"Something real or not, you better make sure yourself."
.
.
Mataku terbuka lebar begitu terdengar suara begitu keras. Jantungku berdegup tak karuan, bermimpi dijatuhi batu besar dan menimbulkan suara mengerikan yang rupanya suara gemuruh yang berhasil masuk ke dalam mimpiku.Aku mendudukkan diri, menoleh dengan mata setengah mengantuk pada jendela cukup besar. Di luar sana tampak kilat menyambar hingga ranting kayu yang tidak terlihat, jadi tampak begitu jelas. Ranting itu membuat suara menakutkan seperti mengetuk-etuk jendela karena terkena angin.
Sial kau, Jeon Hana!
Menyesali betapa bodohnya diriku yang tidak memasang tirai terlebih dahulu sebelum tidur. Aku tadi terlalu lelah, lalu sekarang dengan lucunya aku justru ketakutan diusia yang sudah dua puluh tahun.
Hujan pun terdengar mulai turun, hawa dingin membuatku kembali berbaring. Menutupi seluruh tubuh dengan selimut rapat-rapat.
Perasaanku sangat tidak nyaman, rasa kantuk pun sudah menghilang dan mataku jadi tak mau terpejam. Aku hanya diam berbaring, memeluk erat boneka besar dan terus menatap jendela.
Namun entah pendengaranku yang salah atau bagaimana, lambat laun terdengar suara yang begitu familiar. Kali ini bukan suara gemuruh ataupun suara ranting yang mengetuk-etuk jendela, melainkan suara antara dua besi yang saling bergesekan.
Suara kereta.
Awalnya terdengar wajar-wajar saja sebelum akhirnya aku tersadar akan sesuatu. Selama perjalanan tadi, kami belum melewati rel kereta satu pun. Dan suara itu kini terdengar semakin mengerikan. Rumahku terasa bergerak seperti ada gempa ringan.
Mataku membulat. Tubuhku tanpa sadar menggigil begitu melihat melalui jendela yang kacanya bergetar, cahaya kuning tampak menyoroti ranting-ranting di depan kamarku.
Suara itu terdengar semakin keras namun semakin melambat, tidak secepat tadi. Dan di detik selanjutnya, hatiku berdesir geli begitu suara rem antara besi terdengar begitu dipaksakan. Suara itu pun berhenti.
Aku memeluk boneka semakin erat karena ketakutan. Jauh dalam hati, sebenarnya aku ingin memeriksa keadaan di luar rumah untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Namun sayang, rasa takut ini lebih menguasai diriku.
Tak lama setelah itu, semua terjawab begitu terdengar suara klakson kereta yang begitu memekakkan telinga, membuatku hampir berteriak ketakutan. Aku tidak tahan, air mataku hampir keluar. Aku yakin ada sesuatu yang tidak wajar di luar sana.
Lalu beberapa saat kemudian, suara gesekan antara roda besi dengan rel pun kembali terdengar, klaksonnya dibunyikan beberapa kali. Semakin lama semakin menjauh hingga yang tersisa hanya suara hujan.
Dan satu hal yang aku tahu, kereta itu jelas bukan ulah manusia.
●●
"Hana-ya, ireona!" (Bangun)
Aku menggeliat kecil begitu selimutku ditarik paksa oleh Ibu. Mengatakan kalimat 'jangan mengganggu' yang hanya terdengar seperti gumaman.
"Palli!" desaknya. (Cepat)
Guncangan hebat dari ibu membuat kesadaranku kembali dalam sekejap mata. Aku membuka mata dan terduduk sembari menatapnya heran. "Kenapa pagi sekali?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Train
Fanfiction[200517] Aku tahu ada yang aneh pada diriku sejak kami pindah ke rumah baru. Setiap malam terdengar suara aneh yang membuatku terbangun. Suara kereta, tepat di depan rumahku. Kupikir aku sudah gila karena tidak ada orang lain yang mendengar suara it...