YOGYAKARTA......... kota yang sangat indah, gemerlap malam yang tak kalah dengan Jakarta. Kota pelajar yang penuh kenangan. Tak ada yang bisa mengalahkan kota Yogyakarta, kurasa. Apalagi sekarang aku bersama Dera, Kim Muhammad Adera Kiel. Lelaki yang cukup membuatku bahagia. Lelaki yang menggantikan posisi Kak Edwin sekarang. Dia sekarang ada disampingku, memelukku dengan posesif melewati jalan Malioboro. Malam di Malioboro sangatlah indah, mungkin... Aku mulai mencintai kota kelahiran ibuku. Mommy Mareta Devi Smith. Disepanjang jalan aku menjumpai banyak musisi jalanan yang menyanyikan lagu sejenis keroncong, atau bahkan menyanyi dengan ukulele kecil mereka. Lalu kutemui banyak penjual cinderamata khas Yogya. Semua jalan telah kutelusuri dengan menggenggam erat jemari lelaki yang ada disampingku. Tak lama, pandanganku jatuh pada kalung cinta berwarna coklat yang berisi pasir dan kerang yang tertata bak taman pantai kecil yang menggantung di leherku. Dera menyadari pandanganku itu. Seakan tau, dia langsung tawar menawar dengan perempuan seumuran kami yang kebetulan penjual kalung itu sekaligus teman SMP Dera." Loh Dera.... piye1 kabar mu? "
" Alhamdullillah Wi, eh iya berapa harga? "
" 30.000 Dera. Buat kamu aku kasih potongan deh.... "
" Itu mah kemahalan, kasih potongan lagi deh... ;;) " duh... kok dia genit gini sama cewek itu? Mati gaya kan tuh cewek......
" Yah kan kamu anak orang kaya, masak iya 30.000 masih nawar? "
" Ayo lah, sama temen SMP nih. "
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. bagaimana
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
" Ok Ok. 20.000, deal? " ucap gadis itu seakan kalah telak dengan rayuan Dera. Dasar....." Gitu dong dari tadi. Kan gag susah.... eh iya 2 ya... " gadis itu mengangguk.
" Eh iya, gadis ayu2 ini pacarmu? " mataku sukses membelalak. Duh, Dera bakalan jawab apa ya???
" Gag kok, dia sahabatku " jleb... satu rasa yang tak perlu diartikan. Rasa sakit yang tak berasal seketika membuat dadaku nyeri. Oh Tuhan??? Ada apa denganku?
" Oh Cuma itu. Eh iya, sekarang gimana kabar bapakmu, sama ibumu? " lah kok dia kayak kenal banget sama orang tua Dera? Lah trus ngapain aku ngurusin mereka?
" Baik kok, eh iya kasih nomer hpmu dong. Biar persahabatan kita tetap berlanjut. " Dera... ternyata dia bisa begini sama Cewe? Gag nyangka aja. Gadis itu meminjam handphone milik Dera dan mulali menekan layar sentuh itu.
" Yaudah kalo gitu aku mau lanjut jalan dulu ya.... Salam buat Mas Han. " ucap Dera dan meraih pinggangku -lagi-.
Sepanjang perjalanan, aku hanya diam. Kukira kalung itu akan diberikan kepadaku, tapi... kalung itu malah masuk saku milik Dera. Hem, bagus juga dia, membuatku terbang menuju langit ke tujuh, dan menghempaskanku tanpa ia sadari. Seharusnya dia tau, aku menyukai benda itu. Tapi, apa maksudnya? Yasudah lah, toh aku juga bukan siapa - siapa lelaki itu, aku hanya bisa apa? Dera menatapku penuh arti.
" Emh..... kamu kenapa? " lah kok datarnya balik sih?
" Emh... gapapa... " jawab dingin sekalian biar ngerasain gimana Disty yang dingin. Brrrrr
" Pulang? "
" Hem " kami menuju parkiran untuk pulang. Dia ini manusia apa sih? Kok gag peka banget jadi cowo -_-. Kami melaju dengan kecepatan sedang. Dari jendela aku menatap Dewi -teman dera- lekat. Dia tak cantik, hanya saja manis luar biasa, mata hitam legam, kulitnya kuning langsat, rambutnya hitam legam yang menjuntai kebawah dan tergerai bebas, lesung pipi yang pelekat dikedua pipinya dan bibir bak kelopak mawar, seakan dia bisa menarik perhatian lelaki manapun. Lalu apakah ini yang dinamakan cemburu? Apakah aku mulai mencintai lelaki ini? Oh tuhan.... ini terlalu cepat. Tanpa tersadar, aku mulai menutup mataku, aku sangat lelah menghadapi hari ini.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
2. Cantik
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Player In Love
RomanceAda alasan dimana aku harus berhenti bermain hati dan menatap bahwa cinta tak selalu menyakiti....