Ch. 08 : Explanation

441 117 30
                                    

"Other people can make up a lot of lies.
Therefore, look for the truth yourself."
.
.

Pagi ini aku berada di rumah tetangga kesayanganku. Duduk di kursi meja makan dan menatap tajam Seokjin yang terlihat gugup.

"Kau tidak ada kelas?" Ia tersenyum canggung. "Mau kubuatkan sesuatu?"

Aku tidak menjawab.

Seokjin bertanya lagi, "Bagaimana dengan ramyeon?"

Aku masih diam, sedangkan ia tertawa kering. Merasa hal ini sia-sia, pria itu lantas bangkit menuju pantry dan mengambil dua bungkus ramyeon, dua butir telur serta beberapa sayuran dari dalam kulkas.

Ia sempat melirik ke arahku sekilas dan sedikit tersingkap karena mendapatiku yang masih menatapnya tajam.

Dengan tangan sibuk dengan aktivitasnya, Seokjin berkata, "Hana-ya, jangan se––"

"Kau menghilang."

Seketika ia berbalik. "Apa?"

"Kemarin kau menghilang lagi," jawabku dengan ekspresi marah.

Seokjin akhirnya tersenyum seperti biasanya. "Kau merindukanku?"

"Ini bukan saatnya bercanda, Tuan Kim Seokjin." Aku mendengus dan melipat tanganku di atas meja. "Pergi ke mana kau kemarin?"

"Aku ada pekerjaan."

Lagi-lagi seperti itu.

Aku menghela napas kesal. Seokjin pergi selama dua minggu dan ia baru pulang di malam saat aku bertemu dengan kereta misterius itu. Kemudian hal yang tidak bisa aku percaya adalah, di pagi harinya Seokjin menghilang lagi. Dan alasannya hanya satu, pekerjaan?

Sebenarnya pekerjaan apa yang ia lakukan?

Saat pria itu mulai memasukkan mie ke dalam panci, ia berkata, "Ada yang kau khawatirkan?"

Aku menggeleng pelan. "Tidak ada, tapi aku sangat bosan. Tidak ada yang bisa kulakukan di rumah selain menonton televisi. Sedangkan Jungkook selalu ribut karena ingin bertukar kamar denganku. Aku membutuhkanmu sebagai tetanggaku."

"Kudengar kau memiliki banyak teman sejak masuk kuliah."

"Apa?" Mataku membulat sempurna. "Darimana kau dengar hal itu?"

"Ibumu," jawabnya cepat. "Bersenang-senanglah dengan temanmu karena aku tidak selalu ada di rumah."

Aku menghela napas lagi. Tidak ada yang bisa kuucapkan. Aku hanya diam sembari memperhatikan punggung dengan bahu lebar tersebut. Ini menyebalkan sekaligus menyedihkan. Bagaimana bisa ia mengucapkannya semudah itu?

Yang kubutuhkan itu dirimu, bukan yang lain. Dasar manusia!

Melihat Seokjin yang sibuk memasak, entah kenapa rasa kesalku perlahan sedikit menghilang. Saat ini ia membuatku berpikir bahwa ia adalah pria idaman yang sesungguhnya. Ya, meskipun bibirnya sedikit menyebalkan saat berbicara.

Jika aku menikah dengannya dan memiliki seorang bayi kecil yang lucu, ia pasti akan membantuku dalam hal ini. Ia bisa memasak, mencuci piring, membersihkan rumah dan juga––tunggu! Apa yang kupikirkan?!

Magic TrainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang