Mark berbaring diatas ranjang dengan rintihan lirih yang terus keluar dari bibirnya. Luka tusuk di perutnya terasa begitu sakit, ia menatap pada Hyunbin dan Kun yang sedang berdiskusi dengan wajah begitu serius. Tidak berapa lama, Yangyang yang mendekat padanya dengan senyuman lebar.
"Aku akan memberimu healing ya Mark... kalau seperti ini terus dalam keadaan lama, kau bisa - bisa mati," kata Yangyang.
Posisi Mark tidak ada pada membantah atau bernegosiasi, jadi dia biarkan saja Yangyang mendekatkan wajah padanya. Ketika bibir Yangyang sudah begitu dekat dengan bibir Mark, tiba - tiba saja tubuh shikigami itu melayang dan terjatuh tepat di dekapan Kun.
"Kenapa ini?" tanya Yangyang kebingungan.
"Sepertinya, pemilik tempat ini tidak membiarkan ada pengkhianatan walaupun di dalam keterpaksaan," jawab Hyunbin, "Aku akan cari obat, untuk sementara sebelum Haechan ditemukan, kita obati manual dulu."
"Aku ikut eonni..." Jihyo mengekor pada Hyunbin yang keluar dari ruangan.
Kun dan Yangyang menatap penuh rasa iba pada Mark.
"Sabar ya.." ucap Kun yang saat ini memang hanya ini yang bisa ia ucapkan. Sebagai manusia, dia tidak bisa melawan kuasa dari Dewa.
Mark tidak membalas apapun, dia hanya bisa menahan semua rasa sakit yang ada di tubuhnya dan berusaha untuk menyakinkan diri sendiri jika Haechan akan memaafkannya.
@@@@@
Haechan seharusnya diam saja di depan air terjun hingga Hyunbin atau yang lain menemukannya. Tapi dia tidak bisa mengalahkan rasa bosannya hingga akhirnya memilih berjalan - jalan, memasuki sebuah pintu aneh yang ada ditengah sungai dan kini membawanya masuk kedalam sebuah ruangan aneh dengan banyak kotak - kotak seperti televisi yang mungkin jumlahnya ada lebih dari jutaan tertempel di dinding - dinding kastil yang saat ini Haechan berada.
"Dimana ini?" tanya Haechan yang menatap kebingungan ke beberapa arah, mata Haechan bertemu tatap dengan seorang laki - laki yang tersenyum lebar kearahnya.
Haechan terdiam, menatap terus kearah laki - laki dengan rambut terkepang yang berjalan hingga berada di depannya.
"Selamat datang di kediamanku," kata si laki - laki yang masih ditatap aneh oleh Haechan, "Kau tidak tahu siapa aku ya..."
Haechan menggelengkan kepala. Ia dikejutkan karena tiba - tiba laki - laki didepannya ini memeluk erat tubuhnya.
"Maafkan aku yang tidak bisa melindungimu di kehidupan sebelumnya..."
"Tunggu.. kau ini siapa, kenapa tiba - tiba meminta maaf padaku?" tanya Haechan yang menepuk - nepuk punggung laki - laki yang ada dihadapannya ini.
"Kau benar - benar tidak mengenalku ya," kata si laki - laki setelah melepaskan pelukannya, "Aku Dewa Mimpi - Dreim atau orang biasanya memanggilku Jiwon jika di Korea."
Mata Haechan terbelalak mendengar pernyataan yang baru saja keluar dari sosok dihadapannya ini, "Maaf.. aku tidak tahu."
"Tidak apa - apa, tenang saja," Jiwon mengelus - elus kepala Haechan, "Semoga kita bisa bertemu di kehidupan berikutnya dalam posisi kau manusia seutuhnya ya."
"Tunggu..." Haechan melangkahkan kaki mengikuti Jiwon, "Kenapa kau tadi meminta maaf karena tidak bisa melindungiku?"
"Memang agak sulit, tetapi.. begini penggambarannya. Ada alasan mengapa Hyunbin bahkan tidak berbuat apapun sudah membuat orang takut, karena dia memiliki darah dewa kematian di tubuhnya. Dan ada alasan mengapa Taeil sering kali meledak marah tanpa sebab, karena dia memiliki darah dewa kemarahan di tubuhnya. Dan kau... ada alasan mengapa kau begitu ceria, memberikan vibe sekelilingmu menjadi ikut ceria dan semangat," kata Jiwon.
Haechan mendengus kesal, "Kenapa tidak langsung saja bilang kalau aku ini anakmu? Kau malu mengakui aku menjadi anakmu? Begitu memalukannya sampai harus panjang lebar menjelaskannya seperti itu?"
"Nah... sikap ini juga mirip denganku," Jiwon tersenyum lebar, "Kau pasti lelah kan... ayo aku antar ke kamar."
"Aku pikir, hanya manusia yang bisa menjadi anak dewa," kata Haechan.
"Kau kan di kehidupan sebelumnya juga manusia," balas Jiwon yang melangkah menuju sebuah pintu berwarna cokelat tua berukuran besar.
"Lalu mengapa dewa menjadikanku shikigami di kehidupan ini?" tanya Haechan.
Jiwon menatap kearah Haechan meski tangannya sudah berada di kenop pintu, "Karena Daehi ingin memberikan ujian terberat untuk Mark."
Haechan terdiam, ia menelan salivanya yang terasa begitu pahit - padahal seharusnya dia tidak memiliki indera perasa.
"Tapi... bukan salah Mark," kata Haechan, "Semua yang terjadi padaku, bukan salah Mark."
"Kau berhati mulia," kata Jiwon yang mendorong kenop pintu, membuka pintu berukuran besar yang langsung menuju ke sebuah kamar besar yang serba berwarna biru, "Tapi Mark memiliki andil besar dalam semua peristiwa yang terjadi padamu. Meski kau tidak menyalahkan Mar..."
"Bukankah Dewa tidak akan bermain dadu dengan alam semesta?" Haechan ikut masuk, berjalan lebih cepat dan berhenti di depan Jiwon, menatap kearah ayah dewanya ini, "Jika dewa tidak menghendaki aku melewati semua peristiwa memilukan itu, maka tidak akan terjadi kan. Semua hal itu bisa terjadi, bahkan pertemuanku dengan Mark hyung karena kalian - para dewa - atau dewa tertinggi - Daehi, menginginkannya bukan. Daehi yang menggulirkan dadu untuk kami sehingga kami menjalani takdir seperti itu."
"Kau salah besar anakku.." ucap Jiwon yang perlahan - lahan berubah menjadi sosok tinggi besar, dengan sayap berwarna hitam pekat, dan mata memerah tajam menatap mengerikan kearah Haechan, "Takdir yang tidak bisa diubah oleh manusia, hanyalah mengenai kelahiran mereka dan kematian mereka. Selain itu, semua takdir kalian bisa di ubah. Jangan pernah menyalahkan dewa atas semua yang terjadi, apalagi karena kebodohan manusia sendiri."
Haechan memundurkan tubuhnya, ia baru saja bertemu dengan sosok dewa yang mengaku sebagai ayahnya dan kini dia sudah melihat sosok yang menakutkan. Airmatanya mulai menggumpul dan sepertinya Jiwon menyadari kesalahannya hingga kembali ke bentuk semula.
"Maaf... silahkan istirahat dan jangan jalan - jalan sendirian di kastil," kata Jiwon yang melangkah keluar dari kamar Haechan.
Haechan berdiri sembari menghapus airmatanya yang mengalir. Ia mendadak ingin menuju ke arah ranjang dan begitu tubuhnya berada diatas ranjang, ia segera terlelap tidur. Tidur yang begitu pulas.
@@@@@
Dalam tidurnya yang tidak pulas, dan rasa sakit yang begitu luar biasa. Mark larut dalam rintihan kesakitan dan juga igauan meminta maaf. Didalam tidurnya yang tidak pulas, dia terus menerus melihat Haechan yang menangis didalam mimpinya. Melihat Haechan yang terus menderita karenanya. Mendengar Haechan yang terus menerus merintih kesakitan dan memanggil namanya.
"Maaf... maafkan aku..."
Mark bergerak gelisah dalam tidurnya.
"Maaf... Haechan... maafkan aku..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shikigami : The Lost Memory (MarkHyuck Center's Story)
FanficSebagai guardian, Mark seharusnya mendapatkan pasangan shikigami yang siap menyembuhkannya. Tetapi dia malah tertarik pada seorang shikigami yang kehilangan ingatan dan bertemu secara tidak sengaja ketika Mark terluka parah. Mark merasa Haechan ada...