09

704 111 4
                                    

Mobil Darka berhenti tepat di depan gerbang asrama yang Alle tinggali sementara bersama rekan kerjanya.

Tania menurunkan jendela mobil, tersenyum manis saat melihat Alle berlari kecil menghampiri mobil Darka,"Assalamu'alaikum.. Selamat pagi Alletta.." Sapanya ramah, melambai pelan pada Alle yang berdiri di samping mobil Darka sambil tersenyum menatap Tania.

"Wa'alaikumsalam.. Pagi juga, mbak Nia, mas Darka.." Alle berucap pelan saat menyebut nama Darka, membuat Tania menahan senyum, menggoda mereka.

Darka tersenyum, ia mengangguk sekali, "Masuk, Ta.." Titahnya pelan.

Alle mengangguk paham, lalu masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi belakang.

Tania menoleh, memperhatikan Alle yang duduk tepat di belakangnya tengah memakai sabuk pengaman, "Maaf ya, Ta.. Sekarang duduknya di belakang dulu. Nanti kalo udah halal, mau duduknya dipangku Darka juga boleh, hehe.."

"Mbak Nia.." Desis Darka, kesal diledek terus oleh wanita di sampingnya ini. Tania hanya menjulurkan lidah, meledek Darka.

Darka menatap Alle sekilas, dan saat gadis itu menoleh padanya juga, ia buru-buru mengalihkan pandangannya ke depan, "Jangan didengerin ya, Ta.. Jail aja emang mbak Nia orangnya." Ucapnya, lalu kembali menjalankan mobil.

Alle terkekeh pelan kemudian mengangguk, "Iya, nggak apa-apa. Omong-omong, panggilnya Al aja, biar lebih gampang." Katanya, berusaha mencairkan suasana.

"Wah, udah mulai pendekatannya, nih? Al bukannya panggilan orang rumah aja? Iya, 'kan?" Tanya Tania.

"He'em, kok mbak Nia tau?" Tanya Alle balik.

"Dikasih tau sama Naura semalam."

Bukan, bukan Tania yang menjawab, Darka yang menyahuti pertanyaan Alle tadi. Jantungnya berdegup tidak karuan hanya karena berbicara singkat seperti itu, lebay sekali, ya ampun.

Di belakang sana juga Alle tersenyum manis, di pipinya nampak muncul semburat merah samar. Mempercantik rupa wanita yang mengenakan jaket denim, kaus putih panjang sebagai dalaman, rok denim yang lebar dan kerudung pasminah warna putih itu.

Percayalah, Darka mengulang-ulang ayat yang disebut berulang kali dalam surah Ar-Rahman itu di dalam hati, karena melihat tampilan sang pemilik hati yang menawan dan rupawan ini.

'Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?'

Oke, mulai sekarang Tania hanya akan diam memperhatikan interaksi mereka berdua. Biarkan Darka dan Alle membiasakan diri mereka. Maka, Tania menyibukkan diri dengan ponselnya, berkirim pesan dengan sang suami atau berselancar di laman sosial medianya.

"Al.." Panggil Darka pelan, tanpa menoleh pastinya, karena ia tengah fokus menyetir mobil.

"Iya? Kenapa mas Darka?" Sahut Alle pelan, menatap Darka dari kaca rearview.

"Ian aja. Jangan Darka, biar lebih gampang." Pintanya pelan, melirik sekilas wanita itu.

"Hm.. Sebentar, deh. Al boleh tau nama panjangnya mas Darka, nggak?" Tanya Alle tiba-tiba, out of topic.

Tania sampai menoleh, tapi tidak mengatakan apa-apa, hanya memperhatikan sambil alisnya terangkat satu.

"Boleh. Darkarian Arsenio Prayoga. Kenapa?" Tanya Darka, bingung.

"Hmm.. Kalo gitu, Al manggilnya mas Nio aja, gimana? Gapapa, 'kan?" Tanya Alle balik.

Alis Darka terangkat satu, kalau diperhatikan lebih detail, dari lehernya sampai ke telinga total merah padam. Jantungnya kian bertalu-talu, pegangannya pada stir mobil mengencang tanpa aba-aba. Untung Darka tidak kelepasan menekan klakson mobil.

RaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang