04

792 123 0
                                    

Darka terbangun saat mendengar suara alarm ponselnya yang tepat berada di sebelah kepalanya, ia menggeliat pelan, tangannya meraba-raba kasur mencari ponselnya, setelah mendapatkannya ia langsung mematikan alarm ponsel itu.

Ia memejamkan sebentar matanya, lalu bangun dari posisi tidurnya, duduk bersila di atas kasur sambil mengusap wajahnya pelan, berusaha mengumpulkan nyawanya.

Darka kelelahan dan merasa pusing setelah menangisi sang ibu dan kakaknya yang jauh semalaman, makanya memilih tidur lagi. Padahal, biasanya ia mengaji lagi sampai sekiranya matahari mulai muncul.

Sekian menit berdiam diri mengumpulkan nyawa, pria dua puluh tujuh tahun itu beranjak menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya ini, berniat untuk cuci muka dan sikat gigi saja, tidak ingin mandi. Hari libur juga, jadi tidak masalah.

Selesai dengan urusan di kamar mandi, Darka melangkah pelan menuju dapur. Darka ini bukan orang yang pandai dengan peralatan dapur, juga masak-memasak, tapi sekedar membuat roti panggang atau yang paling berat adalah nasi goreng, dia masih bisa membuatnya.

Setelah hampir membuat dapur kebakaran, tepatnya. Tiara dan Jaena sampai terdiam tidak tahu harus bereaksi seperti apa, jadilah Jordan dan Ibra yang ketar-ketir membantu Darka memadamkan api.

"Bikin nasi goreng aja kali, ya? Ngabisin nasi di rice cooker, terus masak lagi yang baru." Gumamnya pada diri sendiri sambil menatap ke arah rice cooker di meja pantry.

Darka mulai dengan mengeluarkan sisa nasi yang ada di dalam rice cooker, menaruhnya di piring, lalu mengisinya lagi dengan beras, dan dicuci bersih.

"Nanti siang delivery aja, deh." Gumamnya lagi, sambil menekan tombol 'cook' pada rice cooker.

Selesai memasak nasi, Darka mulai mengeluarkan bahan-bahan untuk nasi gorengnya dari dalam kulkas. Hanya daun bawang, bumbu siap pakai, telur dan nugget.

Semua bahan-bahan yang ada di kulkas Darka ini berasal dari mami dan kakaknya, setiap satu bulan mereka akan meminta seseorang untuk membantu Darka mengisi kulkasnya, walaupun mereka terpisah benua, tapi mami dan Tiara tetap mengawasi dan memperhatikan Darka.

Darka mana paham dengan urusan beginian, makanya harus dibantu.

Pria itu meletakkan nasi goreng sederhana buatannya di atas meja makan, lalu membuat kopi paginya, juga menuang air putih di gelas yang lain.

Setelah menata semuanya di meja makan, ia kembali ke kamar mengambil ponsel dan laptopnya, ia akan makan sambil mengurus beberapa laporan perusahaan.

Tidak sopan memang, ini kalau mami dan kakaknya tahu, Darka pasti kena omel.

Tapi, karena Darka sudah berikrar untuk tidak main-main saat ia mengatakan akan segera menyelesaikan permasalahan di sini, agar cepat selesai dan ia bisa kembali ke Indonesia, jadi ia trobos saja.

Masalahnya cukup berat, penggelapan dana perusahaan. Korupsi yang dilakukan para tikus kantor itu membuat pengeluaran kantor jadi sangat besar tapi pemasukkan tidak bisa menutupi kekurangan tersebut. Serta dengan saham yang mengalami penurunan di setiap tahunnya.

Sebelum Yuan ke Kanada dan mengambil alih perusahaan yang di bangun atas nama Darka ini, Arsenio Inc. memang dipegang oleh orang berkewarganegaraan Kanada, bukan keluarga langsung yang pegang, karena sekarang semua keluarga besar Yuan ada di Indonesia.

RaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang