Chapter 8

686 94 27
                                    

CHAPTER 8

JEROME’S P.O.V

Saya ada mesyuarat penting in another 30 minutes.

Jeremy and Jeremiah should be ready sudah at the meeting room with their respective department heads.

Saya meraup wajah kasar mengingat kejadian semalam. Pagi ni semua whatsapp Kylie saya hanya seen saja tanpa membalas.

-Flashback-

This is another attempt after I deposited the Rolls Royce yang Kylie mau for her birthday. Saya belum bagitau dia saya sudah deposit the car that I’m gonna pay in cash.

Yes, another attempt to propose to Kylie. Mom is bugging me sudah untuk at least make it official dan bertunang kalau pun belum mau kahwin within this one year. Sekurang-kurangnya ada ikatan untuk menenangkan hati dia mom bilang.

Ni kali tiada fancy restaurants, di rumah saya saja. Tiada candlelight dinner bagai. I just got her a bouquet of red roses.

I'll propose to her with a Rolls Royce.

At least kalau di rumah saya, tidaklah saya macam orang buduh menunggu berjam-jam kalau Kylie  lambat lagi.

And guess what? Ya, dia lambat lagi.

Tertidur sudah saya bila Kylie finally muncul.

I looked at my watch. 1am.

“Alang-alang tidak payah datang.” Suara saya dingin.

“Bibi, you know how busy I am.” Kylie bilang.

Kylie tersenyum manis, dia melabuhkan punggung dia atas paha saya lantas mencium bibir saya.

“Wow! What’s with the roses?” Dia tanya dengan nada yang ceria.

Entahlah. Macam tidak berbaloi pula kasi dia bunga. Apa lagi Rolls Royce kan?

Maybe I should just get straight to the point. Tidak payahlah mau berbunga-bunga bahasa. Sudahpun saya propose to her romantically dan kedua kali saya sudah rancang tapi tidak menjadi juga.

Tanpa basa-basi saya bersuara.
“Let’s get married.”

Mulut Kylie terlopong luas tanpa berkata apa-apa.

With her silence, I moved her to sit facing me, not on me.

“It’s time for us to focus on building a family. My parents balik-balik asking sudah.” Saya meraup lagi wajah saya.

Kylie masih terdiam. Saya mendongak dan menatap wajah dia yang masih terkejut.

“Why you terkejut?” Saya tanya sambil mengerutkan dahi. “You sendiri told people that we are getting married kan when you wore the diamond ring?”

Tidaklah juga people. Yang saya tau dia pernah bagitau Braxton dulu.

“Bibi, I’m not ready. You know my jo-” Saya tidak mau dengarlah!

“Is your job more important than us?” Saya tanya.

“Not like that.” Dia jawab, air muka dia berubah.

Saya menghela nafas berat. Saya rasa saya perlu introspeksi diri. Have I ever been happy at all in our relationship? How often do I smile compared to frowning and sighing?

I wanted to just teruskan with marrying Kylie, have 2 or 3 kids and just lead our lives peacefully.

Kylie mau teruskan bekerja sampai ke titisan darah dia yang terakhir pun it’s up to her. Yang penting saya sudah memenuhi tanggungjawab dan kewajipan saya sebagai suami, bapa dan anak lelaki kepada kedua ibubapa saya.

Once Upon A Heartbreak Where stories live. Discover now