16. Gerbang Masalalu

77 11 0
                                    

Haechan menjerit kencang, ia nyaris menangis ketakutan ketika tidak sengaja menginjak akar pohon yang memiliki mata dan mulut.

"Sudah tidak apa - apa, tidak jahat kok," kata Mark yang berusaha menenangkan Haechan, ia memeluknya erat dan menjaga agar Haechan tidak menangis.

"Kita harus berada di tempat lain," kata Kun yang berhenti didepan sebuah pohon besar dengan lubang dibawah akarnya, "Mau mencoba pintu yang ini?"

"Bagaimana kalau malah keluar di tempat yang malah semakin aneh?" tanya Yangyang yang mencoba melihat kedalam lubang yang ada dibawah akar dan dia tidak bisa melihat apapun.

"Kalau sampai Jungkook menemukan kita di hutan seperti ini, malah akan menguntungkan mereka," kata Kun, "Aku ma... Yangyang!!!"

Belum juga Kun berhenti bicara, dia malah dikejutkan dengan Yangyang yang meluncur masuk kedalam lubang.

"Haduh..." Hyunbin menepuk dahinya sendiri, ia melihat Kun menyusul Yangyang masuk kedalam lubang, "Kalian masuk duluan, kita tidak boleh berpencar."

Mark yang sudah menenangkan Haechan, mengandeng Haechan menuju lubang. Karena ukuran lubang yang begitu besar, mereka memutuskan untuk masuk bersama - sama. Mark mendekap tubuh Haechan erat ketika meluncur didalam lubang yang begitu gelap, matanya nyaris tidak bisa melihat apapun, sampai kemudian mulai terlihat secercah cahaya memasuki pupil mata mereka. Lubang pohon yang menjadi pintu masuk, pada akhirnya berakhir dan membawa Mark dan juga Haechan berada di tempat lain yang benar - benar berbeda dengan sebelumnya.

Mark menatap kearah belakang dan menyadari jika dia baru saja keluar dari seluncuran anak - anak yang ada di sebuah taman di tengah kota. Mark membantu Haechan berdiri, ia sendiri melihat Kun yang terlihat marah - marah pada Yangyang yang malah asyik bermain ayunan. Mark menoleh kearah seluncuran yang tidak berapa lama mengeluarkan Hyunbin dan Jihyo.

"Hyunbin nunna, memangnya wajar ya jika di infinite room ada tempat seperti ini?" tanya Mark.

Hyunbin yang bangkit berdiri menatap sekeliling, "Mungkin.. dewa Dreim ingin melakukan sesuatu pada perjalanan kita."

"Pertanda baik atau buruk?" Mark masih saja khawatir dengan keadaan yang tidak normal disekitarnya ini.

Para dewa dikenal sebagai sosok yang mencintai kealamian. Dari banyak kitab yang menceritakan tentang infinite room, tidak pernah ada ruangan yang berupa kota besar atau peradaban manusia modern.

@@@@@

Haechan yang telah lama tertidur di rumah tua aneh dan baru terbangun ketika mendengar suara Mark, tentu tidak pernah memahami apa maksud dari ruangan yang kini dia pijak. Tetapi.. entah mengapa ketika ia menginjakkan kaki di ruangan berbentuk kota besar seperti ini, matanya terus tertuju pada sebuah gundukan setengah lingkaran dengan sebuah lubang yang digunakan untuk masuk kedalam ruang kosong didalam gundukan. Ruang yang cukup besar untuk bersembunyi beberapa orang.

"Haechan..."

Mata Haechan masih menatap kearah ruang kosong didalam gundukan, dengan mata kosong yang tiba - tiba saja seperti ditarik kedalam masalalu. Haechan mengerutkan keningnya, ketika melihat bayang - bayang aneh, ketika melihat dirinya sendiri - ya... dia tidak salah melihat, itu dirinya sendiri yang memakai seragam SMA, di kelilingi oleh laki - laki berseragam SMA sama yang terlihat menatap aneh kearahnya.

"Haechan..."

Haechan menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia ingin mengusir semua bayangan aneh yang kini semakin jelas didalam kepalanya. Bayangan para laki - laki yang menyerangnya secara membabi buta, melucuti, merobek pakaiannya. Bayangan - bayangan yang ia lihat membuatnya tidak nyaman, sangat tidak nyaman. Haechan memundurkan tubuhnya dengan kepala terus menggeleng berusaha menghilangkan bayangan - bayangan mengerikan itu.

Shikigami : The Lost Memory (MarkHyuck Center's Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang