7

175 26 3
                                    

Hari yang telah ditentukan pun tiba. Setelah melewati berbagai latihan berat dan percobaan kapal baru, tiga pasukan angkatan laut telah siap secara persiapan dan mental. Dengan di pimpin Choi Minho, mereka kini sedang melakukan apel pagi di dekat dermaga milik angkatan laut Seoul.

"Pertama, kepada Kapten Lee Minho dan pasukan 3, pencar seluruh helikopter ke arah Utara, Barat, timur, barat laut dan timur laut. Sisir seluruh area, laporkan seluruh penampakan yang terapung di laut"

"Siap, Kolonel!" Seru Lee Minho dan anggotanya.

"Kedua, kepada Kapten BangChan dan pasukan 5. Kapal korvet yang kalian gunakan memiliki jangkauan deteksi 13 km, itu cukup jauh untuk mendeteksi seluruh area di sekitar laut selatan. Gunakan seluruh kemampuan kapal dan anggota untuk mengalahkan medan disana dan tetaplah berkomunikasi dengan markas karena cuaca bisa saja mengacaukan sinyal"

"Siap, Kolonel!" Seru BangChan dan anggotanya.

"Ketiga, kepada Kapten Kim Hongjoong dan pasukan 8, kapal selam Sierra II memang sudah kalian coba, namun akan berbeda jika sudah berada di laut selatan. Walau kondisi bawah laut tidak sekacau di permukaan, kita tetap tak tahu apa yang ada di dalam laut. Jangan menyelam terlalu dalam, tetaplah berada di jangkauan radar"

"Siap Kolonel!" Seru Hongjoong dan pasukannya.

Setelah seluruh pasukan siap di kapal masing-masing, Minho memberi aba-aba untuk keberangkatan. Di awali dengan keberangkatan kapal korvet milik pasukan 5, lalu diikuti kapal selam milik pasukan 8 dan 6 helikopter milik pasukan 3. Dengan demikian, misi ke laut selatan telah dimulai.

.
.

Di tempat lain, sebuah kapal yang diperkirakan muat mengangkut 50 awal kapal telah diterjunkan laut. Dengan usaha seluruh warga desa Namhae, kapal yang telah 100% jadi itu berhasil mengapung di atas permukaan laut. Di bibir pantai para warga, termasuk, San, Kakek Min dan juga Lee Minhyuk sedang berkumpul.

"Anda yakin bisa mengoperasikan kapal ini?" Tanya San yang berada di samping Minhyuk.

"Aku sudah 20 tahun memegang berbagai jenis kapal. Kalau hanya kapal seperti ini, hanya perkara mudah" jawab Minhyuk.

"Tuan Lee... " Panggil Wooyoung, ia berlari kearah Minhyuk dengan ransel besar di punggungnya.

"Wooyoung-ah?" San mengerutkan kening melihat sahabatnya itu.

Begitu juga dengan Minhyuk yang memandang Wooyoung yang sedang mengatur nafas. "Kenapa kau bawa tas itu?"

"Aku ikut!" Seru Wooyoung.

"HAH?!" Selain Minhyuk, yang lainnya pun terkejut dengan ucapan cucu pembuat kapal itu.

"Wooyoung-ah! Apa maksudmu?" Seru San menarik lengan Wooyoung.

Wooyoung menampik tangan San. "Aku sudah ikut Ayah dan Kakek ku melaut, aku juga tahu tentang kapal. Anda bisa mengandalkan ku menjadi navigator, dan juga... Anda butuh seseorang yang tahu tentang rahasia laut selatan"

Minhyuk terdiam, ia tergoda dengan tawaran Wooyoung. Ia sadar bahwa ini kali pertama ia mengoperasikan kapal yang bukan kapal angkatan laut dan juga kali pertama ia ke laut selatan.

"Kalau begitu aku juga ikut! Ayahku adalah mekanik kapal, aku belajar banyak dari beliau"

"San-ah... " Wooyoung menatap sahabatnya itu.

"Eum begini... "

"Tuan Lee" panggil Neneknya Wooyoung.

Minhyuk menoleh, ia dapat melihat wajah tenang wanita tua itu. Dan wajah wanita lain yang ia ketahui sebagai ibunya San.

"Laut selatan sangat berbahaya saat ini. Anda bisa mengandalkan Wooyoung, dia punya intuisi yang kuat" ucap Neneknya Wooyoung.

"Nenek... "

"Tolong ajak juga San. Ia anak yang terampil dan cekatan, walaupun kekanakan tapi anda juga bisa mengandalkan dia" ucap Ibunya San.

"Eomma... "

Minhyuk merangkul Wooyoung dan San dari belakang. "Nenek Jung dan juga Nyonya Choi, kalian membiarkan cucu dan anak kalian pergi ke lautan berbahaya dengan rela hati"

"Tuan Lee, jika memungkinkan kami... seluruh warga juga ingin pergi kesana, bukan hanya mereka berdua" Kakek Min menyela. "Tapi kami tahu bahwa kami hanya akan menjadi beban, namun kedua anak ini adalah harapan kami. Mereka berdua lebih bisa dipercaya daripada kami. Kami juga khawatir dengan mereka, pada anda sekalipun, namun doa kami akan selalu menyertai perjalanan kalian, karena kalianlah harapan kami"

Minhyuk menarik nafas dalam-dalam, ia mengeratkan rangkulan tangannya pada pundak Wooyoung dan San. "Kalian dengar itu? Memikul kepercayaan adalah tugas yang berat, kuharap kalian tak putus asa dengan cepat di tengah jalan"

San melepas rangkulan tangan Minhyuk dan menghadapnya lalu memberi hormat. "Siap, Kapten!"

Wooyoung mengikuti gerakan San. "Saya juga siap, Kapten!"

Minhyuk tersenyum bangga. "Bagus! Siapkan barang kalian dan langsung naik ke kapal"

"Siap, kapten!" Seru Wooyoung dan San.

San kembali ke rumah untuk bersiap-siap, Wooyoung juga ikut membantunya. Nenek Jung dan Nyonya Choi membantu menyiapkan bekal makanan di rumah masing-masing.

Kedua wanita itu memberikan bekal semua makanan yang mereka miliki untuk anak dan cucunya itu, ditambah satu bekal untuk Minhyuk.

"Jaga diri kalian... " Ucap Nyonya Choi.

"Iya Eomma"

"Baik Bibi"

Nenek Jung memeluk Wooyoung dan San dengan erat, mengingat perasaan itu dalam-dalam lalu melepasnya. "Semoga Tuhan melindungi kalian"

"Iya Nek... "

"Kami berangkat dulu... "

Nenek Jung dan Nyonya Choi bersama beberapa warga mengantar keberangkatan Minhyuk, Wooyoung dan San.
Setelah jangkar diangkat, mesin dinyalakan, kapal perlahan mulai bergerak menjauh dari bibir pantai. Berlayar menuju lautan yang lebih dalam, dengan Wooyoung sebagai petunjuk arah.

.
.
.

TBC

Updatenya lama yaa...
Hehe... lagi sibuk 🙏🏻

Maaf kalau masih banyak typo 🙏🏻

Thank you for reading 😊

See you next chapter 🤗

[END 1st SEASON] Siren's Lullaby - JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang