Ch. 14 : Photo

241 48 16
                                    

"He was the one who confused me."
.
.

Aku segera turun dari taksi dan berlari ke rumah. Kubuka pintu dengan kasar dan langsung menuju ke kamar Jungkook.

Jantungku berdegup kencang dan mataku membelalak saat kutemukan Hye Su berbaring santai diranjang. Begitu mendengar suara keras yang ku buat, gadis itu lantas bangkit dari posisinya dan menatapku dengan terkejut.

Dahiku mengernyit ketika melihat ia memakai dress yang biasa ia pakai, tidak ada riasan atau bahkan barang-barang lain yang ia kenakan seperti saat di dekat rumah sakit.

"K-kenapa kau membuka pintu seperti itu?" tanyanya dengan terheran-heran. "Ada apa?"

Melihat ada sedikit raut ketakutan darinya, aku berjalan menghampiri gadis itu. Mengambil tempat di sampingnya dan bertanya, "Apa yang kau lakukan di sana?"

"Apa maksudmu?" tanyanya balik. "Apa kau sedang marah?"

Hye Su terlihat gugup. Jemarinya memainkan ujung dressnya dengan pelan.

Kuhela napas pelan sebelum melanjutkan, "Aku melihatmu dekat rumah sakit dan kau juga melihatku, kan?"

"Hana, kau itu bicara apa? Aku tidak mengerti," jawabnya dengan dahi yang berkerut.

"Jangan berbohong padaku." Kesabaranku mulai hilang. Hye Su menatapku kebingungan. "Aku tahu kau ada di sana. Kau memakai pakaian yang berbeda, dan kau bahkan memakai riasan. Aku tidak peduli kau mau pergi ke mana karena itu bukan urusanku. Tapi kenapa kau mendadak ketakutan saat melihatku di sana? Kenapa kau tiba-tiba menghilang?"

Manik gadis itu sontak melebar. "Hana, apa maksudmu? Kurasa kau salah lihat. Aku ada di sini dan tidak pergi ke mana pun."

"Apa?"

"Aku tidak pergi ke mana pun."

"Hye Su, jangan buat aku semakin frustasi. Aku tahu kau menghidariku tadi," ucapku pada akhirnya.

Ia terdiam sebelum akhirnya berkata, "Ayo, ikut aku."

Hye Su menarik tanganku dan mengajakku menuju ke dapur. Aku hanya menurutinya dan membiarkan ia terus menggandeng tanganku. Begitu sampai, terlihat ada beberapa makanan di atas meja.

"Aku menggunakan kemampuanku untuk membuat ini." Ia mengambil salah satu mangkuk berisi makanan dan menyerahkannya padaku. "Peganglah, ini masih hangat. Bagaimana mungkin aku memasak sebanyak ini jika aku ada di luar rumah?"

Tunggu. Apa dia bilang?

Aku menatap gadis itu tak percaya. Sedangkan ia tertawa kecil.

"Apa kau lupa bahwa aku hantu yang bisa menyentuh benda? Kenapa kau terkejut seperti itu?"

Tidak. Bukan karena itu. Aku tahu jika ia bisa menyentuh apapun yang ia inginkan. Tapi jika makanan ini masih hangat, itu berarti ia benar-benar ada di rumah untuk memasak ini semua dan tidak mungkin ia ada di sana barusan. Lalu siapa orang yang aku lihat di seberang jalan itu?

"Tunggu, Hana," ucap gadis itu tiba-tiba. Aku sontak terkejut saat kurasakan tangan Hye Su yang dingin menyentuh dahiku. "Apa kau sakit?"

Kali ini wajahnya terlihat sangat khawatir. Aku sontak mengalihkan pandangan darinya. Hye Su melanjutkan, "Kenapa diam saja? Kurasa kau demam, dahimu terasa panas."

Aku menyingkirkan tangannya pelan. "Ah, benar. Kurasa aku demam."

"Kalau begitu istirahatlah, aku akan mengantarkan makanan ini ke kamarmu."

"Tidak. Tidak perlu." Aku melangkah pelan meninggalkannya.

Gadis itu kembali berkata, "Tapi kau harus makan untuk minum obat."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Magic TrainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang