"Beware, we can't trust strangers so easily."
.
.Jantung yang berdegup kencang, dan bibir yang terkatup begitu rapat. Keringatku terasa membasahi dahi meski suhu pagi ini tidak jauh berbeda dengan semalam.
Aku duduk dengan punggung yang menempel erat pada dinding. Menatap was-was pada sosok gadis yang duduk di ujung ranjang.
Dalam hati aku bersungguh-sungguh memohon agar ia menghilang dari hadapanku. Namun sialnya, gadis itu justru tersenyum dengan tatapan yang terkesan dingin, seperti menyadari apa yang barusan kupikirkan.
Mengerikan. Sungguh.
Aku menelan saliva dengan susah payah seakan tenggorokanku kering. Sedangkan sosok itu sama sekali tidak ada niatan untuk pergi.
"Sudah bangun?" ucapnya yang membuatku bergidik ngeri.
Aku tidak menjawab dan fokus memperhatikannya untuk bersiap kabur jika tiba-tiba ia menyerangku.
Meski begitu, ini sungguh menyebalkan. Aku ingin berlari namun kakiku menolak, ingin berteriak namun suaraku tidak keluar. Yang bisa kulakukan hanya duduk meringkuk di atas ranjang dengan selimut yang menutupi seluruh tubuh, bahkan dinding yang terasa dingin pun tidak mengganggu posisiku meski terasa menusuk hingga ke tulang punggung.
"Ya," sahutnya yang berhasil membuatku tersentak. Ia tersenyum geli. "Jangan menatapku seperti itu, kau membuat seakan aku adalah mahluk paling mengerikan di dunia ini."
Memang mengerikan, batinku.
Aku mengeratkan genggamanku pada selimut. "Siapa kau?"
Tangan gadis itu bergerak memainkan ujung selimutku dan mengelusnya dengan tatapan sayu. "Apa kau tidak yakin dengan fakta yang ada dipikiranmu? Untuk apa menanyakan hal yang sudah kau ketahui?"
Jawaban itu sukses membuatku tersudut. Apa dia bisa membaca pikiranku? Aku memang sudah tahu bahwa ia adalah gadis di kereta aneh itu. Gadis bergaun putih dengan rambut hitam. Tapi tetap saja aku ingin memastikannya.
Aku menggigit bibirku sebelum berkata, "Lalu kenapa kau ada di sini?"
Dan tidak kuduga, perkataanku barusan sukses membuat gadis itu tiba-tiba tertawa cukup nyaring. Membuat atmosfer di ruangan ini seketika berubah.
"Lucu sekali, padahal kau yang lebih dulu mencariku kemarin."
"Apa?" ucapku tak percaya.
Mataku membulat sempurna. Teringat beberapa hari yang lalu aku sengaja keluar rumah untuk melihat kereta itu secara langsung. Malam itu keretanya tidak berhenti dan aku tidak menyangka bahwa ia tahu tujuanku menunggu kereta itu adalah untuk bertemu dengannya.
Apa ia melihatku saat itu? Atau ia benar-benar bisa membaca pikiranku?
Rasanya frustasi. Kenapa aku harus bertemu dengan hantu di pagi hari yang cukup cerah ini?
Aku semakin merapatkan diri pada dinding begitu gadis itu bangkit dari posisinya, lalu ia melangkah mendekatiku secara perlahan dan berkata dengan intonasi yang lebih ramah dari sebelumnya. "Panggil aku Hye Su."
Tangannya terulur padaku, aku masih diam menatapnya. Pasalnya gadis di hadapanku ini jelas bukan manusia, ia bisa ada di kamar ini entah dengan cara apa. Hal itu membuatku tak yakin untuk menjabat tangannya.
Dan sepertinya ia tahu apa yang kurasakan, ia menarik kembali uluran tangannya. "Ah, sepertinya ini tidak nyaman untukmu."
Baru saja aku hendak berbicara, tiba-tiba terdengar suara bel. Sosok bernama Hye Su itu terlihat terkejut sekilas. Suara bel itu berkali-kali berbunyi, seakan memaksa agar aku segera membuka pintunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Train
Fanfiction[200517] Aku tahu ada yang aneh pada diriku sejak kami pindah ke rumah baru. Setiap malam terdengar suara aneh yang membuatku terbangun. Suara kereta, tepat di depan rumahku. Kupikir aku sudah gila karena tidak ada orang lain yang mendengar suara it...