01

1.4K 149 5
                                    

Semua keluarga Tiara berkumpul di depan ruang bersalin. Menunggu dengan cemas dan gelisah yang tengah merelungi hati mereka semua.

Ada Darka dan Ibra, dua adik laki-lakinya. Serta sang ibu, Jaena, di sana. Sedangkan papi Yuan, tengah berada di Kanada, tidak dapat pulang segera, walaupun sudah mendapat kabar bahwa putrinya tengah berada di ruang bersalin.

Iya, Tiara sedang berjuang hidup dan mati di dalam sana untuk kelahiran sang buah hati yang sudah hampir dua tahun ini ia dan suaminya harapkan.

Suaminya, Jordan, saat ini tengah bersamanya di dalam ruang bersalin, menggenggam erat tangannya, membisikkan kalimat penguat untuknya.

"Ayo, sayang.. Mama kuat, Mama hebat.." Bisik Jordan lirih di samping telinga sang istri yang menjerit dan menangis hebat menahan sakit.

"AAAAHHHKKK!!!!"

Setelah satu bisikan Jordan dan satu teriakan kuat milik Tiara disuarakan, mampu membuat ruangan ini ramai dengan gema jerit dan tangis sang bayi.

Tiara lemas seketika, Jordan memeluknya erat sambil menangis tersedu, mengucapkan banyak kata terima kasih pada istrinya.

"Alhamdulillah.. Selamat tuan Jordan, anaknya laki-laki, sehat wal afiat dengan tangis yang kuat dan kulit yang kemerahan." Kata Dokter yang membantu persalinan Tiara dengan senyum bahagia, ikut merasa terharu karena berhasil membantu membawa kebahagiaan satu kali lagi untuk keluarga pasiennya.

Tiara tersenyum tipis, genggamannya pada tangan Jordan melemah, tapi tidak terlepas, ia hanya lelah.

"Mau liat.." Bisik Tiara lirih dan sedikit serak, lelah berteriak karena berjuang hidup dan mati untuk buah hati mereka.

"Iya. Sabar, ya.. Dibersihin dulu dedeknya." Jawab Jordan, tidak kalah lemas melihat bagaimana perjuangan seorang wanita untuk kelahiran satu nyawa ke dunia.

Wanita terkasihnya, wanita hebatnya, istri tercintanya. Yang sudah berjuang mati-matian untuk anak mereka.

Selesai dibersihkan dan dibalut asal dengan kain bersih, bayi itu diberikan pada Jordan untuk diadzani.

Air mata kebahagiaannya mengalir, suaranya bergetar saat melafalkan adzan di telinga buah hati mereka. Lalu, ia mengecup sayang dahi bayi laki-laki itu setelah selesai melafalkan adzan.

Tiara yang memejamkan mata lemas langsung membuka matanya perlahan saat Jordan membisikkan lembut kata ini,

"Assalamu'alaikum, Mama... Ini Dave.."

Tiara tersenyum lemah tapi air matanya mengalir di pipi gembulnya, bahagia tidak terkira saat melihat putranya yang lahir sehat dan sempurna tanpa kurang satu apapun atas perjuangannya.

Jordan menidurkan bayi laki-laki itu dengan posisi tengkurap di atas dada Tiara yang memang tidak dibalut apa-apa, hanya selimut tebal.

Bayi laki-laki itu sangat tenang saat berada di dekapan sang ibu, wanita terhebatnya. Menggeliat pelan saat merasakan hangat menjalar dari usapan tangan malaikat tanpa sayapnya.

"David Akbar Radjendra, namanya. Artinya, anak kesayangan kita yang kelak bisa menjadi pemimpin dan laki-laki yang kuat. Mama suka?" Tanya Jordan, mengusap sayang surai basah sang istri, lalu mengecup lama dahi Tiara.

RaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang