidaknya kamu beruntung tadi dapat keluar dengan selamat tanpa ditahan oleh Sangwoo.
Malam semakin larut, udara dingin di dataran tinggi ini menusuk kulitmu yang hanya mengenakan jaket satu lapis dengan kaos putih. Tubuhmu meringkuk kedinginan, berusaha menghangatkan tubuh agar tetap hangat setidaknya untuk malam ini saja. Kamu duduk di bawah lampu jalan terkahir penelusuran mu.
YOU POV
Bagaimana caranya agar aku dapat kembali ke duniaku?
Kalau aku melapor atau bertanya arah pun aku tetap berada di dunia komik. Kemungkinan besar keluarga dan temanku tidak ada di dunia komik ini. Satu-satunya cara adalah keluar dengan jalan yang sama saat masuk komik. Tapi butuh waktu sangat lama untuk mencoba cara-cara itu, belum lagi lampu yang membawaku ke sini belum tahu yang mana.
Kalau dihitung-hitung langkah kaki ku saat terakhir berhenti... Lampu itu tidak terlalu jauh dari rumah Sangwoo. Tunggu, mungkin saja aku keliru. Bisa saja lebih jauh dari rumah Sangwoo.
......
Walau sudah dihitung dan dianalisa beberapa kali pun, perhitunganku tetap pada lampu sekitar rumah Sangwoo. Sial! Kenapa Isekai nya di sini sih?!
Aku kan ingin menikmati malam hangat penuh romansa oleh pemeran utama, bukan malam dingin dan pisau tajam.
"Hiks... Kenapa saat sedih begini gak keluar air mata sih!!"
AUTHOR POV
Malam itu kamu lewati dengan panjang dan bersusah payah. Menjaga suhu tubuh agar tetap hangat walau dengan pakaian tipis.

KAMU SEDANG MEMBACA
ENTER THE COMIC
FanfictionMasuk kedalam Isekai merupakan impian (name). Kehidupan Isekai yang indah nan manis bersama tokoh utama pria yang lembut dan tampan. Gadis itu berhasil masuk, tetapi dunia Isekai yang diimpikannya tak terwujud. Dia malah memasuki dunia Isekai dengan...