Yeosang POV

95 17 1
                                    

Di istana, Yeosang sedang dalam perjalanan menuju tempat yang dijanjikan oleh Adra.

Saat ia sampai, Yeosang melihat  Adra yang membelakanginya sembari menatap pilar-pilar tinggi di depannya. Ia berenang mendekat secara perlahan, berusaha tak merusak suasana hati pria dengan luka goreng melintang di punggungnya itu.

"Hamba menghadap Yang Mulia Pangeran Pertama Adra" ucap Yeosang dengan membungkukkan badannya.

Yeosang sedikit melirik Adra yang tak kunjung membalikkan badannya.

"Kau tahu hari ini Seonghwa pergi kemana?"

Yeosang diam sejenak, berusaha mengingat kejadian kemarin. Seonghwa bilang akan mengantarkan peta pada Yoshi. Namun ia tak mungkin akan menikam sahabatnya sendiri. "Em... dari pagi hamba belum bertemu dengan Seonghwa"

Adra berbalik, saat itulah Yeosang menunduk kembali. "Ada satu pedang yang hilang dan aku tahu hanya Seonghwa yang tahu tempatku menyimpan senjataku. Aku tak peduli apa yang kalian lakukan kemarin, aku akan menganggapnya sebagai keisengan Seonghwa. Tapi saat aku tahu Seonghwa membawa salah satu senjataku, kali ini bukan hanya keisengan semata"

Yeosang hanya diam menunduk. "Aku tidak bertemu Seonghwa sejak tadi. Jangan-jangan ia benar-benar pergi menemui Yoshi dan membantunya melarikan diri. Ya ampun.... Seonghwaaa.... aku harus bagaimana? Bagaimana bisa kau tega meninggalkan sahabatmu yang ganteng ini menghadapi Ayahmu yang sudah kelihatan marah besar. Huhuuu.... " bantinnya.

"Apa kalian diam-diam menemui duyung itu?"

Deg! "Tuhkan. Mati aku" batinnya berkecamuk. Jawabannya menentukan hidup dan mati dirinya dan Seonghwa. Cukup lama Yeosang memikirkan jawaban yang tepat.

"Jujurlah. Segala konsekuensi ditanggung Seonghwa. Jangan hanya kalian sahabat, kau mau menutupi kesalahannya"

"Maafkan aku Seonghwa, ini demi kesejahteraan bersama" batin Yeosang. "Iya. Kami memang menemui duyung itu"

Adra menggertakkan gigi geram. Ia berusaha meredam amarahnya agar tak menakuti Yeosang dan agar pemuda di depannya itu mau buka suara.

Yeosang makin membungkuk. "Hamba memohon ampunan pada Yang Mulia Pangeran. Kami tak tahu akan menimbulkan masalah separah ini. Hamba-

"Cukup! Kau tahu kemana kira-kira Seonghwa pergi "

Dengan berat hati, Yeosang mengatakan segalanya. "Seonghwa... mungkin saja sudah membawa duyung itu pergi melarikan diri... "

"APA??!!"

"Mamaa.... " Yeosang menjingkat ketakutan.

"Apa yang ada di kepalanya sampai berani melakukan hal bodoh seperti itu, HAH??!!! JAWAB AKU!!"

Yeosang menelan ludah gugup. Berharap ia tak menangis sebelum selesai menjawab. "D- dia... ingin duyung itu membantunya pergi ke daratan"

"Daratan? Kenapa harus membawa duyung itu?"

"Duyung itu... tahu cara membaca peta. Seonghwa memintanya untuk mengantarnya ke daratan yang ada di peta itu"

"Peta?" Adra berusaha mengingat kejadian saat ia menemui Seonghwa di tempat Tinggal Joe. Ia melihat Seonghwa membawa sebuah gulungan yang ia sembunyikan di belakang tubuhnya. "Ya ampun Seonghwa. Apa kau mau berakhir seperti pecundang itu hah?!"

Yeosang melirik Adra yang bergumam sembari mengusap keningnya. Sangat tampak raut wajah kecewa dan terpukul di wajah tegasnya.

"Yeosang... "

"Iya Yang Mulia Pangeran"

"Ikuti Seonghwa dan bawa dia pulang. Aku tak tahu bagaimana caramu" Adra menghela nafas berat dan berbalik memunggungi Yeosang.

"... baik Yang Mulia Pangeran" Yeosang berbalik meninggalkan Adra dengan perasaan lega sekaligus pusing. "Aku mual... "

Yeosang akhirnya menuruti perintah Adra. Ia mengikuti Seonghwa mulai dari saat sahabatnya itu berhasil membebaskan Yoshi dari dari rantai yang mengekang ekornya. Ia berusaha tak terlalu dekat dengan Seonghwa dan Yoshi, yang penting  mereka berdua masih terlihat. Ia sangat tahu bahwa Seonghwa itu sangat peka terhadap sekitarnya.

Saat sampai di kawasan gunung berapi bawah laut pun Yeosang hampir saja terkena semburan asap panas dari salah satu dari banyaknya gundukan anak gunung yang tak henti-hentinya mengeluarkan asap panas.

"Hooohhh... untung tidak jadi ikan bakar, selamat... " gumam Yeosang.

Sementara di depan dia, Seonghwa sedang sibuk menggeret Yoshi melewati semburan asap panas, dimana Yoshi hanya berteriak sambil menutup mata. Yeosang dapat melihat wajah jengkel Seonghwa dari kejauhan.

"Selamatkah Yoshi habis ini?" Ucap Yeosang. Ia pun berhasil melewati kepulan asap panas, walau hampir saja ekornya terbakar.

Dan jawaban dari pertanyaan Yeosang adalah tentu saja TIDAK. Yeosang dapat mendengar omelan Seonghwa pada Yoshi yang sedang menahan tangis.

"KAU BISA DIAM TIDAK?!! TELINGAKU SAKIT MENDENGAR TERIAKANMU!! KUJAHIT MULUTMU LAMA-LAMA!!"

Begitulah kira-kira. Yeosang hanya berdoa demi keselamatan mental Yoshi selama bersama Seonghwa. Seonghwa berenang terlebih dahulu meninggalkan Yoshi yang diam-diam menyeka matanya.

"Mohon bersabar, ini ujian... " bisik Yeosang yang ditujukan pada Yoshi.

Cukup lama Yeosang terus mengikuti Seonghwa dan Yoshi  sampai di area dengan arus yang sangat kencang hingga ketiganya harus berusaha mempertahankan diri melawan arus. Bukan hanya searah, namun arus kencang datang dari berbagai arah.

Yeosang yang bersembunyi di balik bebatuan besar tak dapat mendengar percakapan Seonghwa dan Yoshi karena kencangnya arus. Namun Yeosang menunjuk tangan ke atas, kemudian mengobrol lagi.

"Jangan bilang mereka mau naik ke atas?" Gumam Yeosang.

Dugaan Yeosang hampir benar, namun hanya Seonghwa yang pergi, sementara Yoshi berenang ke arah lain.

"Lho.. lho.. lho.. kok pisah? Seonghwa mau kemana?" Yeosang melihat Yoshi yang berenang menjauh, niat hati mengejar untuk menangkapnya, namun Seonghwa lebih prioritas untuk saat ini. Alhasil dia memilih mengikuti Seonghwa. Cukup jauh ia mengikuti sahabatnya itu, dan perlahan mereka mendekati permukaan. "Dia mau kemana sih?"

Yeosang cukup kewalahan mengikuti Seonghwa yang berenang di depannya. Mengingat arus yang kencang dan kekuatan tubuhnya yang kalah dibandingkan Seonghwa.

"SEONGHWAAA!!!" Yeosang mencoba berteriak walau kesusahan. "SEONGHWA!! BERHENTI!!"

Karena arus yang deras, Seonghwa tidak bisa mendengar Yeosang. Akhirnya Yeosang harus berenang lebih cepat, namun tiba-tiba Seonghwa menukik ke bawah karena sebuah cahaya mendekat dengan cepat. Yeosang yang terkejut,  mendadak menabrak bongkahan besi dengan bola cahaya di bagian atas.

Akibat tabrakan itu, Yeosang terpental cukup jauh dan terbawa pusaran air yang tiba-tiba muncul.

.
.
.

TBC

Maaf kalau masih banyak typo 🙏🏻

Thank you for reading 😊

See you next chapter 🤗

[END 1st SEASON] Siren's Lullaby - JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang