Tangannya mengepal erat guna menyalurkan seluruh emosinya di sana."Tidak jadi mengunjungi tua-"
Sandy tak memperdulikannya dan tetap melangkah pergi setelah berbalik dengan membuang bunga mawar putih itu di depan pintu ruang kerja ayahnya.
Dia tak ada niatan untuk datang kesini. Sandy hanya di suruh roselina agar berangkat bersama juni untuk menemui mei di pemakaman, karena sekarang adalah hari ulang tahun mei.
Dan juni sangatlah keterlaluan. Brengsek. Jerk. Sandy bahkan berpikir kalo juni pasti bukan ayah kandungnya. Mereka jelas jauh berbeda.
Sekertaris juni itu bahkan menatap penuh tanda tanya pada sandy yang tiba tiba datang lalu pergi begitu saja tanpa bertemu juni dan hanya meninggalkan sebuket bunga mawar putih di lantai.
"Apa anakmu sebrengsek itu nek?"tanya sandy pasa rose
Mereka tengah berdiri di depan rumah peristirahatannya mei. Ibu kandung mei dan papa mertuanya. Sean. Tengah menunggu di luar dekat mobil.
"Maksud kamu?"
"Dia bahkan gak datang buat mama"Sandy kini menghadapkan dirinya pada rose yang juga telah menatapnya. "Sebenarnya, orang seperti apa ayahku itu? Karena yang ku tau, dia hanyalah seorang pengecut" lanjutnya lalu terdiam beberapa saat. "Dan brengsek"Ungkapnya ia lanjutkan.
"Sandy pikir, nenek mungkin tau juni sedang bersama siapa hari ini"
"Maaf atas kesalahan juni, sandy. Tapi nenek yakin, seribu persen kalau ayahmu tak pernah berniat untuk melukai hati ibumu atau bahkan mengecewakanmu"
"Dia selalu. Sangat. Mencintai ibumu sampai kapanpun"lanjut rose
"Bullshit"lirihnya lalu pergi setelah menatap lama foto mei