Chapter 29

690 88 16
                                    

CHAPTER 29

SAPPHIRE’S P.O.V

Lain-lain gaya Jerome ni tau. Sangat mengganggu fikiran dan emosi saya.

Dari minyak lintah bikin tahan lama, mencium-cium tangan saya, sampai dia bilang nanti dia tidak tahan, then sabun and now dia membuka butang baju dia!

I choked on my macchiato as he unbuttoned the third then the fourth button, exposing his bulu dada yang… yang sialnya sungguh menggiurkan! Sejujurnya, saya memang tau Jerome ada bulu dada sejak uni, tapi yang halus-halus saja ni. Ini kali bulu dada dia lebih… uh, dewasa.

In his black suit, white collared shirt unbuttoned to exposing part of his chest and that chest hair, he looks like in between an Italian mafia and a fucking Playboy model.

Mata saya menatap dada dia, saya meneguk liur.

GULP.

Tangan saya yang tadi menepuk-nepuk dada saya gara-gara tersedak, sekarang memicit paha saya menahan nafsu.

I should leave and return to my hotel room. And masturbate with my new vibrator in peace sambil imagining Jerome’s sexy pouty lips and hard-muscled chest. With chest hair. Damn!

Pantas saya pura-pura look down at my handphone screen. Tiadakah orang mau call saya sekarang untuk mematikan kecanggungan yang saya rasa?

“Saph.” That deep voice. Jerome leaned forward and his thumb touched the side of my mouth. Lagi, saya rasa macam mau menghisap ibu jari dia. “Ada bekas macchiato di tepi your bibir.”

Kenapa kau perlu lap? Kenapa tidak jilat saja dengan lidah kau, J?

Sapphire! Saya tersentak oleh fikiran saya sendiri. Hahahaha!

Clear your mind, Saph! Clear! Clear! Clear!

“I need your help.” Saya bersuara. Okay, clear sudah otak saya.

Jerome smiled like the devil. Hairan saya kenapa dia senyum begitu. Until…

His voice drop super low.
“With your vibrator?”

NO! Astaga! Termerah lagi muka saya. Sejak bila bah perangai Jerome berubah begini? Makin dia buat saya gila ni kalau dia tidak berhenti menyakat saya.

Pantas saya menggelengkan kepala saya.

“You ingat kan bila Brax’s birthday?” Saya tanya dia.

Terlain terus air muka Jerome, hilang sudah senyuman dia.

“Braxton asked for transfer.” Saya bilang.

“Transfer?” Jerome nampak bingung.

That reminds me.

“Have you met Braxton since he arrived Aussie, J?” Saya cuba buat biasa-biasa saja. Maka saya mau tau kalau Jerome akan menipukah tidak.

“Uh.” Jerome menggaru tengkuk dia yang semestinya tidak gatal. “Few times.”

Few times? Few times!

“Saya ingat dia pernah tinggal di your condo?” Saya memicingkan mata menatap Jerome.

Jerome menatap saya dengan tatapan terkejut.

Kemudian dia menjawab soalan saya macam ragu-ragu ni.
“Ummm, ya, tidak juga lama.”

“So why say few times?” Saya macam detective oh kan. Tsk tsk. Tapi saya mau tau juga kenapa Jerome cakap dia cuma jumpa Braxton beberapa kali saja.

Jerome menghela nafas berat sambil menyikat rambut dia dengan jari-jemari dia seakan dalam frustrasi.

“I…” Dia mengerutkan dahi as if trying to think what lie should he come up with. Hurmmm! “Brax might have his reasons not telling you yang he stayed with me.”

Once Upon A Heartbreak Where stories live. Discover now