Kak Aldi menoleh perlahan menatapku. Wajahnya terlihat kelam dan tidak bersemangat.
Perasaanku semakin tidak enak saat melihat ekspresinya. Tatapannya kosong, ia sedang putus asa saat ini. Jadi aku berusaha menghiburnya sedikit,
"Kak, ada apa? Kalau berat kakak bisa cerita ke aku.."
Kak Aldi menatapku kosong, ia bergumam "Gak bisa, sekeras apapun kita kerja... Kita akan terus miskin dan hidup sengsara"
Kak Aldi yang kuanggap orang yang optimis dan semangat ini sedang dilanda kecemasannya. Aku mengerti perasaannya, dan mungkin saja dia lebih tersiksa dibanding aku yang anak kedua.
Aku memeluknya erat, hatiku sakit melihatnya dengan kondisi seperti ini. Saat memeluknya aku mendengarnya bergumam hal yang sama terus menerus. "Gak bisa begini... Gimana ya?"
Air mata menetes membasahi pakaiannya, membuatnya tersadar dari pikirannya. Kak Aldi sedikit terkejut.
"E-eh? (Name)? Kamu kenapa? Kok nangis? Kapan pulang?"Aku yang mendengar itu semakin miris. Aku semakin mengeratkan pelukanku padanya dan menangis kencang di pundaknya.
(Jadi tadi dia gak sadar ada aku karna terus memikirkan caranya terlepas dari kesulitan ini... Malangnya..) - dalam hati
Aku melepas pelukanku cairan lengket keluar dari hidungku dan menempel pada baju kak Aldi. Mataku sembab, aku menumpahkan kesedihanku semua padanya. Betapa memalukannya..
"Eum.. aku ganti baju dulu ya, ini... Kena ingus mu"
"Aku yang siapin bajunya"
Kak Aldi terus menolak, "Biar aku aja, kamu pasti capek baru pulang. Udah mandi trus istirahat gih.."
Pada akhirnya aku menurut.
Malam semakin larut, ibu juga tidak pulang karena lembur katanya. Jadi aku tidur sendiri di kamarku dan Kak Aldi di kamarnya.
Saat itu aku tengah terlelap, namun bisikan-bisikan mengganggu tidurku. Aku membuka mata. Dalam ruangan yang gelap aku dapat melihat siluet pria, bukan hanya satu tapi menjadi dua.
Aku terkejut dan menghindari mereka. Saat penglihatan ku mulai membaik, ternyata dua orang itu adalah kak Aldi dan temannya yang belum pernah kutemui.
"(Name) udah bangun ya? Maaf kami dateng malem-malem ke kamarmu"
"K-kak Aldi ngapain ke kamarku? Bawa cowok lagi?!!"
Pria asing itu hanya tersenyum. Kak Aldi mendekatiku. Mengusap kepalaku lembut. Terlihat wajahnya dalam kegelapan yang tersenyum kepadaku.
"(Name), bantu kakak mau kan? Kita akan bekerja sama bareng temen kakak. Namanya Dimas"
Pandanganku beralih pada temannya di depan sana yang masih setia dengan posisi duduk sila. Dia tersenyum lebar menatapku. Wajahnya nampak baik dan senyuman itu terlihat tulus. Maka diriku saat itu menganggapnya pria baik-baik.
Kembali aku menatap kak Aldi, "Tapi kak, kenapa kalian malam-malam ada di-"
Kak Aldi menciumku, tubuhku kaku karena syok. Ciuman bibir yang dilakukan kak Aldi sangat singkat. Aku menatapnya tak percaya.
"Kalau begitu sebagai kakak, gue bakal jadi yang pertama. Sekarang karna kita udah sepakat lu bisa pulang, gue mau melanjutkan malam ini tanpa gangguan"
"Oke-oke~ nikmatin dia sepuas lu, besok giliran gue nikmatin (name) khikhikhik.."
Aku berusaha mencerna situasi tapi itu sulit karena aku terlalu syok. Ini bukan kak Aldi yang ku kenal. Dia kakak baik hati yang mementingkan keluarganya, bukan pria cabul yang melecehkan adiknya sendiri seperti ini.
Malam itu, kak Aldi melakukan hubungan badan denganku. Saat itu yang menempel jelas di tubuhku hanyalah rasa sakit, dan meninggalkan trauma terdalam.
"Terimakasih (name), mulai besok kita akan bekerja sama. Lakukan yang terbaik pada klient, dan jangan kasih tau ibu ya. Selamat tidur"
Ia mengecup keningku, lalu kembali ke kamarnya. Aku menangis, dia telah berubah sangat drastis.
Dalam pikiranku saat itu, aku harus kabur sebelum besok malam. Tapi.. ibu membutuhkanku. Malam itu aku meredam tangisan di bantal.
Sangwoo membuka bajuku. Menampakkan bra yang membungkus payudaraku. Ia meremasnya pelan, "Kau menyukai ini bukan?"
"Jangan..."
Mataku terpejam, aku tidak menyukai ini. Aku tidak suka melakukan seks! Tidak suka!
Sangwoo mengelus pipiku, aku langsung membuka mataku dan menggigit tangannya. Namun ia dapat menghindar dan Sangwoo membalasku dengan menampar pipiku.
"Kau benar-benar tidak mau melakukannya? Jadi kau tidak mencintaiku?"
"Aku mencintaimu, tapi aku tak bisa..."
"Haa?"
Sangwoo memasukkan penisnya kedalam mulut ku. Aku tersedak karena penis itu masuk tiba-tiba.
"Hisap!"
Aku menatapnya, matanya memancarkan amarah dan gairah. Pada akhirnya begini lebih baik daripada harus melakukannya di bawah sana. Tidak ada yang mending sebenarnya, namun setidaknya ini lebih baik.
Aku melakukan yang terbaik pada penisnya. Menghisap, menjilat dan memaju mundurkan kepalaku. Memberikan kenikmatan pada penisnya.
Sangwoo melenguh, tangannya memegang kepalaku. Ia memaju mundurkan kepalaku dengan cepat hingga akhirnya menekan kuat hingga penis itu masuk lebih dalam di mulutku.
"Hmm... Tidak buruk juga.."

KAMU SEDANG MEMBACA
ENTER THE COMIC
FanfictionMasuk kedalam Isekai merupakan impian (name). Kehidupan Isekai yang indah nan manis bersama tokoh utama pria yang lembut dan tampan. Gadis itu berhasil masuk, tetapi dunia Isekai yang diimpikannya tak terwujud. Dia malah memasuki dunia Isekai dengan...