New Rival

1.9K 45 0
                                    

Yogya kota kenangan..... disinilah aku berdiri disenggang liburan indahku bersama kekasih tercintaku. Ya, tanyakan... apakah aku mulai mencintainya? Yah... mungkin aku mencintainya saat pandanganku jatuh pada mata yang berkilau kecoklatan sedikit keemasan itu. Katakanlah ini love at first sight. Aku tersenyum, ternyata kalung itu memang untukku. Aku tersenyum menatap lelakiku itu. Dia sekarang hangat padaku, bukan Dera yang aku kenal sangat dingin, seperti bongkahan es yang sulit untuk kucairkan. Kami sama - sama menatap pantai dan sunrise yang begitu mempesona. Kami datang pagi - pagi kesini hanya untuk memperingati hari ulang tahunnya dan menikmati dini hari sampai fajar yang tertidur pulas kembali bangkit menyinari hari - hari kami kedepannya.

" Sayang.... apakah kau lelah... " aku menggeleng. Memang, aku agak lelah, tapi semuanya takkan terbayar sebelum aku melihat sunrise di tepi pantai ini. Pantai yang menjadi saksi bisu antara aku dan Dera. Saksi bisu dimana Dera menjadi lelaki pertama yang menyentuh bibirku. Ya Allah.... maafkan dosaku yang terlalu manis ini.....

" Sayang.... peluk " Ya Tuhan... mengapa mulut ku ini ceroboh???? Mengapa aku seperti memberi daging pada singa lapar. Huh..... dan kini dia memelukku mesra... keposesifan lelakiku ini semakin terlihat. Dasar....

" Sayang.... hitung sampai tiga. Kupastikan sunrise terbaik yang akan kau lihat " ucapnya menatapku lembut. Lelaki ini sangat imut.

" Satu, dua, tiga..... " ucapku serentak bersamanya, dan kami melihat semburat oranye yang tampil di tengah pantai. Alangkah indahnya.... the beautiful sunrise. Aku mengeratkan pelukanku pada lelakiku itu. Dia hanya tersenyum... kurasa ada yang berubah pada dirinya. Ya... dia sepertinya sering tersenyum akhir - akhir ini. Dan tak kulihat lagi semburat wajah terluka lagi. Dan katakanlah.... aku terlalu bahagia sekarang. Untung saja hari ini aku berhalangan, sehingga tak terpikirkan shalat subuh. Hihihi tapi bagaimana dengan lelakiku? Astaga???? Aku akan memarahinya.

" Hey... kau belum shalat kan? Ayo kita pulang. " entah mengapa menatapnya aku seperti tak tega untuk memarahinya. Tatapannya mampu melumpuhkan seluruh urat syarafku. Sial.... aku kalah telak dengannya.

" Don't worry honey.... saat aku izin ke toilet, aku juga pergi ke tempat shalat didekat sini... " syukurlah... pacarku ini tak melupakan Tuhannya meski bersamaku. Lelaki yang baik...

" Huwaaaaaah " uapan panjangku terdengar di telinga lelakiku. Malu sih, tapi mau bagaimana lagi... izin nonton bola terus ke pantai ini. Tapi rasanya ada yang aneh. Ada sosok yang menepuk bahu ku.

" Wehhh berani - beraninya si Disty pacaran sama anak es. Kemakan omongan buk? " aishh, ini suara Crystal si menyebalkan itu. Oh tenanglah, dia menyebalkan hanya untuk saat ini, saat dimana aku ingin bermanja ria dengan kekasihku. Dasar.

" Apaan sih Crys.... Kalo pengen gaet aja kak Carlos. Kasian tuh galau mulu nungguin lo dari jaman lo masih ingusan. " kak Carlos menatapku lekat, aish... aku membeberkan rahasianya. Mati aku...

" Maksud lo? "

" Jangan dipikirin. Yaudah kita main - main ke pantai yok " ucap kak Carlos mengalihkan. Aku jadi takut sekarang.

" Emh.... " ucap keraguanku. Kak Carlos hanya memaparkan senyumannya. Kuakui ia tampan dan sangat berbeda dengan kak Edwin.

***

Aku sedang bertatap wajah dengan kak Carlos. Jika kalian ingin tau dimana Dera saat ini, Dera sedang mengambil makanan di rumahnya untuk dibawa kemari sembari ditemani sahabatku itu, Crystal. Kak Carlos masih menatap pantai dengan pandangan kosong. Dan sekarang aku merasa bersalah. Aku hampir saja membeberkan rahasia -hati- nya.

" Apakah kakak masih mencintai Crystal? " ucapku sembari menatap lekat mata coklatnya. Dia hanya tersenyum tipis.

" Bagaimana bisa aku tidak mencintainya, Dis... Dia cinta pertamaku. Dan kau tau juga, dia cinta pertama adikku. Dan sekarang adikku itu menitipkannya padaku. Jadi bisa kau simpulkan sendiri, apa yang aku rasakan? " sajak tulus. Bari kali ini aku melihat lelaki sepertinya, tetap bertahan mencintai satu wanita yang hanya menyayanginya sebagai kakak. Terkadang, aku juga sedih melihatnya seperti ini.

Player In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang