18.

783 98 3
                                    

"Cantik banget putrinya Ibu.." Ucap Dara pelan, mengusap sayang pipi tembam Alle dengan jari telunjuknya. Air matanya menetes, lagi.

Iya, lagi. Karena sudah sedari Alle membuka matanya di pagi hari, hanya air mata yang diperlihatkan oleh sang ibu.

"Ibu.. Udah dong nangisnya.. Alle ikut nangis, nih..." Ucap Alle sedikit parau, menahan untuk tidak menangis lagi.

Sudah dari kemarin malam, Alle, Dara dan Zihan menangis bersama. Alle meminta untuk tidur bersama dengan ibu dan adiknya semalam, jadilah sesi curhat bersama yang berujung air mata.

"Ya Allah... Ibu udah sekuat mungkin untuk nggak nangis lagi.. Tapi, susah.. Ibu seneng sekaligus sedih, salah satu putri Ibu sudah akan menjadi seorang istri dalam hitungan jam ke depan. Putri yang Ibu kandung selama sembilan bulan, Ibu lahirkan dengan mempertaruhkan nyawa, Ibu didik, Ibu jaga dan lindungi dengan segenap jiwa dan raga, sudah akan melangkah lebih jauh dari tempatnya pulang dengan laki-laki pilihannya sendiri." Ucap Dara, sembari memeluk kepala Alle.

Alle memegang kedua tangan Dara, melepas pelukan sang ibu di kepalanya, lalu menggenggam kedua tangan Dara, menciuminya dengan penuh hormat dan cinta, "Iya.. Ini putri Ibu, yang Ibu besarkan dengan Iman dan Islam. Putri Ibu yang satu ini hiks.. Ingin meminta izin, restu serta do'a dari malaikat tanpa sayapnya.." Ucapnya, mendongak menatap Dara dengan air mata yang sama derasnya dengan air mata sang ibu.

"Tolong... Al memohon, Ibu.. Restui, izinkan, dan do'akan Al dengan suami Al nanti.. Ridho Allah selalu ada dan turut menyertai Al lewat Ibu.. Nggak ada yang lain, yang bisa merestui segala hal yang terjadi di hidup Al selain Allah dan Ibu sendiri.." Lanjutnya, sesenggukan menahan isak tangisnya.

Zihan yang ada di sana langsung keluar ruangan secara diam-diam, enggan ikut menangis melihat dan mendengar kalimat haru dari ibu dan kakaknya. Ia tidak ingin menangis lagi, sudah cukup semalam.

"Pasti, sayang.. Ridho Ibu selalu ada dan menyertai Al dan suamimu, Nak.. Jadilah istri yang sholehah, istri yang baik, penurut dan menghormati suamimu, nanti. Saat ijab qabul selesai nanti, Ridhomu bukan ada di Ibu lagi, sayang... Tapi, sepenuhnya ada di tangan dan kaki suamimu.."

"Pasti Ibu.. Pasti.. Insyaa Allah, Al ingin jadi wanita yang hebat, kuat, sholehah dan penuh cinta-kasih seperti Ibu, tolong do'akan Al, ya?" Pinta Alle, kembali menciumi punggung tangan Dara.

"Pasti, sayang.."

Suara lantunan merdu milik Ibra dan Darka yang tengah melafalkan Surat Al-Kahfi itu terdengar sangat mententramkan seluruh orang yang ada di dalam ruangan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara lantunan merdu milik Ibra dan Darka yang tengah melafalkan Surat Al-Kahfi itu terdengar sangat mententramkan seluruh orang yang ada di dalam ruangan ini.

Naura yang duduk tidak jauh dari panggung—tempat Darka ijab qabul nanti, sampai kembali menitikkan air matanya. Teringat dengan hari pernikahannya sendiri.

"Masyaa Allah.. Mas Ibra.. Coba aja kamu bangun, sayang.. Liat Abimu, merdu sekali suaranya.. Iya, 'kan.." Ucap Naura pada baby Gibran yang nyenyak sekali tertidur, lalu mengusap pipi tembamnya.

RaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang