Time To Say Goodbye

3K 82 13
                                    

Aku mendesah benci, lelah, dan berantakan. Bagaimana mungkin soal Try Out bisa sesulit ini. Sial... kulihat Dera dan Crystal begitu frustasi menghadapinya. Yah hanya Dewi yang begitu santai dan....

" Bu... boleh keluar selarang? Saya sudah selesai. " mataku membulat. Oh what the hell?? Seolah kaget, 27 pasang mata menatap Dewi kagum. Oh Ya Tuhan... dia bisa mengerjakan soal IPA dengan mudahnya?

" Boleh. Tapi jangan buat kegaduhan. " dia mengangguk. Kuakui dia rival dalam segala hal termasuk hal percintaan. Aku kembali mengutuk soal kimia yang ada didepanku sekarang. Bolehkah aku berteriak sekarang? Ah.. pasti pengawas itu akan mengeluarkanku. Aku mencoba mengingat soal - soal kimia itu. And yeah... aku kembali ingat.

Akhirnya.... waktu telah berakhir. Aku tersenyum puas. Meski kategori soal ini sangat sulit, namun ternyata tak sesulit yang aku kira. Aku melihat Dera berbincang dengan Dewi. Oh ayolah... mereka hanya sebatas sahabat. Aku mencoba mendekati mereka. Kalian bisa menyebut ini dengan istilah nguping.
" Apakah rasa itu memang tidak ada sedikitpun untukku Dera. "

" Dew... kau itu sahabat terdekatku. Sahabat yang sudah aku anggap seperti adikku sendiri. Oh ayolah... mengapa kau merajuk seperti anak kecil? " Dera? Lelaki itu memainkan pipi Dewi? Entah mengapa rasanya sesak sekali.

" Tidak adakah cinta untukku? Satu minggu lagi kita UN dan aku akan pulang bila kamu memilih mencintai gadis manjamu itu " aku termangu. Ternyata dia mencintai Dera? Apakah aku perebut? Kuakui aku memang tak dekat dengan Dewi, but she love my boyfriend. Serasa dihantam batu. Dera mengangguk.

" Jujur saja.... aku mencintaimu... " duar.... perasaanku hancur seketika. Apa maksudnya? Apakah ia ingin melupakanku? Apa aku hanya pelampiasan? Aku berlari menuju parkiran menuju mobilku. Disana aku menangis. Tanpa ingat bahwa aku masih bernyawa, mobil itu kujalankan dengan kecepatan penuh. Aku marah. Aku kecewa.

Sesampainya di rumah, aku memasuki kamar kak Edwin. Disana aku memakaikan pafum miliknya -semasa hidup- di bantalnya.

" Kakak.... adek patah hati... kenapa kakak gag mau jagain Disty lagi? Kakak capek? Orang yang kakak percaya membahagiakanku malah menyakiti kak. Kak.... ajaklah aku ke surga bersamamu. Kumohon.... " aku menangis. Dera.... He hurt me like my ex lover, jerk. Dan sekarang aku mulai tertidur dengan sisa - sisa kecewa disana.

T_T

Aku mulai terbangun. Kulihat Dera duduk disamping ranjangku. Dia tersenyum manis padaku. Sial. Memangnya aku tak tau apa yang telah ia perbuat. Oh tenanglah... aku tak emosional. Aku hanya bersikap biasa seperti tak pernah ada apa - apa.

" Sore hun... makan yuk. Udah sore lo " aku menatapnya lekat. Aku sangat ingin hanyut ke mata coklat terang miliknya. Tapi... dia menginginkan aku saja TIDAK.

" Aku capek... dan aku tidak lapar. Bisakah kau keluar? Aku ngantuk... " dia menatapku aneh. Wajar saja bila ia menatapku aneh. Baru saja aku bangun tidur, tapi alasanku mengusirnya karena rasa kantukku. Bodoh...

" Hun.... mamamu tadi khawatir. Katanya Mbok Ijah kamu tadi pulang nangis, terus belom makan dari tadi siang. Kamu kenapa hun? Jangan Childish dong.... " emosiku tersulut. Tanpa ingat tempat aku membentaknya habis - habisan.

" Semuanya gara - gara lo, denger... gara - gara elo, stupid. Kalo lo gag suka sama gue, bilang aja. Kalo lo cuma terbebani sama wasiat Edwin, lupain. Gue gag suka dibegoin. I feel like a stupid girl. So.. kalo lo suka sama Dewi, kejar aja... putusin gue. Gue capek Der... capek.... " mata lelaki itu melebar. Tanpa sadar pipiku basah.

" Kenapa kamu ngomong gitu, hun... aku cuma sahabatan sama Dewi. No more... " aku tersenyum remeh menatapnya.

" Lo pikir gue goblok, dungu, stupid? Gue denger dan liat sama mata kepala gue sendiri. Lo bilang cinta sama tuh cewek. " dia tersenyum. Sial.... aku ini marah.

" Oh gara - gara pulang sekolah tadi... hey... aku cuma ngasih tau kamu itu salah paham... ok aku jelasin " aku meremehkan ucapannya.

" Gag perlu.. lo pergi dari kamar ini. Pergi.... " dia meninggalkanku. Dia bukan laki - laki yang aku kenal dulu. Dia berubah. Dia tak mau memperjuangkan aku lagi. Aku menangis untuk kesekian kalinya, kapankah penderitaan ini berakhir?

T_T

UN telah berakhir. Kelulusan dan ijasah telah kuterima. Seperti biasa, aku hanya mendapatkan peringkat dua dan dikalahkan oleh Dera. Dan setelah kejadian itu, aku tak mau bertemu dengan Dera lagi. Meskipun dia selalu mengejar kemana aku pergi, dia takkan pernah bisa bicara padaku. Kepercayaanku luntur. Aku mengambil ponselku untuk menelfon Aunty Pamella yang ada di Amerika.

" Aunty... bagaimana nilai rapor ku? Apa bisa aku diterima di Harvard jurusan kedokteran? "

" Bisa... bahkan kau malah mendapat beasiswa disana. Nilaimu begitu memuaskan. Kalau begitu bersiaplah untuk ke Amerika besok. Uncle Jhon dan Willy merindukanmu. " syukurlah. Tuhan masih berbaik hati padaku, memberikan jalan agar aku melupakan Dera.

" Thanks for information Aunty... salam untuk keluarga disana. Hari ini juga aku akan berangkat ke Amerika dengan penerbangan terakhir. Mom and Dad telah mempersiapkan semuanya. Yaudah bye aunty.. assalamualaikum.. " aku menutup hpku. Sebentar lagi aku tak akan disini. Aku akan meninggalkan seluruh kenangan yang penah aku simpan. Meninggalkan semua orang yang aku sayangi. Ini adalah hal terbaik, saling melupakan, saling meraih mimpi. Aku menuliskan surat kecil untuk Dera, bila dia nanti kemari.

Untuk kekasihku yang telah menyakiti....
Maaf... aku harus pergi....
Entah sampai kapan aku pergi....
Entah sampai kapan aku kembali....
Kumohon jangan pernah mencariku
Kumohon jangan sakiti Dewi... cukup aku.
Berdoalah dan meminta kepada Tuhan semoga ia memberikan kemurahan hati -Nya padamu untuk mempertemukan kita kembali. Dan kumohon.... maafkan aku, aku pergi.

Kekasihmu yang tersakiti

Disty Mareta Smith

Aku menangis. Sebentar lagi aku akan kehilangan dia, mencoba melupakan dia. Dan aku memilih pergi untuk melupakan segalanya, menjalin hidup yang baru dengan lembaran yang baru. Kulirik arloji Hermes milikku. Penerbangan kurang 2 jam lagi. Aku menarik tas beratku itu dan berpamitan pada mommy dan daddy.

" Mom.. dad... doain Disty ya... semoga bisa jadi dokter yang berhasil. Jadi lulusan cum laude. " aku menatap mommy. Dia menangis ternyata... bagaimanapun juga, hanya aku anak semata wayang mereka, hanya aku harapan mereka. Dan hanya aku yang tersisa dari milik mereka.

" Wish you luck and be better my princess.... salam untuk Uncle Jhon, Willy, dan Aunty Mella. " ucap daddy sembari mencium keningku. I will miss it.

" Pasti sayang... kami selalu mendoakanmu tanpa kamu minta. Jaga diri baik - baik. Kami menyayangimu. " mom memelukku erat. Ada jeda dimana mereka merengkuhku kembali. Dan aku memasuki mobil menuju bandara SoeTa. Tanpa perlu berjam - jam kami sampai. Kugeret malas koper pink ku itu. Dan kutatap mereka dengan sendu... oh tenanglah... ini demi masadepanmu... aku memasuki pesawatku. Kutatap pandangan dilua jendela....

Time to say goodbye... semoga Tuhan berbaik hati mempertemukan kita.....

T_T

_______________________________________

Hey hey hey... gue kam bek nih.. gimana, makin absurd kan? Нë ². .нë².... maklumin authornya badan aja yang gede, umurnya masih imut - imut #paangue -_-. Oh iya... jangan lupa vote and comment ya... visit ceritaku yang lainnya juga ya, Crazy (Love) Bride. Yaudah cuap cuapnya segitu aja... peluk cium dari authornya...

Player In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang