DERA'S POV ON
Aku masih ingat betul senyum kecil menyejukkan dari gadis yang selalu aku cinta itu. Gadis yang pergi dan menghilang tanpa bahasa itu. Aku mau dia kembali. Lalu memelukku ketika di bandara. Ya, kegiatanku selama ini berkunjung ke bandara beberapa tahun terakhir. Berharap gadisku kembali. Bodoh memang... tapi tak bisa ku pungkiri, sejak beberapa tahun aku merindukannya teramat sangat. Itu bukan waktu yang sedikit. Bukan waktu yang singkat. Bahkan tahun demi tahun tidak bisa melunturkan perasaanku terhadap gadiaku, Disty Mareta Smith... gadis cilik, cantik, periang, lincah itu milikku. Rindu makin membuncah, memecahkan puing - puing akal sehat yang makin tersisa. Meninggalkan sejuta amarah yang menjelma menjadi kasih yang tak terkendali. Jangan tanyakan aku cinta padanya atau tidak... bahkan jika dia meminta nyawa pun aku rela. Terlalu dramatis memang. Tapi itu benar... daripada aku melihatnya meninggalkanku dengan seenaknya sendiri.
"Dera... jemput aku.. aku sudah di bandara... calon keponakanmu akan marah besar bila kau tak ada. " ucap Dewi diseberang sana. Akhirnya... masa terpuruk gadis itu hilang. Kejadian empat bulan yang menimpanya telah ia lupakan perlahan. Ia mulai menerima anaknya, anak dalam kandungannya. Setidaknya dia masih memiliki otak untuk memikirkan kehidupannya.
" Ya, aku akan menjemputmu. " ucapku singkat lalu segera ke bandara.
Tak sampai dua jam aku sampai. Macet yang selalu menghadang dimanapun memperlambat gerakku. Tapi syukurlah... aku sampai dengan selamat. Segera kuedarkan pandanganku mencari Dewi. Dan
Deg
Aku bertemu dengannya.... cintaku...
" Disty... " ucapku dengan mata berbinar. Aku menghampirinya dan berusah memeluknya. Mengusap pipinya
" Pergi kemana saja kau ini? Tidakkah kau tau aku begitu merindukanmu, sayang? " sambungku sembari mengelus pipinya. Dia tetap acuh tak peduli. Hey ada apa dengannya? Apakah bertahun - tahun tak bertemu mengubah segalanya?
" Kau tak perlu tau. Bagaimana kabarmu dan wanitamu? Sudah berencana untuk menikah? " ucapnya mengagetkanku. Apakah yang ia mau sebenarnya? Hanya dia. Satu - satunya wanita yang akan aku pinang sebagai isteriku.
" Disty... tatap aku " ucapku padanya. Dia tetap mengalihkan pandangannya
" Apalagi, Ra? " ucapnya dingin dan melepas pelukanku.
" Ini hanyalah salah paham... aku....... .." ucapku ingin meyakinkan... tapi sosok lelaki tampan itu datang merangkul kekasihku.
" Siapakah dia, Dis? " ucapnya memandangku dengan wajah cerianya.
" Hay Ra... kenalin... dia Atala, kekasihku " ucap Disty... prang... seakan beribu belati menghujamku. Ngilu kurasakan dimana - mana.
" Aku Dera, rekan Disty. Baiklah.. aku mau menjemput temanku. Semoga kalian bahagia... aku pergi " ucapku meninggalkan mereka. Aku kembali jalan sempoyongan meninggalkan mereka. Dan brak... aku jatuh lagi. Setidaknya aku adalah lelaki yang tak pernah bisa membawa lari lukaku. Setelah menghilang, dan kembali dengan membawa lelaki yang dia perkenalkan padaku sebagai kekasihnya? Apakah dia waras? Aku ini kekasihnya? Harusnya aku berhak atas dirinya. Apa yang harus aku lakukan, Tuhan...
Aku duduk di ruang tunggu ditemani headset dan gadget. Mendengarkan alunan sedih dari headsetku. Lucu memang.. diusia seperti sekarang, 23 tahun masih membawaku ke masa - masa 18 tahun.
Hanya kenangan yang tersisa
Hanyut dalam sepenggal kisah
Hingga kerapuhan terasa
Kerinduan memaksaTiada sekejap kuterdiam
Tiada sempat kumerasakan
Ku berhenti namun kau menghilang tanpa bahasa
KAMU SEDANG MEMBACA
Player In Love
RomanceAda alasan dimana aku harus berhenti bermain hati dan menatap bahwa cinta tak selalu menyakiti....