Bagian 14

197 22 3
                                    

Baru saja Rahsya akan masuk ke dalam hotel, dia melihat Reza yang baru keluar dari lift dengan ekspresi wajah yang marah. Rahsya berjalan mendekati Reza dan menarik tangan Reza agar Reza mau melihat ke arahnya.

"Lepaskan, aku tidak ada waktu untuk meladenimu." ucap Reza kesal.

"Tapi sepertinya kali ini kau harus mendengarkanku." jawab Rahsya sambil tersenyum miring.

Reza langsung menatap Rahsya dengan menyipitkan matanya, mencoba menebak apa mau sepupunya itu.

"Kau mencari calon istirimu bukan? Aku baru saja bertemu dengannya didepan." ucap Rahsya.

Mendengar itu, Reza langsung berlari keluar dari hotel untuk mengejar Zea. Setibanya di depan hotel, Reza dapat melihat bagaimana Zea terbirit-birit mengangkat gaunnya untuk memanggil taksi. Reza mengejar Zea dengan segera, sebelum gadia itu berhasil melarikan diri.

Namun, saat Zea akan masuk ke dalam taksi, tiba-tiba sebuah tangan menarik tangan Zea, membuat gdris itu menatap ke arahnya.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa? Ada apa? " tanya Zea panik saat melihat Arkan yang berdiri di hadapannya sekarang.

"Seharusnya aku yang menanyakan itu, apa yang kau lakukan? Kenapa naik taksi padahal pernikahanmu akan dimulai? " tanya Arkan balik.

"Sialan, bagaimana ini? Aku tidak bisa meminta bantuan dia." gumam Zea dalam hati.

Saat melihat Reza berlari mendekatinya, Zea langsung panik dan ingin kabur, namun dia juga bingung bagaimana dia harus pergi sedangkan Arkan masih ada disana, Arkan akan curiga.

"Akhhh!! " teriak Zea saat Reza sudah menarik pinggangnya untuk mendekati Reza.

"Sudah kubilang jangan macam-macam denganku." ucap Reza pelan ke telinga Zea.

Zea mencoba tersenyum palsu sambil menatap Arkan.

"Tadinya aku ingin memesankan taksi untuk temanku yang ingin datang, mobilnya mogok di persimpangan, jadi aku mencoba membantunya. Tidak aku sangka kau akan menjemputku sampai kesini." ucap Zea sambil tersenyum palsu menatap Reza yang tatapan matanya sangat tajam seakan mampu membunuh Zea kapan pun saja.

Arkan masih menatap mereka tanpa mengatakan apapun, tapi Arkan tahu kalau Reza sedang marah saat ini.

Reza menarik tangan Zea dan membawanya masuk ke dalam hotel tanpa persetujuan dari Zea. Zea terus menerus mencoba mendorong tangan Reza agar melepaskan tangannya, namun tidak berhasil. Zea bahkan sudah merengek, namun Reza tidak memperdulikannya.

Saat memasuki lift dan pintu lift tertutup, Reza langsung mendorong Zea ke dinding lift dan menghalangi Zea dengan kedua tangan kekarnya.

"Kau mencoba bermain-main denganku? Kau pikir bisa kabur dari ku? Sudah kubilang hidupmu sekarang milikku Zea." ucap Reza.

Zea menatap Reza dengan tatapan kebencian, ada butiran mutiara jatuh ke pipinya. Reza langsung menyeka butiran mutiara itu dan menatap mata Zea yang menunduk dan tampak sendu.

"Aku tidak butuh air matamu, sejak awal kau menandatangani kontrak itu, berarti kau sudah menyetujui semuanya. Jangan menangis di depanku lagi mulai sekarang, setelah pintu lift terbuka, hiduplah sebagai Nyonya besar dari keluarga Fahreza, kau harus siap menyandang itu semua." ucap Reza sambil menyeka air mata Zea, kemudian menarik tangan Zea untuk bergandengan dengan tangannya.

Namun, Zea masih tidak bisa menahan dirinya dan menutup matanya agar Reza tidak dapat melihatnya menangis.

Setelah pintu lift terbuka, Reza dan Zea keluar dari lift berjalan menuju taman besar tempat pernikahan mereka diselenggarakan. Reza dan Zea berpisah dan dibawa oleh karyawan yang bekerja agar mereka bisa keluar dari posisi mereka masing-masing. Zea dibawa kebelakang pesta untuk menunggu Reza yang bersiap dan kemudian melangsungkan akad.

Setelah akad selesai, Zea dibawa keluar dan duduk di samping Reza. Zea bersalaman dengan Reza dan mereka bertukaran cincin. Setelah itu, Reza menarik tangan Zea agar bisa dekat dengannya. Semua mata menatap mereka, senyum bahagia terukir dibibir semua orang. Kecuali beberapa orang yang memiliki perasaan kepada kedua mempelai.

"Jangan sentuh aku." ucap Zea pelan sambil menatap tajam ke arah Reza.

Namun, Reza tersenyum dengan penuh kemenangan kemudian menarik Zea mendekat dan mengecup lembut kening Zea. Semua tepuk tangan meriah memenuhi pesta pernikahan itu, senyum bahagia serta tangis bahagia memenuhi acara itu.

Sambil menutup matanya untuk menahan emosi, Zea menggenggam tangannya untuk menahan dirinya. Reza kemudian tersenyum menatap Zea yang tampak sangat kesal, kemudian mengelus lembut pipi Zea, membuat Zea langsung melirik kesal ke arah tangan Reza.

"Jangan sentuh aku." ucap Zea tanpa suara dan hanya gerakan bibirnya dengan ekspresi yang kesal kepada Reza.

"Kau milikku." jawab Reza yang juga tanpa suara sambil tersenyum miring.

Setelah itu, mereka bersalaman dengan keluarga yang di pihak wanita dan pria.

"Semuanya akan baik-baik saja, jadilah istri yang baik untuknya, jangan terlalu memikirkan kami." ucap Ibu Zea kepada Zea, membuat gadis itu kembali menangis.

"Kau hebat, aku yakin kau bisa menjaga putriku." ucap Ayah Zea kepada Reza.

Setelah selesai dengan keluarga Zea, mereka bersalaman dengan keluarga Reza.

"Kamu cantik sekali, Ibu sangat senang menyambutmu menjadi keluarga kami." ucap Ibu Reza kepada Zea.

"Bertahanlah dengannya kak." ucap Asraf kepada Zea, yang membuat Reza langsung menatapnya kesal.

Setelah selesai, mereka duduk di pelaminan sambil menikmati pesta dan menyaksikan para tamu undangan menikmati pesta itu.

Acara berlangsung dari pagi hingga malam. Saat malam tiba dan acara masih berlanjut, namun sudah waktunya bagi pengantin untuk kembali ke kamar mereka agar bisa istirahat setelah berjuang seharian.

Reza dan Zea dibawa keruangan untuk membersihkan make up dan membuka pakaian pernikahan mereka. Setelah selesai, Zea kembali ke kamar nya. Baru saja Zea meletakkan handuk ke atas kasur, tiba-tiba seseorang masuk, membuat Zea panik dan langsung naik ke atas kasur.

"Apa yang kau lakukan? Gila." ucap Reza.

"Kenapa kau disini? Ini kamarku, keluar." jawab Zea.

"Kemana? Kekamar siapa aku harus pergi? Orang tua kita sudah merencanakan semuanya agar kita bisa sekamar, kita juga sudah berakting seharian untuk pernikahan yang terlihat penuh Cinta itu, haruskah kita mengacaukannya sekarang? " ucap Reza.

Zea merasa kesal. Reza menarik handuk yang tadi diletakkan Zea ke atas tempat tidur.

"Ini handukku." ucap Zea sambil menarik handuk yang ada di tangan Reza.

Reza tidak mau mengalah dan menarik handuk itu, namun begitu pun dengan Zea, dia tidak ingin mengalah dan juga menarik kembali handuk itu.

Karena tidak satu pun dari mereka yang ingin mengalah, Reza berencana untuk membiarkan Zea memiliki handuk itu. Namun, karena Zea juga terlanjur menarik handuk itu, akhirnya mereka berdua terjatuh ke atas kasur. Tubuh Reza menimpa tubuh mungil Zea diatas kasur, Reza kemudian menatap Zea yang membuka matanya lebar saat melihat Reza berada diatasnya.

Bukannya menjauh, Reza malah tersenyum dan menatap wajah Zea yang tampak kesal. Reza mengelus lembut pipi Zea yang merah.

"Hari ini pernikahan kita, bukankah seharusnya kita tidur berdua? " tanya Reza kepada Zea sambil tersenyum jahat.

"Singkirkan tanganmu." jawab Zea sambil berteriak.

"Jangan berteriak, ruangan ini kedap suara dan hanya ada kita berdua disini. Apapun yang kulakukan padamu, tidak ada yang bisa menghentikannya." ucap Reza sambil tersenyum miring.

Hey BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang