00

3K 172 2
                                    

Suara alarm menyebalkan itu terdengar, sangat mengganggu waktu tidur wanita berumur dua puluh lima tahun itu.

Wanita itu mengangkat tangannya malas ke atas nakas di samping ranjang, tanpa membuka sedikitpun matanya. Dengan cukup kasar mematikan alarm berisik itu.

Beberapa menit terasa sangat sunyi di dalam kamarnya. Sampai tiba-tiba terdengar ketukan brutal dari pintu kamarnya dengan diikuti teriakan khas lumba-lumba seorang gadis remaja.

"Mbak Alle!!! Ayo bangun!!! Mbak!!!"

Dak!! Dak!! Dak!!

Ingat, pintu kamarnya bukan diketuk, tapi digedor-gedor kencang. Adiknya itu, haduh.

Alle, wanita itu langsung duduk di atas kasur, mengusak rambutnya kesal. Rambut singanya, yang sudah berantakan jadi makin berantakan saja rasanya.

Sepertinya, hari Minggu nanti ia harus ke salon dan melakukan hair treatment bersama adiknya atau sahabatnya.

"Mbak Alle!!!"

"Bawel!! Mbak udah bangun!!" Teriak Alle, membalas teriakan adiknya.

"Owh. Bilang, dong."

Zihan, tanpa rasa bersalah langsung melenggang pergi meninggalkan kamar kakak perempuannya itu saat sudah mengetahui bahwa kakaknya sudah bangun, lalu menuju ruang makan di mana ibu Dara dan ayah Tara sudah berada di sana.

Alle, di dalam kamar, meregangkan otot tubuhnya sebelum bangkit dari tempat tidurnya. Lalu, merapihkan seprai, bantal dan gulingnya, dirasa sudah rapih, ia beranjak ke kamar mandi.

Ia mulai dengan mencuci wajahnya menggunakan air hangat dan sabun cuci muka, selesai dengan wajahnya ia mengambil sikat giginya, menuangkan sedikit pasta gigi dan mulai menggosok giginya, sambil tangan kirinya dengan aktif membuka kancing piyama satin warna merah maroon yang ia kenakan.

Berkumur hingga bersih, lalu meletakkan kembali sikat gigi yang sudah bersih itu pada tempatnya. Ia mulai melepas seluruh pakaiannya, ia letakan di dalam keranjang pakaian kotornya.

Menyalakan shower sampai terasa hangat, baru ia memulai kegiatan mandi paginya.

Lima belas menit berlalu, Alle keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuh dan rambutnya.

Alle menyalakan hairdryer, mengeringkan rambutnya sampai benar-benar kering. Lalu, memilih setelan kantornya untuk hari ini.

Sederhana saja, hanya celana bahan panjang warna putih yang cukup longgar, lalu kemeja putih lengan panjang dan blazer biru muda. Ia mengenakan pasminah berwarna senada dengan blazer-nya.

Alle tidak pernah mengenakan riasan wajah yang tebal, jadi ia hanya memoles tipis wajah ayunya.

Cukup sederhana, iya 'kan?

"Perfect. Masyaa Allah.. Look, how beautiful you are, Alletta." Gumamnya percaya diri.

Ia mengambil leather handbag berwarna putih gading dari dalam lemari, memasukkan segala macam kebutuhannya, termasuk pouch make up yang isinya hanya bedak, beberapa produk bibir, pembersih wajah, blush on, dan concealer. Alle juga memasukkan charger ponsel, kotak pensil, tisu, dan barang perempuan lainnya ke dalam tasnya.

Lalu, Alle mengambil dua map berwarna putih dan kuning di meja kerjanya serta ponselnya di atas meja nakas. Bercermin sebentar pada cermin full body di dekat pintu kamar, dan melenggang dari kamarnya, tidak lupa ia kunci kembali.

Adiknya itu suka masuk sembarangan, soalnya.

"Pagi, Bu.. Yah.. Zii.." Sapa Alle pada semua anggota keluarganya yang ada di meja makan.

RaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang