Bagian 1

956 38 1
                                    

"Ibu, dimana Ayah? " tanya Zea sambil memasukkan roti ke dalam mulutnya.

"Ayahmu di kamarnya, dia sudah sibuk menulis jurnalnya. Maklum saja, Ayahmu penggila kerja, dia tidak bisa berhenti kerja kalau sudah melihat laptop." jawab Ibu sambil menyiapkan roti untuk suaminya.

Tazkia yang baru turun dari kamarnya langsung duduk di samping Zea dan menyantap makanan diatas meja.

"Berikan pada Ayahmu. " ucap Ibu kepada Tazkia.

Tazkia langsung mengambil piring dari tangan Ibunya dan langsung berjalan menuju ruangan Ayahnya. Zea hanya menatap Adiknya dan melihat apa yang dilakukan nya.

"Apa dia memang tidak suka bicara Bu? Aku mulai mengingat sejak kapan dia jadi begitu pendiam." ucap Zea.

"Dia memang selalu begitu dari kecil, kita juga sudah terbiasa, jadi tidak terlalu menjadi masalah." jawab Ibu.

Setelah selesai sarapan, Zea langsung pamit dengan Ibunya dan keluar dari rumah. Zea membuka pintu mobilnya dan ingin melajukannya. Namun, Tazkia tiba-tiba membuka pintu mobil dan duduk di samping Zea.

"Apa yang kau lakukan? " tanya Zea.

"Antarkan aku."

"Keluar, gunakan motormu." jawab Zea.

"Ayolah, aku sudah berjanji dengan temanku untuk membawamu ke kampusku supaya dia bisa melihatmu." ucap Tazkia.

"Apa gunanya membawaku? "

"Ada temanku yang menyukai mu, dia murid pintar di kelasku. Jadi, aku minta dia mengerjakan tugasku dan dia menerimanya asalkan aku membawamu ke kampus untuk bertemu dengannya." ucap Tazkia sambil menunduk.

Zea langsung mengayunkan tangannya untuk memukul Tazkia, namun hal itu tidak dilakukannya karena Tazkia yang sudah menunduk dan menutup matanya untuk menahan pukulan Zea.

"Ini terakhir kalinya kau menjual Kakakmu untuk kepentingan pribadimu." ucap Zea kemudian langsung melajukan mobilnya ke jalanan.

Setibanya di kampus, Tazkia langsung meminta Zea turun dari mobil untuk memperlihatkannya kepada teman kampusnya.

"Bisakah kau melirik ke sudut kanan sana? Dia sedang memperhatikanmu." bisik Tazkia.

"Hah, sudah gila anak ini." ucap Zea kemudian langsung memasuki mobil dan melajukannya ke jalanan.

Tazkia yang merasa kesal, mencoba tersenyum ke hadapan teman nya yang sudah memperhatikannya.

Wajar saja jika Zea disukai banyak pria, wanita cantik yang berumur 28 tahun itu memiliki paras yang manis, membuat setiap orang tidak bisa bosan melihatnya. Wajah mungil nan bulatnya itu membuat pesona imut padanya, belum lagi kulit putih nan bersih itu, membuat banyak gadis yang iri dengannya.

Namun, sikap cuek Zea membuat banyak pria maupun wanita yang sulit untuk mendekatkan diri kepadanya. Namun, dia begitu hangat kepada orang-orang yang sudah dekat dengannya.

***

Brummm!!!

Setibanya di garis finish, semua penonton berteriak keras melihat jagoan mereka menang lagi, ini sudah beberapa kali kemenangan dipegang oleh Fahreza, seorang pembalap berumur 28 tahun yang juga membuka industri otomotif dan masuk kedalam salah satu perusahaan besar di negeri.

Tidak hanya itu, para tampan dan rahang tajam Fahreza membuatnya terkenal dikalangan masyarakat dan dijadikan idola oleh banyak wanita dan pria yang ingin sepertinya.

Fahreza turun dari motornya dan membuka helm, kemudian memberikannya kepada Daiyan, asistennya. Cahaya matahari yang terik menancap langsung ke arah Fahreza dan membuat kulit putihnya berkilau, terlihat kulit bersih nan halus yang sering dirawatnya itu.

Hey BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang