Tasya menundukkan kepalanya, saat Rangga dan Putri datang untuk menjelaskan semuanya. Ada Rafa juga pastinya yg saat ini sedang menggendong Zhidan.
"lo harus dewasa, Sya. Jangan kekanak kanakkan" ucap Rangga dengan nada tegasnya.
Tasya mengangkat kepalanya menatap wajah Rangga "Tasya kurang dewasa apa bang? Dari dulu Tasya selalu di sakitin sama dia, apa Tasya marah? Enggak kan? Sekarang Tasya cuma minta pisah, apa susahnya? Kalo emang dia sayang sama Tasya, dia gak akan kayak gitu. Dia bisa minta baik baik" ucap Tasya dengan mata yg berkaca kaca seraya menunjuk Rafa.
"hasrat cowok tinggi, Sya. Gak minum obat aja dia bisa hilang akal, apalagi kalo dia minum obat?" ucap Rangga. Putri mengusap lengan suaminya.
"Tasya mau cerai sama dia!" teriak Tasya membuat Zhidan menangis.
Putri berjalan menuju Rafa dan mengambil alih Zhidan lalu keluar dari ruangan.
"aku gak mau!" tegas Rafa.
Tasya tersenyum miring seraya mengusap airmatanya "intinya begini, hubungan bertahan itu tergantung laki laki, kenapa aku bilang laki laki? Karna pada kenyataannya perempuan bisa memaafkan berkali kali, sedangkan laki laki? Dengan satu kesalahan aja, dia bisa mengubah kita jadi dua orang asing dalam waktu singkat. Cuma karna aku gak masak aja kamu sampe segitunya? Heh, terus gimana sama kesalahan kamu yg udah fatal!?" ucap Tasya dengan tatapan serius.
"Sya, aku minta maaf" ucap Rafa
"aku mohon, aku mau cerai" lirih Tasya.
Rahang Rafa mengeras dengan tangan yg mengepal "GAK BISA, KARNA KAMU LAGI NGANDUNG ANAK AKU" teriak Rafa membuat tangis Tasya pecah karna kaget.
Tasya melihat ke arah Rangga "liat, LIAT! DIA SELALU BIKIN AKU SAKIT HATI. AKU GAK SUKA DI BENTAK RAFA!" teriak Tasya seraya menatap Rafa dalam.
Rangga menghela nafasnya lalu membawa Rafa keluar dari ruangan dan menghepaskannya ke tembok "lo bodoh, rencana gue buat bujuk Tasya gagal karna lo selalu mengedepankan emosi. Urus sendiri dan gue gak mau bujuk dia lagi" tegas Rangga.
Putri beralih masuk ke dalam ruangan meninggalkan mereka berdua.
Netranya menangkap Tasya yg sedang menangis di atas brankar.
Tasya menatap ke arah Putri dan memeluk Putri "kenapa harus hamil? Gue mau pisah sama dia Put"
"jangan gitu, Sya" ucap Putri menenangkan.
"udah dua kali dia kaga gitu, gue gak mau kaya gitu lagi Put, hati gue sakit"
Putri mengusap pelan punggung Tasya "sttt, udah, mending lo pikirin lagi, lo jangan ngambil keputusan kaya gitu, lo lagi hamil"
"gue bisa rawat anak gue sendiri"
Putri melepaskan pelukannya lalu menaruh Zhidan di pinggir brankar "gila lo! Iya, lo bisa, tapi dia? Lo mau dia hidup tanpa sosok ayah? Cukup lo aja Sya yg ngerasain hidup tanpa sosok ayah, anak lo jangan sampe ngerasain apa yg lo rasain. Pikirin baik baik!" setelahnya Putri keluar dari ruangan, setelah sampai luar ia langsung menggandeng tangan Rangga.
Rafa beralih masuk ke dalam ruangan dan duduk di bangku brankar seraya menatap Tasya yg sedang merebahkan tubuhnya membelakangi Rafa.
Hingga Rafa bangkit dari duduknya dan duduk di shofa. Ia mengeluarkan laptopnya dari dalam tas dan mulai mengerjakan pekerjaan kantor yg terbengkalai.
Hingga jam menunjukkan pukul tiga pagi, tapi Rafa masih fokus dengan laptopnya.
Ia mengucek matanya yg terasa sangat perih karna terlalu lama berada di depan laptop.
Ia mengangkat pandangannya seraya menggerakan lehernya ke kanan dan ke kiri hingga bunyi tulang.
Tatapannya terkunci pada Tasya yg entah sejak kapan sudah memperhatikannya, Rafa menutup laptopnya dan berjalan menuju istrinya.
Tasya memalingkan wajahnya saat Rafa berjalan ke arahnya.
"kenapa gak tidur?" tanya Rafa.
Tasya hanya menggelengkan kepalanya.
"laper?" tanya Rafa dan Tasya menganggukkan kepalanya.
"mau makan apa?"
Tasya melihat ke arah Rafa "enggak, aku mau minta tolong sama bang Rangga aja"
Rafa menghela nafasnya "ini udah malem, jangan ngerepotin orang lain"
Tasya diam sejenak hingga akhirnya ia berbicara "mau makan bakso"
Rafa melihat ke arah jam yg sudah menunjukkan pukul tiga lewat, dimana tukang bakso jam segini?
"jam segini gak ada tukang bakso, ayam bakar aja ya?" ucap Rafa, pasalnya tukang ayam bakar masih banyak yg buka jam segini, walau tidak banyak tapi ada satu tukang ayam bakar langganannya yg buka 24 jam.
Tasya menundukkan kepalanya dan diam cukup lama.
"jadi? Mau gak?"
"mau nya bakso" cicitnya pelan seraya mengusap perutnya.
Rafa faham sekarang, istrinya sedang ngidam "bentar" ucap Rafa lalu keluar ruangan dan menelpon seseorang.
Tak lama ia kembali masuk "jam segini gak ada yg buka" ucap Rafa.
"yaudah gapapa" ucap Tasya lalu merebahkan tubuhnya membelakangi Rafa.
Rafa beralih keluar dari ruangan dan mencoba mencari tukang bakso.
Sudah satu jam ia memutari kota Jakarta, tapi tidak ada satupun tukang bakso yg buka jam segini.
Hingga netranya menangkap seorang ibu ibu yg sedang membawa banyak belanjaan, terlihat sangat kesulitan.
Rafa turun dari mobilnya dan mencoba menolong ibu tersebut.
"mau kemana bu? Sini biar saya bantu" ucap Rafa seraya mengambil alih barang barang ibu itu.
"habis dari pasar, belanja buat jualan" jawab ibu itu.
"kalo boleh tau rumahnya dimana? Biar saya antar"
"tidak usah" tolak ibu itu.
"jangan menolak rejeki bu, saya orang baik baik kok, gak ada niat jahat" ucap Rafa, takut ibu itu berfikiran negatif tentangnya.
Ibu itu terdiam lama "yaudah, rumah ibu di ujung sama, deket kok" ucapnya seraya menunjuk ke ujung jalan sana.
Rafa memasukkan barang barang ibu tersebut ke bagasi mobilnya, lalu mereka naik ke dalam mobil.
"ibu kalo ke pasar emang sepagi ini?" tanya Rafa.
"iya, soalnya kalo pagi sayuran masih seger" ucapnya.
Rafa hanya menganggukkan kepalanya.
"kalo kamu sendiri ngapain jam segini kelayapan?"
Rafa tersenyum singkat "saya lagi nyari tukang bakso bu, istri saya ngidam. Ibu tau tukang bakso yg buka jam segini?"
"wahhh, kebetulan ibu jualan bakso, dan di rumah masih ada stok bakso sisa kemarin, tapi masih bisa di makan kok. Kamu mau?"
Mata Rafa berbinar "boleh bu"
-
Rafa memasuki ruangan istrinya, ia melihat Tasya yg masih tertidur dengan membelakanginya. Kakinya terhenti saat melihat punggung Tasya yg bergetar dan terdengar suara isak tangis yg pelan.
Dengan segera ia membalikkan tubuh Tasya hingga menghadap ke arahnya "kenapa?"
Tasya menghapus airmatanya seraya bangkit dari tidurnya lalu menggelengkan kepalanya.
"nih, bakso" ucap Rafa sumringah.
Seketika mata Tasya berbinar, sekarang Rafa faham kenapa Tasya menangis, pasti karna bakso.
"aku siapin dulu" ucap Rafa seraya menaruh baksonya di mangkuk.
Tasya memperhatikan Rafa dalam "aku terlalu mencintaimu, sampai aku lupa kalo aku hanya pemuas nafsumu" ucap Tasya pelan membuat Rafa berhenti bergerak.
"makan" suruh Rafa seraya menyodorkan mangkuk itu ke arah Tasya.
Lalu ia beralih keluar dari ruangan untuk meredam emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL | MY HUSBAND IS A DEVIL [SELESAI]
Acak"gue bukan Manda- hmmptt" Ucapan Tasya terhenti saat Rafa mencium bibir nya dengan kasar. Tasya sudah berontak dan satu tangan nya berhasil lolos. Plakk! "ANJING LO RAF!" bantak Tasya. Sungguh Tasya sangat takut dengan Rafa yg sekarang, Rafa tidak p...